BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Indonesia Emas: Abad Kejayaan Raja Jawa?


Pena Laut - Program Indonesia Emas 2045 telah masif dikampanyekan selama kepemimpinan Presiden Jokowi, namun apakah Indonesia Emas itu benar-benar akan terwujud? Apakah masyarakat Indonesia mampu mendukung apa yang telah dikampanyekan tersebut? 

Setiap daerah melalui pemerintahan telah sering melakukan rapat pembangunan jangka panjang untuk Indonesia Emas, namun pertanyaan ini tetap muncul dalam benak saya sebagai bagian dari masyarakat Indonesia. Apa saja faktor utama yang akan mendukung terwujudnya Indonesia Emas pada tahun 2045?

Kita semua mengetahui bahwa selama kepemimpinan Presiden Jokowi, pembangunan besar-besaran telah dilakukan, mulai dari jalan tol yang luas dan megah, hingga pembangunan Istana Raja Jawa atau dengan nama lain (Ibu Kota Nusantara) di Kalimantan. Namun, perlu diingat bahwa dalam tujuan negara disebutkan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensejahterakan rakyat Indonesia, yang tampaknya menjadi perhatian sekunder dalam kepemimpinan saat ini.

Mari kita pertimbangkan kembali Indonesia Emas 2045. Apakah hanya dengan membangun jalan panjang dan istana di Kalimantan saja sudah cukup untuk mencapai tujuan tersebut? Tentu tidak. Masyarakat perlu dibekali dengan pemahaman yang luas dan pengetahuan yang lebih baik. Hal ini dapat dicapai melalui peningkatan pendidikan, sehingga sumber daya manusia di Indonesia menjadi lebih berkualitas dan mampu bersaing di tingkat global.

Namun, hal ini tampaknya hanya menjadi omong kosong jika pemerintah tidak memperhatikan kualitas pendidikan dan membatasi akses pengetahuan masyarakat. Apakah pemerintah khawatir kehilangan kekuasaan jika generasi muda mendapatkan pendidikan yang baik dan menyadari situasi negara mereka?

Seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara, "Ingarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani" (di depan menjadi teladan, di tengah menjadi motivator, di belakang memberikan dorongan). Ini dimaksudkan agar generasi muda semangat belajar, karena mereka yang akan melanjutkan perjalanan bangsa. Namun, saat ini, justru sebaliknya terjadi: anak muda yang bersemangat belajar, namun pemerintah tidak memberikan pelayanan yang memadai.

Antonio Gramsci dalam bukunya "Negara dan Hegemoni" mengatakan bahwa negara bukan milik politik masyarakat (political society), tetapi milik masyarakat sipil (civil society). Jadi jelas bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah saat ini tampaknya melenceng dari tujuan tersebut, dengan adanya indikasi bahwa negara ini lebih menjadi milik sanak keluarga penguasa.

Kembali kepada Indonesia Emas 2045, dugaan saya adalah bahwa Indonesia Emas ini tidak seperti yang dibayangkan masyarakat secara umum. Ini lebih merupakan Indonesia Emas untuk keluarga penguasa saat ini, atau "abad kejayaan Raja Jawa". Demokrasi seakan telah berubah menjadi monarki.


Oleh: D.A. Adam
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak