BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Revolusi 2025?

Pena Laut -
Puncak akhir tahun menjadi sebuah waktu yang banyak dinanti-nanti oleh jutaan mahluk bumi. dengan hal itu, tahun yang akan berakhir dianggap menjadikan suatu moment hingga tempat untuk merefleksikan keberagaman hiruk pikuk yang telah terjadi. Yang sedang berada diluar kota memilih kembali ke pangkuan kampung halaman untuk mengobati rasa rindu. Dalam moment seperti demikian saya mencoba merefleksikan terhadap gonjang-ganjingnya bumi Konoha hingga menjelang berakhirnya tahun 2024.

Sedikit ada kata unik yang sudah saya sampaikan yakni “Konoha". Terkesan unik karena Konoha sendiri merupakan sebuah fiksi di serial anime Naruto Shippuden yang disebut mirip dengan Indonesia. Salah satu alasan kenapa Indonesia disebut Negara Konoha adalah karena kesamaan dalam sisi pemimpin negaranya. Dalam serial Naruto, Konoha memiliki 7 orang pemimpin yang disebut Hokage (pemimpin Konoha). Hal itu pun kemudian dikaitkan dengan beberapa presiden yang memimpin Indonesia. Upss! Tetapi per hari ini telah tiba di bawah Kepemimpinan Presiden ke delapan, Prabowo Subianto. Dengan jiwa kepemimpinannya yang militeristik meskipun belakangan ini sedikit menuai pro dan kontra pidatonya. Hemat saya setelah dijuluki Konoha akankah ada julukan-julukan lagi yang bakal dicetuskan oleh warga konoha. Haha!

Sahabat-Sabahatku sekalian yang cerdik dan bijak, rasa-rasanya meski tahun 2024 hampir purna. Rakyat-rakyat kecil seperti kita masih tetap menjadi kuda lumping di kalangan elite politik. Melihat segala problematik dan kebijakan elite politik yang begitu mementingkan beberapa golongan saja (borjuis). Kaum-Kaum proletar seperti kita sepertinya kian hari bukanya merasakan kesejahteraan yang ada hanya penindasan, yang dimana hanya dianak emaskan ketika didepan kotak suara. Ironis sekali melihat negeri yang subur ini harus haram ditangan-tangan bengis, serakah, dan suka menindas.

Dari beberapa problematik yang telah terjadi belakangan ini. Apakah nantinya juga akan ada revolusi yang gemilang guna dapat dirasakan oleh kalangan menengah kebawah (masyarakat kecil). Kebijakan publik yang membuat masyarakat meringis geleng-geleng kepala. Sembari berkata “kokyo ngene eram”. Saya pun turut prihatin ketika melihat pejabat publik tak lagi memperhatikan suara tuhan (masyarakat kecil). Toh! Katanya negara demokrasi suara rakyat adalah suara tuhan. Namun nyatanya tak sedikitpun rengekan dan tangisan didengarkan. Tak heran, jika ini disebut sebuah kedzaliman. Meneropong dari beberapa waktu terahir ternyata orbit-orbit kaum borjuis kian hari kian bermunculan dan terus bertambah, lantas apa yang mau diharapkan ketika kebanalan terus didiamkan. “Sek alhamdulliah awakdewe diwei kebebasan ngomong cah”. Jika kita adopsi bahasa gaulnya Freedom of speech (Kebebasan Berpendapat).

Rentetan ndakik-ndakik di atas berawal dari keresahan selama satu bulan ini, gonjang-ganjing terus terjadi dari ulah beberapa kaum borjuis. Seribu lontaran, harapan dan keinginan terus disuarakan oleh kalangan akademisi sebagai upaya memberikan respon atas ketimpangan yang terjadi belakangan ini. Di sudut-sudut kota telah banyak aksi demonstrasi bentuk penyampaian aspirasi dan keresahan ini. Advokasi hingga di pelosok negeri begitu terus di iringi.

Sebagai Kader PMII Ibrahimy, saya begitu resah melihat situasi dan kondisi saat ini. Situasi sosial kian hari kian meramu di pelosok negeri. Kalangan akademisi bukanya melakukan advokasi hingga pengawalan terhadap kondisi masalah sosial yang terjadi, malah justru meropong kembali persoalan Pilkada yang telah berlalu. Padahal nyata dan jelas masih banyak hal penting yang perlu dikawal sahabat/i ku sekalian. Sebagai rakyat kecil yang tidak memiliki kekuatan dalam memberikan kebijakan paling tidak terus bersuara dalam menegakan keadilan.

“Wes cah! Wes wayae awakdewe mbalek nak Khittah e PMII”. Sebagaimana termaktub tujuan PMII dalam Anggaran Dasar (AD PMII) BAB IV pasal 4: "Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi luhur, berilmu, cakap dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya serta komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia".


Oleh: Bintang Prayoga(Kader PMII Rayon Eksakta UNIIB)
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak