BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Langkah Kami di Kampus Cokroaminoto Yogyakarta

Langkah Kami di Kampus Cokroaminoto Yogyakarta
Pena Laut - Aku masih ingat hari pertama melangkahkan kaki di Universitas Cokroaminoto Yogyakarta. Sebuah kampus yang mungkin tak sepopuler universitas besar lain di kota ini, tapi bagiku, tempat ini lebih dari sekadar institusi pendidikan. Ia adalah rumah bagi perjuangan, persahabatan, dan harapan.

Bersama dua sahabatku, Mas Ahul dan Mas Adin, kami menapaki perjalanan sebagai mahasiswa dengan berbagai lika-liku kehidupan. Kami bertiga berasal dari latar belakang yang berbeda, namun kampus ini menyatukan kami dalam satu mimpi: menuntut ilmu untuk mengubah masa depan.

Awal Sebuah Perjalanan

Hari pertama kuliah, aku ingat betul bagaimana kami bertiga saling mencari ruang kelas. Mas Ahul, yang terkenal santai tapi cerdas, sibuk memegang buku panduan kampus, mencoba menemukan lokasi kelas. Sementara Mas Adin, yang lebih suka mengandalkan instingnya, justru membawa kami ke gedung yang salah.

“Lho, ini kan ruang administrasi, bukan kelas,” ujarku sambil menatap papan besar bertuliskan **"Biro Akademik".
Mas Ahul tertawa kecil, “Sudah kuduga. Kita harusnya ke lantai tiga gedung utama.”

Akhirnya, setelah sedikit berlari, kami tiba di kelas tepat waktu. Saat itu, aku merasa kampus ini seperti labirin yang luas, penuh dengan kemungkinan dan cerita yang belum terungkap.

Langkah Kami di Kampus Cokroaminoto Yogyakarta

Persahabatan yang Diuji

Waktu berjalan, tugas mulai menumpuk, ujian semakin dekat. Aku, Mas Ahul, dan Mas Adin mulai merasakan tekanan sebagai mahasiswa.

Suatu hari, di sebuah sore yang mendung, kami duduk di taman belakang kampus, tempat favorit kami untuk mengobrol.

“Aku jujur mulai merasa lelah,” keluhku, menatap langit yang perlahan berubah kelabu.

Mas Ahul menepuk pundakku, “Tenang, bro. Semua mahasiswa pasti merasa begitu. Tapi ingat, kita di sini bukan hanya untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang-orang yang percaya pada kita.”

Mas Adin mengangguk. “Iya. Apalagi kita ini bukan orang-orang kaya. Kalau kita gagal, kita tidak hanya mengecewakan diri sendiri, tapi juga keluarga yang sudah berjuang.”

Kata-kata mereka membuatku berpikir. Betapa berharganya persahabatan ini. Betapa kami bukan hanya sekadar teman sekampus, tapi juga saudara seperjuangan.

Tantangan di Tengah Jalan

Semester berlalu, dan tantangan semakin besar. Aku ingat saat kami harus menghadapi tugas akhir mata kuliah yang terkenal sulit. Semua mahasiswa mengeluh, banyak yang menyerah.

Malam itu, kami berkumpul di kamar kosku. Kertas berserakan di mana-mana, laptop menyala dengan dokumen penuh catatan. Mas Ahul sibuk membaca buku referensi, sementara Mas Adin menulis draf laporan. Aku? Aku hanya duduk termenung, merasa tugas ini terlalu berat.

Mas Ahul menatapku tajam. “Hei, kalau kamu diam saja, kita tidak akan selesai.”
Mas Adin menimpali, “Iya, kita sudah sejauh ini. Jangan menyerah sekarang.”

Akhirnya, dengan dukungan mereka, aku kembali fokus. Kami begadang hingga pagi, bekerja tanpa lelah. Dan ketika akhirnya kami menyelesaikan tugas itu, ada rasa bangga yang sulit dijelaskan.

Momen yang Tak Terlupakan

Hari kelulusan tiba lebih cepat dari yang kami bayangkan. Kami berdiri bersama di aula kampus, mengenakan toga dengan hati berdebar. Ketika namaku dipanggil, aku melangkah ke depan, menerima ijazah dengan bangga.

Di belakangku, Mas Ahul dan Mas Adin tersenyum lebar. “Kita berhasil,” bisik Mas Ahul.
Aku mengangguk. “Iya. Ini bukan hanya tentang gelar. Ini tentang perjalanan yang kita lalui bersama.”

Kami bertiga saling berpelukan. Di balik semua tawa, lelah, dan perjuangan, kami tahu satu hal: Universitas Cokroaminoto Yogyakarta bukan hanya tempat belajar. Ia adalah rumah bagi impian kami, rumah bagi persahabatan yang akan selalu kami kenang.

Oleh: Nashrul Mu'minin Content Writer Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak