Sektor pariwisata merupakan salah satu pilar utama perekonomian Indonesia. Kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan penciptaan lapangan kerja sangat signifikan. Namun, dengan adanya pemangkasan anggaran, terdapat kekhawatiran bahwa sektor ini akan mengalami penurunan kinerja. Data menunjukkan bahwa setiap penurunan belanja pemerintah sebesar 1 persen berpotensi mengurangi kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 0,3 hingga 0,5 persen.
Pemangkasan anggaran ini tidak hanya berdampak pada promosi pariwisata, tetapi juga pada pengelolaan destinasi wisata unggulan. Kurangnya dana dapat menghambat perawatan fasilitas, pengembangan infrastruktur, dan pelatihan sumber daya manusia di sektor ini. Akibatnya, daya saing pariwisata Indonesia di kancah internasional bisa menurun.
Dalam perspektif Islam, perjalanan atau wisata memiliki nilai spiritual yang mendalam. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:
"قُلْ سِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ۚ ثُمَّ اللَّهُ يُنشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ"
"Katakanlah, 'Berjalanlah di muka bumi, lalu perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.'" (QS. Al-'Ankabut: 20)
Ayat ini mendorong umat manusia untuk melakukan perjalanan, merenungi ciptaan Allah, dan mengambil pelajaran darinya. Wisata tidak hanya berfungsi sebagai sarana rekreasi, tetapi juga sebagai media pendidikan dan peningkatan spiritualitas.
Namun, dengan adanya pemangkasan anggaran, upaya untuk memfasilitasi perjalanan yang edukatif dan spiritual ini bisa terhambat. Destinasi-destinasi yang memiliki nilai sejarah dan religius mungkin tidak mendapatkan perhatian yang layak dalam hal perawatan dan promosi. Padahal, tempat-tempat tersebut memiliki potensi besar untuk meningkatkan pemahaman keagamaan dan kecintaan terhadap budaya lokal.
Rasulullah SAW bersabda:
"سَافِرُوا تَصِحُّوا وَتَغْنَمُوا"
"Bepergianlah kalian, niscaya kalian akan sehat dan mendapatkan rezeki." (HR. Ahmad)
Hadis ini menekankan manfaat dari bepergian, baik dari segi kesehatan maupun rezeki. Dengan demikian, mendukung sektor pariwisata berarti juga mendukung kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Selain itu, pemangkasan anggaran dapat berdampak pada sektor-sektor terkait lainnya, seperti perhotelan, transportasi, dan kuliner. Banyak pelaku usaha di sektor-sektor ini yang menggantungkan hidupnya pada arus wisatawan. Dengan menurunnya jumlah kunjungan, pendapatan mereka pun terancam.
Allah SWT berfirman:
"Bepergianlah kalian, niscaya kalian akan sehat dan mendapatkan rezeki." (HR. Ahmad)
Hadis ini menekankan manfaat dari bepergian, baik dari segi kesehatan maupun rezeki. Dengan demikian, mendukung sektor pariwisata berarti juga mendukung kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
Selain itu, pemangkasan anggaran dapat berdampak pada sektor-sektor terkait lainnya, seperti perhotelan, transportasi, dan kuliner. Banyak pelaku usaha di sektor-sektor ini yang menggantungkan hidupnya pada arus wisatawan. Dengan menurunnya jumlah kunjungan, pendapatan mereka pun terancam.
Allah SWT berfirman:
"وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا"
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qasas: 77)
Ayat ini mengajarkan keseimbangan antara urusan dunia dan akhirat. Dalam konteks ini, pengembangan sektor pariwisata yang berkelanjutan dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai keseimbangan tersebut.
Sebagai solusi, pemerintah dan pelaku industri pariwisata perlu berkolaborasi untuk mencari alternatif pendanaan. Kemitraan dengan sektor swasta, pengembangan destinasi wisata berbasis komunitas, dan optimalisasi teknologi digital untuk promosi bisa menjadi beberapa langkah strategis.
Rasulullah SAW bersabda:
"الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا"
"Seorang mukmin bagi mukmin lainnya seperti bangunan yang saling menguatkan." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kerja sama antara berbagai pihak dalam menghadapi tantangan ini sangat diperlukan. Dengan saling mendukung, sektor pariwisata Indonesia dapat tetap bertahan dan bahkan berkembang meskipun di tengah keterbatasan anggaran.
Selain itu, diversifikasi destinasi wisata juga penting. Tidak hanya fokus pada destinasi populer, tetapi juga mengembangkan potensi wisata di daerah-daerah lain yang belum terekspos. Hal ini sejalan dengan semangat Al-Qur'an yang mendorong umat manusia untuk menjelajahi bumi dan mengenal berbagai kaum serta budaya.
Oleh: Nashrul Mu'minin Content Writer Yogyakarta
Posting Komentar