B, nama yang lebih mirip dengan inisial ini adalah nama dari seorang pemuda yang tengah porak-poranda jiwanya. Pasalnya, cerita perjalananan hidupnya yang mungkin bisa dibilang monoton, atau bahkan lebih tepatnya tragis nun mengenaskan. B adalah seorang yang beberapa bulan sebelumnya telah mengambil keputusan besar dalam hidupnya untuk pertama kali, mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pendidik di sebuah sekolah menengah swasta, karena dirinya merasa pekerjaan tersebut bukan menjadi pilihan hidupnya.
Selama menjadi pengajar, B menjumpai berbagai macam fenomena yang lazim terjadi di sekolah-sekolah di negeri berpenduduk sekitar 280 juta jiwa ini. Fasilitas yang tak berimbang dengan biaya pendidikan yang harus dikeluarkan, murid yang selalu didikte untuk paham dengan seumbruk teori yang mungkin belum pernah mereka dengar atau bahkan temui. Dan tentunya, gaji yang mungkin bisa dibilang pas-pasan. Terlepas dari semua itu, yang menjadi faktor utama mengapa B memutuskan keluar dari pekerjaannya adalah: prinsip.
Seumur hidup B dihabiskan dalam lingkungan keluarga yang agamis, tegas, namun tanpa kompromi apabila melanggar norma-norma yang ada. Orang tua B, dalam mendidik anaknya selalu memegang sebuah prinsip: dalam mendidik dan mengarahkan anak, mau sampai kapanpun, tak akan pernah menyerah, sekalipun harus melawan anak sendiri. Itulah mengapa B selalu merasa dilematis kala dirinya harus berhadapan dengan kenyataan yang berlawanan dengan prinsip hidup yang selama ini orang tuanya ajarkan.
Di lingkungannya, B tergolong introvert. Tak suka basa-basi, to the point, dan susah bergaul, apalagi dengan lawan jenis. Hal itulah yang membuat hidup B kurang berwarna, dan gitu-gitu saja. Pernah suatu ketika B ingin mengungkapkan perasaannya kepada seorang perempuan yang telah lama dia sukai lewat pesan whatsapp, alih-alih cintanya diterima dengan sepenuh hati, rupanya si perempuan justru mengaku telah bersuami. Alhasil karena merasa malu dan sadar diri, akhirnya B memutuskan untuk perlahan pamit undur diri mendekati sang pujaan hati. Oleh karena pengalaman itu B selalu merasa was-was dan lebih berhati-hati kala berinteraksi dengan teman lawan jenis. Takut akan terbawa perasaan (Baper).
Seumur hidup B dihabiskan dalam lingkungan keluarga yang agamis, tegas, namun tanpa kompromi apabila melanggar norma-norma yang ada. Orang tua B, dalam mendidik anaknya selalu memegang sebuah prinsip: dalam mendidik dan mengarahkan anak, mau sampai kapanpun, tak akan pernah menyerah, sekalipun harus melawan anak sendiri. Itulah mengapa B selalu merasa dilematis kala dirinya harus berhadapan dengan kenyataan yang berlawanan dengan prinsip hidup yang selama ini orang tuanya ajarkan.
Di lingkungannya, B tergolong introvert. Tak suka basa-basi, to the point, dan susah bergaul, apalagi dengan lawan jenis. Hal itulah yang membuat hidup B kurang berwarna, dan gitu-gitu saja. Pernah suatu ketika B ingin mengungkapkan perasaannya kepada seorang perempuan yang telah lama dia sukai lewat pesan whatsapp, alih-alih cintanya diterima dengan sepenuh hati, rupanya si perempuan justru mengaku telah bersuami. Alhasil karena merasa malu dan sadar diri, akhirnya B memutuskan untuk perlahan pamit undur diri mendekati sang pujaan hati. Oleh karena pengalaman itu B selalu merasa was-was dan lebih berhati-hati kala berinteraksi dengan teman lawan jenis. Takut akan terbawa perasaan (Baper).
Semasa kuliah, B tergabung ke dalam sebuah organisasi kemahasiswaan. Alasan B ikut organisasi itu hanya satu: Ia ingin merubah ke-introvert-annya. Organisasi berlambang perisai yang ia ikuti itu memang memberinya banyak pelajaran. Lebih-lebih banyak memberikan pengaruh terhadap gaya pemikirannya. Oleh teman-teman kampusnya, B bahkan dijuluki PKI, yang merupakan singkatan dari Pemuda Kecanduan Ideologi.
Awal mula B bisa bergabung dengan organisasi kampusnya itu adalah atas ajakan teman setingkatnya, sebut saja D (inisial dari nama asli). D, teman yang tiga tahun lebih muda dari B memang tergolong orang yang menarik. Selain memiliki otak yang moncer dan revolusioner, D juga memliki paras yang tampan nan rupawan. Atas kelebihannya itu, D sering mengejek B lantaran B sudah lama menjomblo dan bahkan menganggap kawannya itu sudah tidak doyan dengan perempuan. Akibatnya, karena B merasa jengkel, ia sering meyebut nama D dengan berbagai macam umpatan, seperti: Dancuk, Djaran, dan kawan-kawan.
Walau begitu B dan D berteman akrab dan sering terlibat bersama dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Pernah suatu ketika, mereka berdua terlibat aksi demo yang menuntut turunnya Bupati akibat terbukti terlibat kasus korupsi. Di kampus, D dan B juga terlibat aksi demo yang bertujuan untuk menjatuhkan rektor akibat tidak mau mentransparansikan biaya perkuliahan dan terlalu ambisius dalam mewujudkan peralihan status kampus.
D banyak memberikan banyak pengaruh terhadap pemikiran B. Dalam pandangan B, masyarakat di negaranya saat ini, banyak yang sudah terhegemoni oleh status quo penguasa dan kroni-kroninya. Banyak kebijakan yang telah merugikan masyarakat, seperti salah satu Undang-undang yang baru disahkan bernama Undang-Undang Cipta Kerja, yang tak sehebat namanya. Akibatnya, banyak pekerja yang akhirnya kena PHK, Outsourcing, dan pengangguran menjadi merajalela. Alih- alih masyarakat bersama menolak kebijakan itu, justru masih banyak yang memilih menjadi buzzer dan kacung pemerintahan.
B dan D sering mengadakan diskusi dengan kawan-kawannya yang lain. Membicarakan isu-isu aktual tentang ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya. Mereka berdua juga sering mengajak mahasiswa yang lain untuk aktif terlibat dalam aksi-aksi bersama buruh, petani, dan elemen masyarakat lainnya.
Kini, D melanjutkan kuliah S2 di Yogya dengan mengambil jurusan Filsafat. Sementara B, selepas dari keluar dari pekerjaannya, ia memilih sebagai penunggu warung kecil milik keluarganya. Sembari menjaga kewarasannya dengan rutin membaca buku.
Kisah B yang panjang kali lebar ini memang seperti judul dari tulisan ini. Tak penting untuk dibaca dan dicermati. Namun penulis berpesan kepada siapapun yang dengan sengaja maupun tidak sengaja membaca kisah ini, untuk selalu giat memperbanyak literasi. Agar tidak mudah terjerumus oleh kisah yang sepenuhnya fiktif seperti ini.
Awal mula B bisa bergabung dengan organisasi kampusnya itu adalah atas ajakan teman setingkatnya, sebut saja D (inisial dari nama asli). D, teman yang tiga tahun lebih muda dari B memang tergolong orang yang menarik. Selain memiliki otak yang moncer dan revolusioner, D juga memliki paras yang tampan nan rupawan. Atas kelebihannya itu, D sering mengejek B lantaran B sudah lama menjomblo dan bahkan menganggap kawannya itu sudah tidak doyan dengan perempuan. Akibatnya, karena B merasa jengkel, ia sering meyebut nama D dengan berbagai macam umpatan, seperti: Dancuk, Djaran, dan kawan-kawan.
Walau begitu B dan D berteman akrab dan sering terlibat bersama dalam kegiatan-kegiatan organisasi. Pernah suatu ketika, mereka berdua terlibat aksi demo yang menuntut turunnya Bupati akibat terbukti terlibat kasus korupsi. Di kampus, D dan B juga terlibat aksi demo yang bertujuan untuk menjatuhkan rektor akibat tidak mau mentransparansikan biaya perkuliahan dan terlalu ambisius dalam mewujudkan peralihan status kampus.
D banyak memberikan banyak pengaruh terhadap pemikiran B. Dalam pandangan B, masyarakat di negaranya saat ini, banyak yang sudah terhegemoni oleh status quo penguasa dan kroni-kroninya. Banyak kebijakan yang telah merugikan masyarakat, seperti salah satu Undang-undang yang baru disahkan bernama Undang-Undang Cipta Kerja, yang tak sehebat namanya. Akibatnya, banyak pekerja yang akhirnya kena PHK, Outsourcing, dan pengangguran menjadi merajalela. Alih- alih masyarakat bersama menolak kebijakan itu, justru masih banyak yang memilih menjadi buzzer dan kacung pemerintahan.
B dan D sering mengadakan diskusi dengan kawan-kawannya yang lain. Membicarakan isu-isu aktual tentang ekonomi, politik, sosial dan lain sebagainya. Mereka berdua juga sering mengajak mahasiswa yang lain untuk aktif terlibat dalam aksi-aksi bersama buruh, petani, dan elemen masyarakat lainnya.
Kini, D melanjutkan kuliah S2 di Yogya dengan mengambil jurusan Filsafat. Sementara B, selepas dari keluar dari pekerjaannya, ia memilih sebagai penunggu warung kecil milik keluarganya. Sembari menjaga kewarasannya dengan rutin membaca buku.
Kisah B yang panjang kali lebar ini memang seperti judul dari tulisan ini. Tak penting untuk dibaca dan dicermati. Namun penulis berpesan kepada siapapun yang dengan sengaja maupun tidak sengaja membaca kisah ini, untuk selalu giat memperbanyak literasi. Agar tidak mudah terjerumus oleh kisah yang sepenuhnya fiktif seperti ini.
Oleh: Hasan Basri
Posting Komentar