BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Wanita Bijaksana Yang Tidak Tertulis Dalam Sejarah Majapahit


Penalaut.com -
 Novel "Mada" karya Gigrey, menyajikan sebuah romansa dengan perpaduan sejarah tentang tanah Majapahit. Begitu epik dengan mengangkat nama-nama dari pahlawan Nusantara pada masanya. Bagi para pembaca yang suka dengan novel bergenre sejarah, sangat disayangkan jika belum atau bahkan tidak membaca novel ini, karena jujurly bagi kalian yang tidak suka sejarah, ketika kalian membaca novel ini seketika itu juga kalian akan terpesona pada subtansinya.

Buku ini sangat recommended bagi para pembaca yang suka membela emansipasi wanita yang tertindas. Dengan peran tokoh utama sepasang kekasih yang bernama Gendhis dan juga Gajah Mada, paling menariknya tokoh wanita lebih menampakkan diri sebagai pahlawan para wanita pada masa Majapahit, begitu banyak pengorbanan yang ia torehkan di tanah Majapahit untuk menjunjung tinggi emansipasi wanita, baik dalam hal diskriminasi atau kesetaraan gender.

Dapat diakui bahwa pada tahun 1355 tidak terdapat peristilahan tersendiri untuk fenomena yang terjadi pada wanita, namun tanpa disadari diskriminasi seperti marginalisasi, subordinasi, beban ganda, stereotip, dan juga kekerasan kerap terjadi. Selain tentang emansipasi wanita di dalam novel juga disajikan sebuah perjuangan para pahlawan di era Majapahit yang begitu menyentuh, baik dalam hal peperangan atau bahkan sistem perpolitikan kerajaan.

Sesuai dengan isu yang saat ini sangat hangat diperbincangkan, tidak jauh beda dengan fenomena yang ada dalam novel perihal emansipasi wanita. Belum sepenuhnya wanita saat ini mendapatkan keadilan dan kebebasan. Di dunia kerja para wanita tidak mendapatkan tunjangan yang selayaknya bahkan ada beberapa tempat kerja yang melarang para wanita mengenakan hijab saat bekerja, di lingkup kelurga tidak sedikit para lelaki yang masih terikat dengan sikap patriarkinya.

Namun juga layak diakui bahwa seiring berkembangnya zaman dunia perpolitikan mulai berkembang dari yang semula diragukannya seorang wanita untuk ikut berpartisipasi di dalam musyawarah sampai saat ini diperbolehkannya seorang wanita menduduki kursi kekuasaan. Meski tidak terlibatnya seorang wanita di dalam perpolitikan pada masa Majapahit, namun jangan diragukan lagi strategi yang para bangsawan susun dengan rapi dengan hasil yang memuaskan meski ada beberapa konflik yang terjadi di dalamnya.

Berawal dari Gendhis yang terbawa ombak laut sampai di abad 13 kemudian diangkatnya menjadi anak seorang tabib kerajaan. Selang beberapa hari tinggal di tanah Majapahit ghendis sudah menjadi buronan bhayangkara dengan tuduhan laporan bahwa telah menyelamatkan seorang istri yang tengah berselingkuh, pada kenyataannya justru sang suami yang berselingkuh bahkan telah melakukan tindak kekerasan seksual pada istrinya. Ketika Gendhis berusaha untuk melarikan diri dari bhayangkara, dia bertemu sosok pria dengan cara tidak sopan, namun pria itu tidak memperdulikannya justru peria tersebut membantu Gendhis dengan begitu ikhlas.

Kali pertama Mada bertemu Gendhis, ia sudah memandang bahwa Gendhis memiliki aura yang berbeda dengan perempuan Majapahit pada umumnya. Dengan keberanian membela seorang wanita dan keanggunan yang ia memiliki, hingga Mada memberikan kesempatan pada gendhis selama tiga hari untuk mengumpulkan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa wanita yang telah dibela oleh Gendhis terbukti tidak bersalah. Mada memberikan batu berukiran gajah sebelum gendhis pergi dari hadapannya, namun gendhis menolak.

Mada melihat burung merpati yang dikurung dalam sangkar dan mengatakan bahwa Wanita itu ibaratkan burung merpati yang sangat cantik dengan warna putih yang sangat indah begitupun dengan gadis yang saat itu ada di hadapannya, gendis kurang setuju dengan presepsi mada karena meski indah dan cantik burung merpati itu tidak memiliki kebebasan terbang di angkasa, akan tetapi burung garudahlah yang tepat untuk menggambarkan keberanian bagi seorang Wanita. dari situ mereka beradu mulut saling berargumentasi.

Kerap kali bertemunya gendhis dan juga mada membuat mereka saling jatuh hati meski mereka terlahir dari dimensi yang berbeda namun hal itu bukanlah sebuah halangan untuk hubungan mereka, terikatlah mereka dengan pernikahan. Rasa ingin memiliki anak itu pasti ada dalam diri setiap manusia, akan tetapi hal itu tidak bisa dimiliki oleh gendhis dan juga mada, karena mada telah terkena kutukan.

Penulis telah melakukan kombinasi antara sejarah dan juga dunia fiksi dengan begitu rapi sehingga menggugah imajinasi pembaca, dari segi diksi atau bahkan alurnya yang begitu fantastik. Meskipun berlatar belakang sejarah, namun isi dari novel Mada tetap revelan, mulai dari perjuangan, kesetiaan, romansa, pembelaan terhadap Wanita, bahkan pembelajaran tentang sejarah Kerajaan majapahit akan pembaca dapatkan. Penulis tidak hanya mengantar pembaca untuk mengenal pribadi tokoh, akan tetapi juga pada konteks sejarah. Plot twist cerita yang membuat pembaca penasaran dan ketagihan untuk membaca novel mada hingga ending, bahkan bahasa yang digunakan juga mengikut bahasa milenia banget. Ada sedikit kekurangan pada novel mada yakni layout pada isi buku yang kurang rapi dan fonnya terlalu rapat sehingga membuat pembaca kesulitan untuk membedakan antar suku kata.

Novel ini mengajarkan pembaca untuk mengenal arti kata sabar dengan cobaan dan juga takdir tuhan. Selain itu buku ini juga mengajarkan pembaca menjadi pribadi yang tenang dalam menghadapi konflik yang terjadi diluar kendali manusia. Novel ini cocok untuk pembaca yang suka fiksi dengan sentuhan sejarah, bahkan pembaca yang tidak suka sejarahpun akan menjadi tertarik akibat alur yang penulis torehkan, terutama bagi Perempuan yang ingin menjadi sosok yang kuat dan berani sehingga dapat terinspirasi dari perjuangan seorang gendhis dalam membela banyak Wanita.

Oleh: Dinar San Krishnina (Mahasiwa UIN KHAS Jember)

Identitas buku:

Judul: Mada
Karya: Gigrey
Penerbit: Akad
Tahun Terbit: April 2021
Tebal: 320 halaman
ISBN:978-623-96080-4-0
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak