BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Apakah Pimpinan (PMII) Adalah Representasi Anggotanya?


Pena Laut - 
Seorang pemimpin pasti ya melibatkan orang lain (pengikut/anggota) orang di luarnya yang akan dipimpinnya dan anggota harus mengikuti arahan dari atasannya atau pemimpinnya. Idealnya seperti itu (baca: buku sekolah gerakan sosial; bung kriss). Maka dari itu seorang anggota berhak memilih pemimpin yang akan memimpinnya, yang diharapkan bisa dan mampu membawanya lebih maju.

Bagaimana dalam tubuh organisasi yang telah berdiri 64 tahun ini dalam menentukan pemimpinnya?

Kongres Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) XXI yang dilaksanakan pada hari Jum'at, 09/08/2024 bertempat di Dining Hall, Jakabaring Sport City (JSC), Palembang, Sumatera Selatan, menjadi ajang kompetisi lahirnya pemimpin baru yang akan membawa organisasi biru kuning ini ke peradaban yang lebih maju. Pemimpin yang dapat merawat nilai-nilai organisasi yang telah ditanamkan dan dikokohkan dari masa ke masa, menjadikan PMII kedepan sebagai poros organisasi kemahasiswaan yang menjadi acuan idealnya sebuah organisasi.

Namun yang sangat disayangkan adalah prosesi kelahiran pemimpin dalam PMII, lebih-lebih dalam Pemilihan Ketua Umum PB PMII. Kita tanyakan apakah lahirnya ketua umum kita sudah representasi dari keanggotaan PMII secara nasional ? Ataukah itu otomatis menyesuaikan? (tapi lucu semisal begitu) Karena mengutip dari teori Paulo Freire bahwasanya sikap menyesuaikan (adaptasi) itu adalah bentuk pertahanan terlemah dalam diri. Maka tidak mungkin dong pemimpin kita punya sikap adaptasi!

Ketika kita berbicara tentang "Pemimpin adalah representasi keanggotaannya" saya sendiri sepakat tentang hal itu. Karena itu sesuai saat kita melihat sebuah keadaan kepemimpinan tingkat Pengurus Rayon dan Pengurus Komisariat, namun tidak dengan kepengurusan diatasnya. Mengapa?

Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, melihat dalam 4 tahun-2 Periodesasi kepengurusan PB PMII, kader dan anggota PMII pada tingkat komisariat dan rayon hanya melihat pemimpin yang terpilih dan bermandat menjadi ketua umum. Tapi apakah mandat yang didapatkan itu sudah keterwakilan dari setiap anggota PMII ? tentu saja tidak. Melihat apakah keputusan Pemilihan Ketua Umum itu oleh Pengurus Cabang kita melibatkan partisipasi rayon dan komisariat ?.

Dalam PMII tidak mencerminkan keterwakilan yang ideal karna setiap keputusan (terkhusus Pemilihan kepemimpinan) jarang sekali melibatkan partisipasi akar rumput (komisariat dan rayon) oleh pengurus cabang dan diatasnya

Maka momentum Kongres dalam melahirkan seorang pemimpin baru yang akan menentukan arah gerak dan posisi PMII kedepan hanya menjadi EUFORIA belaka oleh para "Elit PMII" .(Kita menyebutnya Elit PMII untuk setiap Pengurus yang jarang sekali bersinggungan langsung dengan anggota PMII di rayon atau komisariat).

Kita melihat kepengurusan cabang Banyuwangi saja karna hari ini bisa kita lihat sendiri hal yang saya sampaikan itu sesuai dengan realitas yang sedang berjalan di Banyuwangi. Nilai transformatif (elitis ke populis, struktur ke kultur, dan individu ke masa) yang sudah mulai dilupakan. Maka apa yang akan kita harapkan kedepan ketika keadaan hari ini sudah mulai melupakan nilai-nilai itu?

Hal ini menjadi kritik dan autokritik bagi kita yang menginginkan sebuah organisasi ini (PMII) menjadi lebih baik kedepannya dan ini semua menjadi tugas kita bersama dalam merawat dan mewariskan nilai-nilai PMII agar terus ada dan hidup dalam setiap tubuh kader-kadernya.


Oleh: Bekam Fatahillah
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak