BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Bagi-Bagi Takjil Dalam Prespektif Tindakan Sosial Max Weber

Pena Laut -
 Bulan Ramadhan merupakan bulan suci umat Islam yang di tunggu-tunggu selama setahun lamanya. Saya merasakan sendiri menjelang berbuka puasa, khususnya di wilayah Jember, dari kalangan mahasiswa hingga komunitas atau organisasi dan sejenisnya. Hal ini menjadi menarik di khalayak publik dengan membagi-bagikan sebuah hidangan sebelum berbuka puasa, yang lebih dikenal dengan takjil.

Di berbagai macam tempat, di pinggir jalan sampai takmir masjid menyiapkan berbuka gratis dengan bungkusan nasi kotak yang berisi lauk-pauk dan tak lupa dengan sayur mayurnya, bahkan ada juga yang menyediakan takjil prasmanan komplit dengan minumannya. Itu saya temukan cuma ada di Jember, lokasinya depan Makam Mbah Siddiq, Masjid berwarna hijau sebelah Indomart. Berbagi itu indah, dalam islam seperti itu. 

Bagi-bagi takjil menjadi menarik ketika diilmiahkan melalui pengetahuan prespektif tindakan sosialnya Max Weber. Ada empat bagian. Secara tindakan tradisional: tindakan seperti bagi-bagi takjil di kalangan kaum muda khususnya, hal ini sudah menjadi kebiasaan lama tradisi setiap tahun semenjak kekuatan sinergi dari suatu kelompok yang tidak lupa pada tradisi yang sudah terus berjalan hingga saat ini.

Secara tindakan emosional, bisa disebut dengan afektif menurut Max Weber, sebuah kelompok atau komunitas memiliki rasa empati terhadap orang-orang di pinggir jalan tukang becak misalnya, atau orang terlena karna tidak dapat asumsi makanan gizi gratis, tepatnya di bulan ramadhan mereka cuma membutuhkan hidangan untuk berbuka puasa tanpa harus berganung pada negara karna pada dasarnya kata max weber manusia memiliki hubungan emosional kepedulian pada masyarakat sekitar.
 
Secara tindakan rasionalitas instrumental, layaknya suatu kelompok lebih tepatnya di bulan romadhon, bulan suci ini menjadi moment pada rasionalitas instrumental dalam suatu kelompok sepertinya ini cukup layak dan sederhana bagi suatu kelompok yang memiliki tujuan menjalankan sebagai makhluk sosial memberi makanan yang layak berbuka dengan yang manis-manis untuk dimakan ketika berbuka puasa.
 
Rasionalitas nilai bagi-bagi takjil tidak hanya sekedar memiliki tujuan rasionalitas belaka namun di sisi lain ada nilai yang tersurat misalnya secara etika kita miliki tindakan baik sebagai makhluk sosial terhadap, hal ini di karenakan dari dahsyatnya agama kepada penganutnya terhadap masyarakat sekitar dan secara estetika melihat dari perkembangan teknologi di era sekarang, sosial media hususnya bisa di manfaatkan juga sebagai landasan estetik.

Oleh: Izzat Hubais
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak