BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Ketua Umum PC PMII Banyuwangi, Ke Mana Arah Gerakmu Kini?


Pena Laut -
Kontestasi kader dalam pemilihan pemimpin baru sebagai nahkoda pasti terjadi di setiap organisasi, mulai dari tingkat Rayon, Komisariat, Cabang, Wilayah, hingga Nasional. Hal ini juga berlaku pada organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Dalam kontestasi seperti ini, sering kali kita mendengar calon-calon pemimpin menyampaikan berbagai janji yang seyogyanya dilaksanakan jika terpilih. Ini berlaku baik untuk tingkat paling dasar, seperti Fakultas (Rayon), hingga tingkat nasional (PB).

Mari kita telaah kembali momen-momen debat kandidat dalam kontestasi kader di tingkat cabang (Konfercab). Beberapa calon ketua memaparkan visi dan misi mereka masing-masing. Namun, kita fokus pada ketua terpilih saat ini, M. Haddad Alwi Nasyafiallah (Nasa), ketua cabang PMII Banyuwangi.

Nasa tampaknya telah lupa dengan janji-janji yang disampaikan saat memperkenalkan diri, kalau bahasa kerenya itu "kampanye". Janji-janji tersebut hingga kini belum terealisasi, padahal sudah lebih dari setengah periode jabatannya "coro sawi Iki wes mbuki"

Terdapat beberapa visi dan misi Nasa antaranya "Visi mewujudkan PMII Banyuwangi yang kritis, responsif, dan progresif guna mencapai PMII Banyuwangi berdaya saing global", untuk mencapai visi itu Nasa membawa beberapa misi antara lain:

1. Menciptakan platform digital yang terintegrasi antar lembaga

2. Membangun sistem kaderisasi berbasis zonasi

3. Mengembangkan dan memberdayakan kader serta anggota dalam kemitraan strategis multisektor

4. Membangunkan iklim gerakan berbasis kajian, wacana, dan aksi

5. Meningkatkan manajemen organisasi yang profesional

Mulai dari visinya saja sudah terdengar melangit dan waw ketika bisa berjalan, tapi yang terjadi saat ini jangan berbicara soal global dulu, fokus ke keadaan lokal saja belum jalan "bah-bah lumuh", ini termasuk dari kausalitas (sebab-akibat), sebabnya saat membuat visi dan misi tidak di ukur dulu dengan kemampuannya (yang penting terlihat wah jalankan), begini sudah akibatnya semuanya tidak berjalan, karena ngawur saat menentukan visi dan misinya.

Misi pertama untuk mendukung visinya yaitu menciptakan platform digital yang terintegrasi antar lembaga, mana wujudnya, bisa di tunjukkan? Terintegrasi antar pengurus saja sudah syukur

Misi yang ke dua membangun sistem kaderisasi berbasis zonasi, apa sebenarnya yang dimaksud dengan zonasi ini? Apakah zonasi ini hanya berlaku di lingkup koloni-koloninya saja, atau bagaimana?

Misi ke tiga mengembangkan dan memberdayakan kader serta anggota dalam kemitraan strategis multisektor, yang di maksud kader dan anggota di sini apakah hanya orang-orang yang berada di cabang saja? Memberdayakan kader dan anggota dalam emosional saja tidak berjalan bagaimana mau memberdayakan kader dan anggota dalam kemitraan multisektor yang dominan nya diisi dengan kolega atau orang terdekat.

Misi ke empat membangun iklim gerakan berbasis kajian, wacana, dan aksi, untuk misi ke empat ini saya rasa sudah tidak perlu dibangun, karena sudah lama terbangun oleh para pendahulu, kajian wacana dan aksi sudah intens dilakukan oleh kader-kader PMII di komisariat dan rayon, jadi tidak perlu di ragukan lagi dengan membuat misi dengan poin ini.

Misi ke lima meningkatkan manajemen organisasi yang profesional, manajemen yang bagaimana? Profesional yang bagaimana? Apakah selama masa jabatan ini sudah dilakukan, ini saya rasa harus dilakukan awal saat memimpin organisasi, karena tanpa adanya manajemen yang baik ya jadinya Morat Marit, seperti keadaan sekarang ini.

Jika kita lihat semua visi dan misi Nasa, banyak di antaranya yang penting untuk organisasi, terutama bagi organisasi berbasis kaderisasi. Sangat miris apabila sistem kaderisasi tidak berjalan dengan baik. Tagline cabang saat ini adalah "progresif, kritis, transformatif". Sesuai dengan tagline tersebut, adalah wajar jika kader di rayon atau komisariat harus progresif tanpa pendampingan dari cabang. Kritis terhadap ketidak-progresifan cabang saat ini juga perlu dilakukan oleh komisariat atau rayon, bukannya begitu sahabat - sahabat ku? khususnya yang berada di bawah naungan PMII Banyuwangi. Transformasi harus dilakukan secara bersama-sama di masing-masing tingkatan.

Saya sempat bertanya-tanya apakah ini disebabkan oleh sikap ambisius yang tidak dipertimbangkan. Menurut Bridge, ambisi memiliki enam hal penting:

1. Harus mempunyai ambisi yang besar.

2. Ambisi harus terukur.

3. Ambisi harus bersifat personal (bukan karena intervensi orang lain).

4. Ambisi harus bisa dicapai.

5. Ambisi harus membawa perubahan.

6. Ambisi harus benar-benar diinginkan.

Mari kita telaah masing-masing poin:

Ketika seseorang memiliki ambisi besar, idealnya dia akan melakukan hal-hal besar. Dalam hal ini, ketua seharusnya melakukan hal besar untuk organisasi yang dipimpinnya.

Ambisi yang terukur memungkinkan tindakan yang dilakukan menjadi lebih mudah dilaksanakan. Namun, kenyataannya tidak demikian.

Jika ambisi ini berasal dari diri sendiri, poin-poin sebelumnya seharusnya sudah dapat dicapai. Lantas, ini ambisi siapa?

Dengan ambisi yang besar, terukur, dan berasal dari diri sendiri, seharusnya ambisi ini sudah dapat dicapai.

Perubahan akan mudah dilakukan jika empat poin sebelumnya sudah terpenuhi. Namun, perubahan apa yang sudah dilakukan?

Inti dari poin-poin di atas adalah bahwa ambisi harus berasal dari keinginan dalam diri, bukan karena dorongan orang lain.

Ambisi seseorang ketua seharusnya untuk kepentingan bersama di dalam organisasi. Tagline cabang PMII saat ini—"progresif, kritis, transformatif" tulisan ini merupakan salah satu manifestasi dari tagline itu sendiri. Kritisi apa yang perlu dikritisi, dan lanjutkan dengan melakukan perubahan.


Oleh: D.A. Adam
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak