Pernahkah kita sekilas mendeskripsikan dan merasionalkan: apa hakikat sejati dari cinta dan dari mana asal cinta itu hadir?
Sering, kita membaca kutipan di medsos tertera nama Jalaluddin Rumi dengan berbagai karya – karyanya yang terkenal dengan cinta, spiritualitas, dan kehidupan manusia. Cinta dalam Pandangan Rumi akan membimbing manusia menuju Tuhan. Rumi, dikenal dengan tokoh sufi sekaligus ulama yang lahir di Balkha yang terletak di wilayah perbatasan Afghanistan. Baginya, apa yang tampak di dunia ini hanyalah selubung dari makna cinta yang lebih dalam.
Ia menekankan bahwa manusia harus mampu memahami esensi cinta, bukan hanya bentuk luarnya. Dalam berbagai syair-syairnya juga terdapat cerita anekdot dan lain sebagainya, yang dimana semuanya memberikan pembelajaran dan pemikiran spiritual yang populer pada abad ke-12 dan 13 Masehi.
Sebelum memaknai cinta lebih jauh, perlu diketahui bahwa cinta konsepnya bersifat universal. Menurut Jalaludin Rumi, cinta kepada Tuhan (mahabbah ilahiyah) merupakan sebuah perjalanan spiritual yang membebaskan jiwa dari keterikatan duniawi. Namun, konsep cinta yang dikemukakan Rumi tidak serta-merta meniadakan cinta yang lain.
Seperti “cinta manusiawi”, bukan sekadar rasa suka atau ketertarikan fisik yang dialami oleh seseorang, melainkan sebuah hubungan yang mendalam, tumbuh dari ketulusan, serta memiliki kekuatan untuk mengubah, dan menyempurnakan jiwa manusia. Akan tetapi cinta konteksnya suatu yang tak kasat mata, namun begitu nyata dalam kehidupan, ia hadir dalam setiap detak jantung, dalam tatapan penuh kasih, dan dalam pengorbanan yang tulus. Meski begitu akal tidak bisa menerima begitu saja berusaha mendefinisikan sesuatu yang abstrak ini, mencari makna yang dapat menjelaskan segala perasaan yang muncul dari dalam hati. Melalui perkataan Rumi, cinta tidak bisa sekadar dijelaskan oleh kata-kata, sebab hakikat cinta lebih dalam dari sekadar uraian logis. Cinta hanya bisa dirasakan, dipahami, dan dihayati melalui perjalanan batin yang mendalam.
Cinta telah menjadi faktor yang menjadikan seorang suka terhadap lawan jenis, mulai dari filsafat, sastra, hingga psikologi. Banyak teori yang mencoba menjelaskan bagaimana cinta bekerja. Namun satu hal yang tetap menjadi misteri adalah bagaimana cinta sering kali datang secara tiba-tiba, tanpa dapat direncanakan atau dikendalikan.
Cinta adalah misteri yang sering datang tanpa diduga, ia tidak memilih waktu, tempat, atau keadaan. Seseorang bisa merasakan cinta dalam momen paling tak terduga, yang muncul tiba-tiba. Meskipun manusia berusaha mencari dan merencanakan, cinta tetap memiliki jalannya sendiri, ia bisa datang dari seseorang yang tidak pernah kita bayangkan atau dari keadaan yang tampaknya biasa saja. Ia melampaui batas-batas pemikiran dan pemahaman manusia, menjelma sebagai perasaan yang hanya bisa dirasakan dalam batin.
Di ibaratkan cinta bagaikan sumbu lentera, yang tiba-tiba hidup karna hembusan angin, bisa membesar dan mengecil tanpa kita atur. Rumi juga mengibaratkan cinta sebagai taman hijau yang selalu subur dan memberi keteduhan. Selain itu, cinta digambarkan seperti air kehidupan yang mengalir dan memberi kesejukan. Dalam banyak syairnya, Rumi menekankan bahwa cinta adalah sesuatu yang harus dihadapi dengan penuh kesadaran, bukan hanya dipelajari secara intelektual.
Cinta ilahi dan cinta kepada lawan jenis (manusiawi) bagi Rumi bukan dua hal yang bertentangan, melainkan dua sisi dari sumber yang sama, hanya dengan wujud yang berbeda. Tidak menafikan bahwa cinta manusiawi adalah bentuk manifestasi cinta ilahi. Ia melihat hubungan manusia sebagai jalan menuju pemahaman yang lebih dalam tentang kasih Tuhan. Seperti "Cinta manusia bagaikan anak sungai kecil, tetapi anak sungai itu pada akhirnya bermuara ke lautan yang luas."
Cinta bukan sesuatu yang bisa direncanakan, melainkan bagian dari ketetapan-Nya. Dalam hubungan ini, manusia diajarkan tentang ketulusan, pengorbanan, dan kesabaran nilai yang juga merupakan inti dari cinta kepada Tuhan. Bagi Rumi, cinta ilahi bukan hanya sekadar perasaan spiritual, tetapi juga energi yang menggerakkan kehidupan. Setiap gerak, setiap tarikan napas, dan setiap detak jantung adalah bagian dari tarian cinta dengan Tuhan. Bahkan, rasa rindu yang muncul dalam hati manusia kepada sesamanya cerminan dari kerinduan yang lebih besar untuk menyatu dengan Tuhan.
Dalam perspektif Rumi, mencintai seseorang dengan tulus berarti mengenali kebesaran Tuhan dalam dirinya. Saat seseorang mencintai dengan sepenuh hati, ia sesungguhnya sedang belajar mencintai Tuhan dengan cara yang lebih nyata. Ia juga menyebutkan: "Jangan lari dari cinta, sebab ia akan selalu menemukan jalan untuk mendatangimu."
Cinta, baik dalam bentuk kasih sayang kepada manusia maupun kerinduan kepada Tuhan, akan muncul sebagai perasaan. Ia tidak bisa dipaksakan atau ditolak, karena cinta merupakan jalan yang telah digariskan pada seseorang yang menemukan cinta dalam diri orang lain, sebenarnya sedang dituntun untuk mengenal cinta yang lebih agung cinta kepada Yang Maha Esa.
Seringkali kita mendengar pepatah yang mengatakan bahwa tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. Untuk itu Kita harus mengetahui terlebih dahulu, mengenalnya kemudian mencintainya. Ketika kita menuhankan Allah, memurnikan keesaan-Nya dalam syahadat, mengabdi kepada-Nya, berharap dan memohon hanya kepada-Nya itu dikarenakan oleh cinta. Perasaan yang timbul bukan karena keterpaksaan, bujukan atau ancaman tetapi hadir dari jiwa yang merindukan ketentraman, kebahagiaan dan kedamaian.
Cinta seperti air bagi manusia, sumber kehidupan yang tak tergantikan. Cinta bagaikan tempat yang kita sebut indah, tapi kau tidak menemukan tanda penciptanya disana. Begitu terasanya cinta, dan manfaat yang dimilikinya, namun jika mencari wujud cinta bahkan hingga mengikuti tanda tetap tidak akan ditemukan tanda dari pecinta, karna cinta tak bertanda. Meskipun seseorang bisa berusaha mencari cinta dengan mengikuti petunjuk atau tanda-tanda tertentu, pada akhirnya cinta sejati tidak memiliki jejak fisik.
Bagi seseorang yang merasan cinta, meskipun ada banyak penderitaan dan kesakitan, cinta yang berasal dari Tuhan (Maha Pemilik Cinta) dapat mengubah sesuatu yang sederhana dan tak berharga menjadi sesuatu yang luar biasa, seperti krikil (batu kecil) yang berubah menjadi butiran emas di dalam sungai. Ini adalah metafora untuk kekuatan cinta Ilahi yang mampu mengubah kehidupan manusia dan memberikan makna yang lebih dalam. Bagi Rumi cinta adalah bagian dari ketetapan Tuhan, sesuatu yang hadir bukan karena keinginan manusia semata, tetapi karena sudah menjadi bagian dari perjalanan hidup yang harus dilalui.Bisa disebut cinta adalah bagian dari takdir yang sudah ditentukan.
Oleh: Moh. Danil Fathoni
Posting Komentar