BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Dzikir Puisi Dzahabiyyah

Dzikir Puisi Dzahabiyyah
Oleh : Fahmi Ayatullah


Cahaya rembulan telah tiba di balik kacamata

Ada kelam tersimpan rapi di mata mu

Hembusan angin lembut menyentuh ubun-ubun

Mendengarnya telah tiba dipangkuan-Nya

Jejak dan tawa masih bergentayangan

Di depan mata

apakah esok akan terulang kembali ?

-

Suara teriakanmu mewakili ketakutan

Perempuan-perempuan yang ternodai

Suara tawa mu adalah nyawa kebebasan

Dari perempuan-perempuan yang tertawan

Peluh riuh diterjangnya dengan lapang dada

Semoga hidup baik-baik saja

_

Aku berbisik kepada angin

Mengeja dalam tasbih memanggil namamu

Seteguk doa dan harapan hanya menjadi tanya

Di hari kepulanganmu angin berarak dengan angan

membawa tangisan tuk menyiram rumah baru

dengan taburan rapi bunga warna-warni di atas kubur

_

Kepada Dzahabiyyah 

Kirim ku ialah bunga wewangian dan takbir

Yang engkau sendiri memintaku

Sementara aku bersenandung

Sedang kau lebih merdu dari kesakitanmu

Sebagaimana aku berdoa dan kau lebih

Khusu’ bagai gugur bunga-bunga surga

_

Ketika malam meredup rona cahaya matamu tak padam

Bagai nyanyian jiwa adalah suara perjuangan seperti matahari

Yang tak lelah untuk terbit

Setiap lukanya ialah paragraf setiap air mata adalah kata

Di kedalaman ruang dunia bergulir tinggal sementara Tuhan

Berkata: Nis, aku menjauhkanmu dari keadaan manusia

Haruskah Aku membiarkan mu di tengah keramaian yang dusta.

Sedang Tuhan sendiri memanggilnya kekasih

Surabaya 2024

..........

Pada hari yang mengabarkan luka :

Air mata menyulam ketiadaan waktu saat detik terjerat luka jarum berputar mengiris menggugurkan air mata 

Ada kenangan bermuasal diatas meja dengan teh tawar pesanannya

Suara serak parau perawan menggulirkan

ketiadaan waktu untuk selalu bertahan

Siapa yang dapat meramu menggantinya kecuali harapan

Saat tatapannya tidak berpaling; kecuali aku katanya

Kini dengannya berjarak ribuan tanya yang tak kutemukan jawaban-jawaban

Dan hanya jejak menjadi cerita lampau yang usang

Simpul kenangan mengikat takdir menjadi tanda tanya

Menghitung jejak jalan kepulangan itu; tak sempat kah aku

Mengabarkan mu tentang luka: Sedang kau sendiri yang membuatnya

Hingga di penghujung hari tabiat pesan ku rapal

Semoga di setiap pemberhentian ku simpan mimpi

Kepada mu Anisah Hajir Dzahabiyyah 

Surabaya 2024

.............

Sebuah puisi ku tulis untuk seorang sahabat yang tidak mengerti lelah, sahabat yang senantiasa mengisi kekosongan alam pikir dan kepergiannya meninggalkan sisa-sisa pengharapan menjadi tanya yang tak ada jawaban dari sela-sela bibir yang terucap kecuali ketakutan dan penderitaannya. Namun jejak kehadirannya menyihir seluruh derita dan asa menjadi pesan semesta.
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak