BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Judgemental Elit, Refleksi dan Introspeksi Sulit

Pena Laut -
Dalam menjalani kehidupan, kita mungkin pernah merasakan penyesalan atas pikiran dan tindakan kita yang mungkin tidak tepat secara subjektif, atau hanya melihat pengalaman atas orang lain kita jadi mengerti dan mencoba untuk bertindak dengan lebih baik. Dalam masa ke masa kita merasakan dan melakukan banyak hal, dan tentunya ini tidak lepas bagaimana pola pikir dan tindakan kita. Lalu, tentang bagaimana kita berpikir dan berbuat apakah pantas secara etis dan moral, akan mengantarkan kita pada perenungan. Ataukah kita sering mengoreksi dan menghakimi orang lain, seolah-olah kita sudah (merasa) benar dan sempurna. Penulis, dalam hal ini mencoba mendekonstruksi pola pikir semacam yang penulis simpulkan dalam bentuk upaya “refleksi dan introspeksi’.

Membongkar Definisi

Refleksi ialah sebuah tindakan perenungan, atau penulis bilang “bercermin” atas apa yang sudah dilakukan di masa lalu, sedangkan, introspeksi ialah upaya mengoreksi atau evaluasi sebuah kesalahan tindakan. Refleksi tidak serta merta akan berdampak pada perubahan—akan kesalahan di masa lalu. Karena, koridor refleksi ini berupa melihat kembali akan masa lalu. Upaya perubahan tersebut bisa dilakukan dalam introspeksi. Sebuah tindakan, diawali oleh pola pikir kita. 

Seperti yang diungkapkan dalam Buku “Berpikir dan Berjiwa Besar” karya James Clear dalam kutipannya, “Cara berpikir Anda menentukan perbuatan Anda. Cara berbuat Anda, pada akhirnya menentukan bagaimana orang lain menyikapi Anda”. Kurang lebih demikian kutipannya. Penulis simpulkan, kita dianuegrahi akal pikiran kemudian akan terejawantah dalam tindakan. Tindakan benar dan salah ini kemudian akan dinilai berdasarkan nilai etika dan moralitas. Tentunya membutuhkan sebuah kesadaran dalam melakukan refleksi dan sebuah usaha dalam mewujudkan perubahan.

Bagaimana dalam Praktik Sosial?

Dalam hubungan sosial, kita tidak terlepas oleh yang namanya masalah atau konflik. Entah, perihal komunikasi atau tindakan yang impulsif. Manusia juga pandai atau mudah dalam hal menghakimi (judgement) orang lain. Melihat tindakan orang lain yang kemudian tidak sesuai dengan keyakinan atau ide kita, kita cenderung melakukan penghakiman. Sebuah dalil agama menyebutkan, manusia itu tidaklah sempurna dan tidak luput dari kesalahan dan khilaf. Kita mungkin cenderung antusias dan frontal melakukan penghakiman akan kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan orang lain. Padahal kita juga tidak terlepas akan sebuah kesalahan.

Bagaimana Sikap Kita?

Kita bisa memulai dengan bercermin (refleksi) atas apa yang sudah kita lakukan di masa lalu, apakah terdapat tindakan yang merugikan diri sendiri atau orang lain, yang tidak kita sadari. Dengan kita menyadari akan hal masa lalu, dengan penggunaan akal pikiran kita dapat melakukan koreksi (introspeksi) atas kesalahan kita sebelumnya. Tidak semua orang mampu melakukan refleksi dan introspeksi, karena mudahnya menghakimi orang lain. Sekali lagi upaya untuk melakukan refleksi dan introspeksi ini, membutuhkan kesadaran dan sikap dewasa. Seseorang yang tidak sadar, tidak akan mungkin dapat memeriksa dirinya sendiri. Dengan kita merenung dan mengoreksi diri kita tentunya melahirkan sikap bijaksana dan mudah menoleransi kekhilafan orang lain.


Oleh: Fawaid Abdullah Abbas (PMII Ibrahimy)
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak