Pena Laut - Tulisan "Islam Blambangan, Islam Pembebasan" ini merupakan ikhtiar saya dalam membaca fenomena keberagamaan (Islam) yang saat ini terjadi di Ujung Timur Jawa, tempat di mana saya dilahirkan; tempat yang menyimpan banyak sekali “tragedi”, “misteri”, dan “komedi” yang terkadang membuat pikiran dan hati saya terkoyak-koyak; dan tempat yang selalu saya rindukan untuk pulang, karena keluarga, para guru, para sahabat, dan para perempuan “pilihan” yang mengajarkan banyak hal kepada saya, berada di sana.
Selayaknya anak muda, pikiran dan hati saya tergerak untuk menjadikan fenomena keberagamaan, realitas politik, dan problem yang terjadi di lingkungan saya (entah di desa, di lingkaran pertemanan, di daerah-daerah yang sampai saat ini masih berjuang, maupun di dalam organisasi dulu yang saya ikuti) sebagai objek penelaahan. Ya, meski di dalam tulisan ini sangat minim referensi dan data. Namun, setidaknya, sebagai “pembacaan awal” dan bahan kajian lebih lanjut, saya kira tulisan ini perlu dikritisi dan ditinjau ulang. Sebenarnya, tulisan ini adalah “modul” untuk sahabat-sahabat saya yang setiap hari “lontang-lantung” di kafe, di warung kopi, dan di pinggiran jalan. Mereka adalah para mahasiswa dan organisatoris (umumnya sebagai kader PMII Banyuwangi) yang “ndelogok” dan tidak mempunyai arah yang jelas dalam berproses.
Akhirnya, di momen akhir tahun ini, saya menawarkan kepada salah seorang sahabat untuk mengadakan kajian reflektif. Ya, ndak formal-formal amat. Pokok ada kopi dan rokok, beres. Kalau lapar, langsung “gerebek” Softinala, pikir saya. Ternyata ia setuju. Oleh karena itu, selama kurang-lebih sepuluh hari, saya menyelesaikan tulisan ini. Mengumpulkan referensi yang saya punya. Harus hilir-mudik di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga untuk mencari referensi yang relevan. Dan berulang kali merepotkan sahabat-sahabat yang ada di Banyuwangi untuk menggali informasi dan data tentang Banyuwangi.
Saya berharap, tulisan ini dibaca secara kritis, skeptis, dan dengan pikiran terbuka. Saya sudah siap secara lahir dan batin apabila digugat “habis-habisan” oleh siapa pun. Tentunya, saya menyadari, tulisan ini sangat jauh dari kesempurnaan, dan masih banyak kekurangan di dalamnya. Maka dari itu, saya dan sahabat-sahabat “ndelogok” saya itu mengadakan kajian “ndakik-ndakik” tentang tulisan ini.
Saya tidak menganggap tulisan ini baik dan bagus. Justru, sebaliknya, tulisan ini sangat buruk—seperti penulisnya. Sebab, tulisan ini lahir dari pikiran dan hati yang sedang “kacau” dan gelisah. Tulisan ini lahir, juga karena menunggu “notifikasi” yang tak kunjung datang. Tak ada kabar. Tak ada senyuman. Dan sepi dari suara ritmis agak “cempreng” yang keluar dari handphone “lemot” dan artistik itu—karena layar membentuk pola “sambaran petir”. Baiklah. Itu tadi hanya “guyonan” yang “serius”. Guyon, tulisannya. Serius, menunggu “notif”-nya.
Di bawah ini adalah daftar isi tulisan yang bertajuk “Islam Blambangan, Islam Pembebasan: Sebuah Pembacaan Awal”.
Mukadimah - 3
Membaca Islam yang “Membebaskan” - 5
Hermeneutika: Membaca al-Qur’an Secara Kritis - 6
Teologi Pembebasan: Membaca Islam Secara Progresif - 16
Islam Blambangan: Sebuah Tilikan Sejarah dan Istilah - 27
Islam di Bumi Blambangan: Sketsa Sejarah Awal - 28
Mengurai “Islam Blambangan” - 35
Islam & Pembebasan: al-Ma’un dan Hal-hal yang Harus Dilawan - 39
Sketsa Perlawanan Masyarakat Islam Terhadap Kekuasaan di Indonesia - 40
Memahami Surah al-Ma’un: Pembelaan atas Kaum Tertindas - 42
Melawan Thaghut: Triadik Tiranik (Fir’aun, Qarun, Haman) - 61
Para Tiran dan Masyarakat Islam di Banyuwangi - 68
Fir’aun, Qarun, dan Haman di Banyuwangi: Adakah? - 69
Banyuwangi Keruh: Eksploitasi, Kriminalisasi, dan Jaringan Kuasa - 73
Islam Sebagai Candu: Keterlenaan dan Ketertipuan Umat Islam Banyuwangi - 84
Islam Blambangan, Islam Pembebasan: Sebuah Manifesto dan Risalah - 94
Konsep Ketuhanan: Tuhan yang “Di Sana” dan yang “Di Sini” - 94
Tuhan “Pemberontak” & Muhammad Sang Pembebas - 99
Lima Program Reinterpretasi Terhadap Islam - 108
Santri Baru: Risalah Pembebasan untuk Pembaca Gagasan - 111
Selamat menikmati. Jangan lupa baca bismillah. Sekali lagi, saya mohon maaf dan terima kasih. Sebab, hanya dua kalimat itu yang saat ini saya miliki. Maklum, anak muda proletar. Sebenarnya sih saya punya uang, tapi habis “dirampok” oleh para borjuis. Sekian. Salam pembebasan!
Hormat saya,
Dendy Wahyu Anugrah
*) Buku IB-IP dapat dipesan ke pihak Pena Laut Media
Posting Komentar