Penalaut.com - Dunia perkuliahan selalu diwarnai oleh dua jenis mahasiswa yang sering dibandingkan: mahasiswa "kupu-kupu" (kuliah pulang-kuliah pulang) dan mahasiswa "kura-kura" (kuliah rapat-kuliah rapat). Perdebatan mengenai siapa yang lebih unggul terus berlanjut dari generasi ke generasi, termasuk di tahun 2025. Apakah mahasiswa kupu-kupu yang fokus pada akademik dan kehidupan pribadinya lebih baik? Ataukah mahasiswa kura-kura yang aktif dalam organisasi dan kepanitiaan memiliki nilai lebih dalam kehidupan pasca-kampus?
Islam sebagai agama yang sempurna telah memberikan panduan mengenai keseimbangan dalam kehidupan. Dalam Al-Qur'an, Allah berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu lupakan bagianmu dari dunia." (QS. Al-Qasas: 77)
Mahasiswa kupu-kupu seringkali dianggap terlalu pasif dalam kehidupan kampus. Mereka hanya datang ke kampus untuk kuliah, lalu langsung pulang tanpa terlibat dalam kegiatan lain. Di satu sisi, mereka memiliki waktu lebih untuk fokus pada akademik, mengerjakan tugas, dan beristirahat. Namun, disisi lain, mereka kehilangan kesempatan untuk membangun jaringan, mengasah soft skill, dan memahami dinamika dunia kerja sejak dini.
Sebaliknya, mahasiswa kura-kura seringkali dikenal sebagai pribadi yang dinamis dan aktif. Mereka terbiasa memimpin rapat, mengelola acara, serta menghadapi berbagai tantangan di luar akademik. Namun, ada risiko bahwa mereka terlalu sibuk hingga akademik mereka terabaikan. Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik, sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ، فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا
"Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidaklah seseorang memberat-beratkan dirinya dalam agama ini melainkan ia akan dikalahkan olehnya. Maka bersikap luruslah, mendekatlah kepada kebenaran, dan berbahagialah." (HR. Bukhari)
Di tahun 2025, dengan semakin berkembangnya dunia digital, mahasiswa kupu-kupu memiliki keuntungan tersendiri. Mereka bisa mengembangkan skill mandiri melalui internet, mengikuti kursus online, dan bahkan bekerja dari rumah. Namun, tanpa interaksi sosial yang cukup, mereka bisa kesulitan saat harus beradaptasi dengan lingkungan kerja yang menuntut komunikasi dan kerja tim yang baik.
Di sisi lain, mahasiswa kura-kura juga menghadapi tantangan baru. Dengan banyaknya kesibukan organisasi, mereka seringkali lupa untuk mengembangkan skill teknis yang dibutuhkan di dunia kerja. Banyak dari mereka yang lulus dengan pengalaman organisasi yang kaya, tetapi kesulitan dalam mencari pekerjaan karena kurangnya portofolio akademik yang kuat.
Islam mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan, termasuk dalam dunia perkuliahan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah ﷺ bersabda:
خَيْرُ الأُمُورِ أَوْسَطُهَا
"Sebaik-baik perkara adalah yang pertengahan." (HR. Baihaqi)
Oleh karena itu, mahasiswa ideal di tahun 2025 bukanlah mereka yang hanya menjadi kupu-kupu atau kura-kura secara ekstrim, tetapi mereka yang bisa menyeimbangkan keduanya. Mahasiswa yang unggul adalah mereka yang tetap fokus dalam akademik, tetapi juga aktif mengembangkan diri di luar kelas, baik dalam organisasi, komunitas, maupun dunia kerja.
Seorang mahasiswa yang hanya fokus pada akademik tanpa pengalaman sosial akan kesulitan bersaing dalam dunia kerja yang semakin kompetitif. Namun, mahasiswa yang terlalu sibuk dengan organisasi hingga mengabaikan akademiknya juga berisiko tertinggal dalam aspek intelektual. Maka, penting bagi setiap mahasiswa untuk menemukan ritme yang tepat dalam menjalani kehidupan kampusnya.
Sebagai seorang content writer yang kritis, saya melihat bahwa perdebatan antara kupu-kupu dan kura-kura seharusnya tidak lagi menjadi perbandingan yang saling merendahkan. Sebaliknya, mahasiswa seharusnya berusaha untuk mengoptimalkan perannya sesuai dengan kapasitas masing-masing.
Pada akhirnya, menjadi mahasiswa bukan hanya tentang lulus dengan nilai tinggi atau memiliki banyak pengalaman organisasi, tetapi bagaimana seseorang bisa berkembang secara utuh sebagai pribadi yang siap menghadapi tantangan hidup. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ
"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS. Al-Ma’idah: 42)
Mahasiswa yang bijak adalah mereka yang mampu menyeimbangkan akademik dan aktivitas luar kampusnya dengan baik. Mereka tidak hanya mengejar nilai, tetapi juga ilmu. Mereka tidak hanya sibuk berorganisasi, tetapi juga tetap bertanggung jawab atas pendidikannya. Karena pada akhirnya, dunia kampus adalah tempat pembentukan karakter, bukan hanya sekadar tempat mencari gelar atau pengalaman semata.
Oleh: Nashrul Mu'minin Content writer Yogyakarta
Kupu-Kupu vs Kura-Kura: Realita Mahasiswa di Tahun 2025, Siapa yang Lebih Unggul?

Pena Laut
... menit baca
Dengarkan
Posting Komentar