BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

P, Info! (Surat Cinta Untuk Nahkoda PC PMII Banyuwangi)

PC PMII Banyuwangi
”Masih terlalu banyak mahasiswa yang bermental sok kuasa. Merintih kalau ditindas, tetapi menindas jika berkuasa” (Soe hok Gie - Zaman Peralihan)

Pena Laut - Manusia itu unik. Sangking uniknya, ia terus-menerus menunjukkan citra dirinya pada publik. Disadari maupun tidak disadari, manusia merupakan makhluk eksistensial. Seperti yang diungkapkan oleh Jean-Paul Sartre, bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan untuk memilih dan menentukan nasibnya sendiri. Singkatnya, bahwa apa yang kita lakukan, itu sudah menjadi tanggung jawab individu. Saya menganggap diri saya ada, jika saya memberikan reaksi positif-negatif terhadap entitas-entitas yang ada di dunia. Hal ini yang mendasari seseorang untuk bagaimana ia mampu dilihat, ditonton, serta dianggap “ada” oleh sosial.

Jika kita mau melihat, tentu setiap manusia itu akan memberikan reaksi atau suatu tindakan untuk bagaimana dia bisa mewujudkan suatu citra dirinya pada lingkungan sekitar. Apapun itu tindakannya, sekalipun itu maslahah maupun mafsadah. Ditindas maupun menindas, dicintai maupun mencintai, dan karep-nya njenengan. Intinya semacam itu.

Jika kita mau teliti dan telaten, pastinya kita akan merasakan sebuah reaksi dari tindak-tanduk seseorang yang berada di lingkaran kita. Baik itu di instansi pendidikan, pemerintahan, organisasi, dll. Kita sudah diberi nikmat untuk merasakan, maka syukuri dan gunakan. Kalaupun ada yang tidak mau menggunakan, ya itu sudah menjadi urusan panjenengan. Tanpa koma(,).

Akhir-akhir ini saya mendengar suatu desas-desus, yang saya rasa ini agak menggugah hati kecil saya untuk “nganu”. Maksudnya bergerak. Tiba-tiba, saya merasakan ada yang agak sedikit janggal dari lingkaran saya.

Oh iya, saya kok lupa memperkenalkan diri saya. Agar pembaca juga mengetahui siapa dan di mana lingkaran yang saya maksud. Perkenalkan, saya warga pergerakan, yakni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Yang kebetulan saat ini masih istiqamah menuntut ilmu di Universitas Islam Ibrahimy Banyuwangi, Genteng. Aktivitas di dunia, yaitu; nak nggak nggarai, ya dikritisi. Cukup itu, tidak perlu panjang lebar untuk menjelaskan identitas saya. Toh, ya tidak terlalu penting untuk sampean ketahui. Kan saya bukan orang yang “berpengaruh” kepada sampean. Dari sini, jelas ya, saya sudah “menunjukkan” citra diri. Cukup.

Agar tidak menghabiskan kata-kata, saya akan langsung mencoba menelisik rasa kejanggalan saya terhadap lingkaran-lingkaran yang mempengaruhi karakter dan pola pikir saya. Selama saya berdiri tegak dan lantang di organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), rasa-rasanya kurang afdhol jika saya hanya diam dan tertidur pulas di kasur yang penuh dengan kepingan batang rokok Marlboro Kretek biru. Seyogyanya saya sudah harus bangun melihat fenomena (ndelogok) yang terus berhadap-hadapan pada kita. Janggal jikalau saya hanya diam.

Kisaran satu bulan yang lalu, kita sudah melewati kontestasi politik. Berbagai macam wacana, tulisan, serta pertarungan politik yang agaknya begitu memukau dari sudut pandang mahasiswa, telah digulung habis oleh warga pergerakan, khususnya PMII. Ada yang mengekor, mengkritisi, pun juga ada yang hanya tolah-toleh (melihat saja). Tak dapat dipungkiri, ihwal kontestasi politik, tentu juga memberikan dampak terhadap pola gerakan yang ada di PMII. Misalnya seperti gerakan wacana PC PMII Banyuwangi yang terus-menerus beredar di media sosial. 

Akhir-akhir ini, kita dapat melihat di media instagram, khususnya BWI 24 jam, yang dimana, PC PMII Banyuwangi telah memberikan respons terhadap hasil kontestasi politik (Pilkada) yang telah usai. Dilansir dari media BWI 24 jam, PC PMII Banyuwangi, kritik ihwal anggaran yang begitu fantastis, namun tak berdampak signifikan partisipasi masyarakat. Hal ini menunjukkan, bahwa PC PMII Banyuwangi telah eksis di mata netizen.

Sudah menjadi salah satu tanggung jawab warga pergerakan, bahwa PMII harus terus mengawal pesan-pesan moral masyarakat. Namun, pertanyaannya, apakah kritik terhadap anggaran yang begitu fantastis, dengan dampak terhadap partisipasi masyarakat tersebut menjadi aspirasi dari masyarakat Banyuwangi? Apa yang menjadi urgensi ihwal tersebut dari masyarakat Banyuwangi? Itukah hal yang substansial?

Agaknya PC PMII lupa terhadap hal-hal yang sifatnya substansial. Jika PC PMII mau teliti, harusnya, PC PMII melihat kabar warga Pakel yang selama ini resah dan terancam terhadap dampak dari konsensi tambang yang masih berlangsung. Masih maraknya kasus pemerkosaan, pelecehan seksual, pembunuhan yang selama ini belum tersentuh oleh PC PMII Banyuwangi. Dan masih banyak lagi problematik yang sifatnya substansial yang harus dikawal oleh PC PMII Banyuwangi.

Dengan hal ini, kader-kader PMII harus teliti terhadap latar belakang serta orientasi gerakan PC PMII Banyuwangi. Besar kemungkinan, PC PMII Banyuwangi hanya mementingkan kepentingan kelompok. Alih-alih kritik pemerintahan, namun di balik itu, malah konferensi di meja setan. Ndelogok tenan!

Tak lepas dari problematik yang ada di atas. Gerakan praktis yang dilakukan oleh Ketua PC PMII Banyuwangi, telah berimbas besar terhadap progresivitas kaderisasi. Misalnya di wilayah kaderisasi zonasi. Kita melihat bahwa gerakan tersebut belum ada dampak yang signifikan terhadap kader dan pengurus di masing-masing Komisariat maupun Rayon, wabilkhusus di PMII Ibrahimy. Padahal program kaderisasi zonasi merupakan salah satu program yang tertuang pada misi ke-2 dari seorang M. Hadad Nasyafiallah. Maka sudah jelas, bahwa ihwal tersebut sudah seharusnya menjadi prioritas utama untuk diselesaikan.

Saat ini kita juga dapat melihat dengan seksama dan waktu “Konfercab” yang sampai saat ini belum juga terlaksana (diundur-undur). Padahal, bertepatan pada tanggal 20 November 2023, M. Hadad Alwi Nasyafiallah, telah “resmi” memenangkan kontestasi pemilihan ketua Cabang PMII Banyuwangi. Artinya, bahwa pada saat itu juga Nasa sudah menjalani masa periodenya. Jika dilansir melalui tanggal jadinya Nasa dalam memenangkan kontestasi tersebut, maka seharusnya Konfercab sudah terlaksana di bulan November 2024. Jika sudah seperti ini, Tentu sudah melanggar ART PMII yang tertuang pada pasal 20 point (6), yang berbunyi “Masa jabatan PC adalah satu tahun” (AD-ART PMII KONGRES 2021, hal 19).

Penyalahgunaan kekuasaan ini, tentu menjadi suatu unsur adanya ketimpangan dan ketidakadilan. Padahal sudah jelas, pokok-pokok ajaran yang berada di dalam Nilai Dasar Pergerakan (NDP), telah mengambil dari nilai-nilai keislaman. Lebih dalam lagi, PMII telah menjadikan nilai-nilai keislaman sebagai landasan berpikir, bergerak, dan sumber motivasi bagi warga pergerakan (Keputusan Muspimnas, tentang: Pokok-pokok pikiran dan rekomendasi PMII, hal 221).

Saya rasa, arah gerak PC PMII hanya fokus pada wilayah politik yang kesannya gitu-gitu aja. Substansinya tidak jelas, esensinya tidak ada, yang ada hanyalah mepet pada elit-elit kekuasaan. Agaknya, Ketua PC PMII Banyuwangi telah lalai terhadap narasi yang diungkapkan ketika di forum debat calon ketua PC PMII Banyuwangi. Saya masih mengingat, bahwa sahabat M. Hadad Nasyafiallah (selaku mandataris PC PMII), kala itu, dengan lantang dan ndangak-ndangak, telah mengungkapkan, “Saya siap menemani kader-kader PMII selama 24 jam”. Dengan nada yang begitu khas, dan terdengar begitu manis-politis, narasi itu. Faktanya, selama ini kita tidak pernah melihat kegagahan Nasa selama 24 jam berhadap-hadapan bersama kader-kader PMII, khususnya di Komisariat dan Rayon.

Mana? Mana? Mana? Kayaknya sampean sudah mengadopsi pola-pola kekuasaan. Jelas. Sekalipun dekat dengan kekuasaan, itu sudah menjadi urusan njenengan. Toh yang bakal mempertanggung jawabkan di atas (hadapan Tuhan), ya sampean. Ning, ya, jangan lalai terhadap tugas sampean selaku Ketua PC PMII Banyuwangi, yakni membawa kader-kader PMII dijalan yang lurus (Ash-Shirāthal Mustaqiym).

Sudah jelas, dari tindak-tanduk yang selama ini sampean lakukan, PMII hanya dijadikan sebagai jembatan untuk mendekatkan diri pada kekuasaan.

Namun, saya sedikit (cuman secuil) mengapresiasi kepada ketua PC PMII Banyuwangi. Program-program kaderisasi yang sifatnya formal telah selesai ia lakukan. Sekalipun itu hanya menggugurkan kewajiban, tapi itu progres kok. Saya lihat, njenengan tetap optimis dengan kemajuan, yakni maju untuk mencari akses di kekuasaan. Alhamdulillah, sudah tepat dengan misinya di point tiga (3), yakni; mengembangkan dan memberdayakan kader serta anggota dalam bentuk kemitraan strategis multi-koruptor. Eh, maaf, salah tulis. Maksutnya multisektor.

Ada apa dibalik semua ini? Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang.

Tidak patuh pada pimpinan yang ndelogok, merupakan sebuah bentuk kehormatan.

*Bersambung...


Oleh: Hendika
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak