BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Orang Bodoh Cenderung Suaranya Paling Lantang?

Pena Laut -
Tulisan ini ialah semata-mata sebuah bentuk refleksi dan introspeksi penulis akan sebuah fenomena-empirik. Sedikit intermezzo, penulis sedikit menyukai disiplin ilmu psikologi. Dalam pembahasan kali ini, penulis akan memberikan pengalaman dan pengetahuan penulis dalam hal psikologi. Penulis dengan terbuka menerima sebuah kritik, saran, hingga masukan dalam tulisan ini.

Dalam ranah psikologi kognitif dan sosial, ada suatu fenomena yang bisa menjelaskan mengapa justru orang bodoh yang paling percaya diri memamerkan ketidaktahuannya. Ini disebut efek Dunning-Kruger.

Efek Dunning-Kruger adalah sebuah bias kognitif dimana orang dengan kemampuan rendah dalam suatu bidang tertentu cenderung melebih-lebihkan kemampuan mereka sendiri, sedang yang benar-benar mengerti dan ahli di bidangnya cenderung meremehkan kemampuan mereka sendiri. Orang yang terjangkit efek ini, tidak menyadari ketidaktahuan mereka sendiri, dan juga tidak menyadari kemampuan orang lain yang sebenarnya lebih kompeten. Begitu juga sebaliknya, orang yang kompeten memiliki kecenderungan untuk meremehkan kemampuan diri mereka sendiri, dan berprinsip: “Kalau saya bisa, seharusnya orang lain juga bisa. Toh, ini hal yang gampang banget, kok.”

Hal ini tidak terlepas dari kemudahan akses informasi ke sumber pengetahuan sangat mudah, sehingga timbullah fenomena efek Dunning-Kruger itu senediri. Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh psikolog David Dunnning dan Justin Kruger pada akhir 1990-an. Mereka menemukan seseorang yang tidak terampil dalam suatu bidang tidak hanya sering membuat kesalahan, namun mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk menyadari kesalahan mereka sendiri. Sebaliknya, orang-orang yang sangat terampil cenderung memiliki kesadaran yang lebih besar akan kompleksitas dan keterbatasan mereka, yang menyebabkan mereka meremehkan kemampuan mereka sendiri. Maka dari itu, sering kita dengar ‘Ilmu Padi’, hal ini membuktikan bahwa orang-orang kompeten justru lebih sering merefleksikan dirinya sebelum ia membuat pernyataan maupun tindakan.

Lalu, apa dampak yang mungkin saja terjadi?

Hal ini akan berdampak pada pengambilan keputusan pribadi ataupun kebijakan publik. Dalam konteks organisasi misalnya, penting bagi pemimpin untuk mengenali efek Dunning-Kruger ini agar mereka dapat mengidentifikasi dan menangani ketidakmampuan secara efektif, untuk mengetahui posisi atau tempat mana yang memerlukan perhatian lebih, baik untuk peningkatan pengetahuan dan motivasi perkembangan. Efeknya diperparah dengan kondisi sosial media saat ini, contoh sederhananya dapat dilihat pada topik-topik ilmiah ataupun politik. Orang-orang yang berpengetahuan minim akan cenderung berdebat dengan keras dan bersikukuh terhadap pendapat mereka. Sebaliknya, orang-orang yang benar-benar mengerti dan paham akan berhati-hati dan teliti kembali dengan pendapat mereka karena ada rasa dan kesadaran akan ketidakpastian bidang yang mereka kuasai.

Memahami efek Dunning-Kruger ini dapat membantu kita menjadi lebih reflektif dan kritis terhadap diri kita sendiri. Dengan menyadari perbedaan pengetahuan antar individu, kita dapat lebih terbuka terhadap pandangan dan penilaian orang, termotivasi untuk terus mendalami pengetahuan, dan mengakui keterbatasan kita.

Fenomena ini mengingatkan kita bahwa kebijaksanaan sejati tidak hanya terletak pada pengetahuan, namun, juga pada kesadaran akan apa yang tidak kita ketahui.


Oleh: Fawaid Abdullah Abbas (PMII Ibrahimy)
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak