Dari sudut pandang Islam Nusantara memiliki poin keunggulan dari Islam pada umumnya. Islam Nusantara tidaklah aliran ataupun Islam yang mendikotomi pemahaman Islam pada umumnya. Akan tetapi mengutip pidato dari KH Aqil Siradj tentang Islam Nusantara ialah kekhasan Islam yang ada di Nusantara, poin penting ini menjadikan kaum muslim yang ada di Nusantara memiliki identitas dari pada islam yang ada di arab, Islam yang ada di mesir ataupun yang lain. Secara khasanah kenusantaraan pada hakikatnya tidak hanya ada di Indonesia semata, akan tetapi mencakup negara tetangga seperti Malaysia, Thailan, Laos dan negara Asia lainya.
Islam Nusantara yang lahir dari pemikir islam yang ada di Indonesia pada khususnya di lontarkan kepada kelembagaan yaitu Nahdlatul Ulama menjadi ciri khas dan kajian khusus bahwasanya Islam Nusantara memiliki ciri kekhasan tersendiri dari pada Islam-Islam pada daerah lainya. Madzhab Syafii yang banyak dianut oleh masyarakat Indonesia dilihat dari letak geografis sangat mendukung dari pada mazhab lainya.
Islam Nusantara dapat menjadi ciri utama tentang keindonesiaan dikarenakan diskursus awal atau pencetus awal Islam Nusantara berawal dari Indonesia yang mengacu bagaimana pemahaman Nusantara tidak hanya pada negara Indonesia saja, di mana Islam Nusantara memiliki keunikan dan kekhasan yang tidak dimiliki oleh Islam didaerah lain bahkan di negara-negara lain. Dapat kita belajar dari sejarah pula bagaimana sumpah Palapa yang diucapkan Patih Gajah Mada yang berjanji “ia tidak akan menikmati kesenangan (amukti palapa) sebelum berhasil menyatukan Nusantara”, KH Agus Sunyoto menuliskan penyebaran Islam di Indonesia berbeda dengan penyebarannya di negara-negara lain.
Pada era saat ini pun Islam berkembang sedemikian rupa secara luas dan memiliki metode pendekatan yang berbeda-beda antara Islam perkotaan dan Islam tradisional yang berkembang di masyarakat. Namun dengan demikian nilai Islam Nusantara begitu penting dipahami oleh kaum muslim seutuhnya tentang bagaimana Islam Nusantara yaitu erat kaitanya dengan identitas suatu negara, tidak berbicara tentang Negara Islam ataupun negara b kepemimpinan khalifah seperti zaman Rasulullah SAW.
Dalam perspektif Keindonesiaan jelas bagaimana dulu Islam memiliki daya tawar ketika penyebaran awal-awal masuk ke bumi Nusantara, kini dengan adanya gagasan tentang Islam Nusantara seharusnya menjadi gerbang perspektif baru tentang bagaimana nilai-nilai keindonesiaan tidak dapat dilepaskan dari identitas suatu Negara. Gerbang awal ini menjadi pondasi kebangkitan islam pada umumnya yang mana Islam yang Rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh umat). Islam Nusantara ya Islam Indonesia, Islam Indonesia ya Islam Nusantara.
Islam Nusantara dapat menjadi ciri utama tentang keindonesiaan dikarenakan diskursus awal atau pencetus awal Islam Nusantara berawal dari Indonesia yang mengacu bagaimana pemahaman Nusantara tidak hanya pada negara Indonesia saja, di mana Islam Nusantara memiliki keunikan dan kekhasan yang tidak dimiliki oleh Islam didaerah lain bahkan di negara-negara lain. Dapat kita belajar dari sejarah pula bagaimana sumpah Palapa yang diucapkan Patih Gajah Mada yang berjanji “ia tidak akan menikmati kesenangan (amukti palapa) sebelum berhasil menyatukan Nusantara”, KH Agus Sunyoto menuliskan penyebaran Islam di Indonesia berbeda dengan penyebarannya di negara-negara lain.
Penyebaran Islam yang diprakarsai oleh Wali Songo memiliki kekhasan dan keunikan tersendiri. Tidak melalui kekerasan dan paksaan, penduduk pribumi tidak merasa terusik dan merasa terganggu dengan adanya ajaran baru atau keyakinan baru. Dengan pendekatan kemasyarakatan secara perlahan dan bertahap tanpa mengusik keyakinan penduduk asli pribumi sehingga ajaran baru (Islam) diterima secara luas di bumi Nusantara. Melihat cara dakwah yang dilakukan Sunan Kalijaga semisal memasukkan nilai-nilai Islam melalui kebudayaan dan kesenian, sehingga pemahaman masyarakat dengan adanya pertunjukan seni dengan bermuatan Islam tidak merasa digurui secara langsung akan tetapi dituntut secara perlahan oleh Sunan Kalijaga. Orang-orang pribumi zaman dahulu sangat antipati dengan adanya ajaran baru, akan tetapi Sunan Kalijaga mampu memasukkan nilai-nilai Islam secara sedikit demi sedikit dalam pertunjukan wayang salah satunya sarana dalam penyebaran Islam secara perlahan.
Pada era saat ini pun Islam berkembang sedemikian rupa secara luas dan memiliki metode pendekatan yang berbeda-beda antara Islam perkotaan dan Islam tradisional yang berkembang di masyarakat. Namun dengan demikian nilai Islam Nusantara begitu penting dipahami oleh kaum muslim seutuhnya tentang bagaimana Islam Nusantara yaitu erat kaitanya dengan identitas suatu negara, tidak berbicara tentang Negara Islam ataupun negara b kepemimpinan khalifah seperti zaman Rasulullah SAW.
Islam Nusantara lebih menunjukkan sisi Keindonesiaan yang sangat penting, identitas suatu negara sangat penting bagi agama. Bagaimana kita dapat menjalankan suatu ibadah mendekatkan diri kepada Allah SWT apabila dalam suatu negara tidak aman, banyak terjadinya konflik di mana-mana, bagaimana dapat merasa tenang melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan apabila dalam suatu negara tidak memiliki ketentraman bahkan keamanan dalam melakukan ibadah. Nilai keindonesiaan yang terdapat dalam Islam Nusantara ini menjadi titik tolak rasa syukur yang harus dimiliki oleh seluruh penduduk Negeri, lebih-lebih kaum Muslim. Negara yang aman dari konflik, melaksanakan ibadah dengan tenang, nyaman serta dilindungi oleh Negara menjadi poin yang harus disadari oleh semuanya.
Dalam perspektif Keindonesiaan jelas bagaimana dulu Islam memiliki daya tawar ketika penyebaran awal-awal masuk ke bumi Nusantara, kini dengan adanya gagasan tentang Islam Nusantara seharusnya menjadi gerbang perspektif baru tentang bagaimana nilai-nilai keindonesiaan tidak dapat dilepaskan dari identitas suatu Negara. Gerbang awal ini menjadi pondasi kebangkitan islam pada umumnya yang mana Islam yang Rahmatan lil alamin (rahmat bagi seluruh umat). Islam Nusantara ya Islam Indonesia, Islam Indonesia ya Islam Nusantara.
Gagasan ini menjadi PR kita semua untuk memahamkan bagaimana keyakinan Islam yang bermacam-macam dalam bermadzhab, bermacam-macam amaliyah kegiatan ekspresi kita berislam tidak sampai lepas dari koridor tentang bagaimana ia harus bangga dilahirkan dan dibesarkan di tanah air yang kita cintai, tidak sok meniru Islam kearab-araban, Islam yang kebarat-baratan, pada hakikatnya Islam ya tetap Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW dan diberi landasan yaitu Al-Quran dan Hadits, tentang bagaimana ia mengekspresikan dalam beragama asal tidak keluar dari syariat serta tidak melanggar aturan halal haram itu sah-sah saja. Dapat dipahami Islam Nusantara merupakan kajian yang sangat serius dari sudut pandang yang kritis tentang bagaimana ia mengutarakan gagasan serta ide tentang hal tersebut. Memandang Islam Nusantara sama halnya memandang Islam dan keindonesiaan secara utuh.
Oleh: Ihya Ulumuddin
Oleh: Ihya Ulumuddin
Posting Komentar