Oleh : Fahmi Ayatullah
Cahaya rembulan telah tiba di balik kacamata
Ada kelam tersimpan rapi di mata mu
Hembusan angin lembut menyentuh ubun-ubun
Mendengarnya telah tiba dipangkuan-Nya
Jejak dan tawa masih bergentayangan
Di depan mata
apakah esok akan terulang kembali ?
-
Suara teriakanmu mewakili ketakutan
Perempuan-perempuan yang ternodai
Suara tawa mu adalah nyawa kebebasan
Dari perempuan-perempuan yang tertawan
Peluh riuh diterjangnya dengan lapang dada
Semoga hidup baik-baik saja
_
Aku berbisik kepada angin
Mengeja dalam tasbih memanggil namamu
Seteguk doa dan harapan hanya menjadi tanya
Di hari kepulanganmu angin berarak dengan angan
membawa tangisan tuk menyiram rumah baru
dengan taburan rapi bunga warna-warni di atas kubur
_
Kepada Dzahabiyyah
Kirim ku ialah bunga wewangian dan takbir
Yang engkau sendiri memintaku
Sementara aku bersenandung
Sedang kau lebih merdu dari kesakitanmu
Sebagaimana aku berdoa dan kau lebih
Khusu’ bagai gugur bunga-bunga surga
_
Ketika malam meredup rona cahaya matamu tak padam
Bagai nyanyian jiwa adalah suara perjuangan seperti matahari
Yang tak lelah untuk terbit
Setiap lukanya ialah paragraf setiap air mata adalah kata
Di kedalaman ruang dunia bergulir tinggal sementara Tuhan
Berkata: Nis, aku menjauhkanmu dari keadaan manusia
Haruskah Aku membiarkan mu di tengah keramaian yang dusta.
Sedang Tuhan sendiri memanggilnya kekasih
Surabaya 2024
..........
Pada hari yang mengabarkan luka :
Air mata menyulam ketiadaan waktu saat detik terjerat luka jarum berputar mengiris menggugurkan air mata
Ada kenangan bermuasal diatas meja dengan teh tawar pesanannya
Suara serak parau perawan menggulirkan
ketiadaan waktu untuk selalu bertahan
Siapa yang dapat meramu menggantinya kecuali harapan
Saat tatapannya tidak berpaling; kecuali aku katanya
Kini dengannya berjarak ribuan tanya yang tak kutemukan jawaban-jawaban
Dan hanya jejak menjadi cerita lampau yang usang
Simpul kenangan mengikat takdir menjadi tanda tanya
Menghitung jejak jalan kepulangan itu; tak sempat kah aku
Mengabarkan mu tentang luka: Sedang kau sendiri yang membuatnya
Hingga di penghujung hari tabiat pesan ku rapal
Semoga di setiap pemberhentian ku simpan mimpi
Kepada mu Anisah Hajir Dzahabiyyah
Surabaya 2024
.............
Sebuah puisi ku tulis untuk seorang sahabat yang tidak mengerti lelah, sahabat yang senantiasa mengisi kekosongan alam pikir dan kepergiannya meninggalkan sisa-sisa pengharapan menjadi tanya yang tak ada jawaban dari sela-sela bibir yang terucap kecuali ketakutan dan penderitaannya. Namun jejak kehadirannya menyihir seluruh derita dan asa menjadi pesan semesta.
Posting Komentar