BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Raja Brawijaya V dan PC PMII Banyuwangi

Pena Laut -
Raja Brawijaya V adalah raja terakhir dari kerajaan Majapahit yang memerintah pada abad ke-15, sekitar tahun 1468 hingga 1478. Ia merupakan salah satu tokoh yang cukup kontroversial dalam sejarah kerajaan Nusantara, terutama karena pemerintahan yang dipenuhi dengan tantangan besar, baik dari dalam kerajaan maupun ancaman eksternal. Brawijaya V memerintah di tengah-tengah masa kemunduran Majapahit, yang pada awalnya merupakan salah satu kerajaan terbesar dan terkuat di Asia Tenggara.

Pada masa pemerintahannya Majapahit mulai menunjukkan tanda-tanda keruntuhan. Kerajaan ini menghadapi berbagai masalah internal, seperti perebutan kekuasaan di kalangan keluarga kerajaan dan bangsawan. Selain itu, banyak kerajaan kecil yang sebelumnya menjadi sekutu Majapahit mulai memberontak, mengurangi kontrol pusat yang dimiliki oleh Majapahit. Meskipun berusaha mempertahankan kekuasaannya, kesulitan mengendalikan wilayah-wilayah yang semakin terpecah belah.

Salah satu peristiwa penting dalam masa pemerintahan Brawijaya V adalah penyerahan diri kerajaan Majapahit kepada Vijaya, seorang penguasa yang berkuasa di wilayah sekitar Bali. Dengan meningkatnya ketidakstabilan di Jawa, Brawijaya V juga mulai kehilangan pengaruhnya di beberapa wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh kerajaan Majapahit. Meskipun dia berusaha mempertahankan eksistensi Majapahit, banyak pihak yang menilai bahwa kebijakan dan tindakan yang diambilnya kurang efektif dalam mengatasi keruntuhan kerajaan.

Mengulik dari Sejarah Raja Brawijaya V, teringat akan salah satu pemimpin Pengurus Cabang Organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang lebih dikenal dengan PMII yang berada di wilayah Banyuwangi. PC PMII yang di Nahkodai M Haddad Nasyafiallah menimbulkan banyak pertanyaan dan kontroversi di kalangan anggota dan kader PMII se-Kabupaten Banyuwangi.
 
Dalam Kepemimpinannya ketua PC PMII Banyuwangi tersebut yang akrab di panggil Nasa tidak pernah menjadi contoh Pemimpin yang ideal di kalangan kader dan anggota .
Selama satu periode kepengurusannya mulai terpilih pada tanggal 20 November 2023 tidak pernah melakukan program kerja yang sesuai dengan kebutuhan anggota dan kader PMII Banyuwangi dan tidak dapat menyelesaikan urusan satu Komisariat PK Stes Ihya' Uhlumudin yang sudah tidak lagi ideal untuk dipertahankan.

Salah satu yang sampai hari ini menjadi sebuah pertanyaan dan kontroversi Sahabat Nasa tidak segera melakukan Konfercab yang sampai saat ini belum juga terlaksana. Padahal, bertepatan pada tanggal 20 November 2023 saat terpilih Sahabat Nasa seharusnya melaksanakan Konfercab pada tanggal 20 November 2024 tentu ini sudah melanggar anggaran rumah tangga pasal 20 point (6) PMII yang berbunyi " Masa Jabatan PC adalah 1 tahun".

Saya berasumsi dan menyimpulkan sahabat Nasa ini mengamalkan Istilah Madura (Setel Kopok) yang artinya mendengar tapi pura-pura tidak mendengar. dalam kutipan sejarah raja Brawijaya V sahabat nasa cukup tidak jauh beda, dengan tidak bisa menyelesaikan persoalan yang substantif dengan menimbulkan banyak permasalahan dan tidak mampu mengkondusifkan seluruh kader dan anggota PMII Banyuwangi.

Narasi dan pendapat yang saya tulis sebagai kader yang cukup miris melihat kondisi PC PMII Banyuwangi. Semoga dapat didengar dan sampai kepada sahabat Nasa selaku pimpinan tertinggi PC PMII Banyuwangi. Demikian supaya tidak dianggap sebagai kritikan ujaran kebencian personal, akan tetapi sebagi tulisan ngawur yang mencoba membuka hati nuraninya.


Oleh: Maulana Kijanto
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak