BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Gaya Mengajar ala Fatimah Al-Fihri, Perempuan Hebat Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Pena Laut - Kalau kita bicara tentang pendidikan tinggi, pasti yang langsung terlintas adalah universitas-universitas terkenal di dunia seperti Oxford, Harvard, atau Sorbonne. Tapi, tahukah kalian bahwa universitas pertama di dunia justru didirikan oleh seorang perempuan Muslim? Dialah Fatimah Al-Fihri, sosok luar biasa di balik berdirinya Universitas Al-Qarawiyyin di Fez, Maroko, pada tahun 859 M.Fatimah bukan hanya seorang pendiri, tetapi juga seorang pemikir dan penggerak perubahan dalam dunia pendidikan. Ia punya visi besar, tidak hanya membangun sebuah institusi, tetapi juga menciptakan sistem pembelajaran yang berbasis pada ilmu sebagai bagian dari ibadah. Gaya mengajar dan konsep pendidikan yang diterapkan di Al-Qarawiyyin bahkan menjadi pondasi bagi universitas-universitas modern di seluruh dunia.

Ilmu Sebagai Jalan Menuju Ibadah

Dalam pandangan Fatimah, menuntut ilmu bukan hanya sekadar mencari pengetahuan, apalagi sekadar mendapatkan gelar dan status sosial. Ilmu adalah bagian dari ibadah, sebuah bentuk pengabdian kepada Allah. Hal ini selaras dengan hadits Nabi yang menyatakan bahwa menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim, baik laki-laki maupun perempuan.Gaya mengajar yang diterapkan di Al-Qarawiyyin mencerminkan nilai-nilai ini. Belajar bukan sekadar menghafal teori, tetapi juga memahami esensi ilmu dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ini jauh lebih dalam daripada sekadar "lulus ujian", karena tujuan akhirnya adalah menjadi manusia yang lebih baik dan lebih bermanfaat bagi sesama.

Diskusi dan Pemahaman Mendalam: Tidak Sekadar Hafalan

Salah satu ciri khas metode pembelajaran di Al-Qarawiyyin adalah pembelajaran berbasis diskusi dan pemahaman mendalam. Ini berbeda dari sistem hafalan pasif yang sering diterapkan di banyak tempat.Para murid tidak hanya mendengarkan ceramah guru, tetapi juga diajak berdiskusi, bertanya, dan mengkritisi suatu konsep hingga benar-benar memahaminya. Cara ini sangat mirip dengan metode Active Knowledge Sharing, di mana peserta didik tidak hanya menjadi penerima ilmu, tetapi juga ikut aktif dalam proses belajar.Metode ini sangat relevan dengan pendidikan modern, di mana pemikiran kritis menjadi keterampilan utama yang harus dimiliki oleh generasi muda. Fatimah Al-Fihri sudah memahami ini jauh sebelum dunia akademik menyadari pentingnya pembelajaran berbasis pemahaman dan diskusi.

Pendidikan yang Inklusif: Kesempatan untuk Semua

Hal lain yang membuat Fatimah Al-Fihri begitu luar biasa adalah keberaniannya membuka akses pendidikan bagi semua kalangan, termasuk perempuan. Pada abad ke-9, pendidikan tinggi masih sangat terbatas bagi kaum pria, apalagi di bidang ilmu pengetahuan umum seperti matematika, kedokteran, astronomi, dan filsafat.Namun, di Universitas Al-Qarawiyyin, tidak ada diskriminasi. Baik laki-laki maupun perempuan memiliki hak yang sama untuk belajar dan mengembangkan diri. Bahkan, sistem pendidikan inklusif ini menarik banyak ilmuwan besar dari berbagai belahan dunia, termasuk tokoh-tokoh Eropa yang nantinya akan menjadi perintis kebangkitan intelektual di Barat.Fakta ini membuktikan bahwa Islam sejak dulu sudah memberikan tempat yang luas bagi perempuan dalam dunia pendidikan, jauh sebelum dunia modern memperjuangkan hak-hak kesetaraan gender. Fatimah Al-Fihri adalah bukti nyata bahwa perempuan tidak hanya bisa berkontribusi dalam pendidikan, tetapi juga menjadi pelopor peradaban.

Keberlanjutan: Universitas yang Bertahan Lebih dari 1.000 Tahun

Salah satu bukti keberhasilan sistem pendidikan yang dirancang Fatimah adalah Universitas Al-Qarawiyyin masih berdiri hingga hari ini, menjadikannya universitas tertua di dunia yang terus beroperasi. UNESCO dan Guinness World Records bahkan mengakui bahwa universitas ini adalah lembaga pendidikan tinggi pertama yang pernah ada.Lebih dari seribu tahun setelah didirikan, Al-Qarawiyyin tetap menjadi pusat ilmu pengetahuan yang melahirkan banyak cendekiawan dan pemikir hebat. Ini membuktikan bahwa metode dan nilai-nilai pendidikan yang diperkenalkan oleh Fatimah Al-Fihri memiliki fondasi yang kuat dan relevan hingga sekarang.

Fatimah Al-Fihri, Inspirasi Pendidikan Sepanjang Masa

Fatimah Al-Fihri bukan hanya seorang pendiri universitas, tetapi juga seorang pemimpin pendidikan yang memiliki visi besar. Ia mengajarkan bahwa ilmu adalah bagian dari ibadah, bahwa pemahaman lebih penting daripada sekadar hafalan, dan bahwa pendidikan harus terbuka bagi siapa saja, tanpa memandang gender atau status sosial.Di zaman sekarang, kita bisa belajar banyak dari konsep pendidikan yang diterapkan Fatimah. Jika dunia pendidikan saat ini masih bergelut dengan tantangan metode pembelajaran yang kaku, kurangnya akses bagi kelompok tertentu, dan ketimpangan gender dalam pendidikan, Fatimah sudah memberikan jawabannya sejak lebih dari seribu tahun lalu.

Jadi, jika ada yang masih ragu bahwa perempuan bisa menjadi pemimpin dalam dunia pendidikan, Fatimah Al-Fihri sudah membuktikannya! Kita hanya perlu belajar dari semangat dan prinsipnya untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih baik bagi masa depan.


Oleh: Masykur Abdul M.
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak