BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Dia Dosenku Apa Temanku?

Pena Laut -
Sudah lama tidak ada yang mengirim surat cinta ke kampus, sepertinya para birokrat kampus khususnya Rektor sudah mulai kangen dan mengharap surat cinta dari mahasiswa khususnya. Kali ini bukan surat cinta atau surat dari Starla bukan juga surat suara capres ataupun caleg yang dikirim, akan tetapi surat suara kepada Rektor Institut Agama Islam Ibrahimy Genteng-Banyuwangi.

Sebelumnya kami berikan penghormatan kepada Rektor Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy yakni Dr. H. Lukman Hakim, S.Ag.,M.H.I., para dekan khususnya dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Bpk. Habibullah, SE.Sy.ME., serta para dosen IAI Ibrahimy. Surat ini hanya untuk menyampaikan keluh kesah kami selaku mahasiswa (konsumen) dan bukan untuk menjelekkan nama kampus. Karena hal seperti ini pasti ada dalam setiap lembaga, organisasi, ataupun sebuah perkumpulan, jadi wajar saja. Akan tetapi kewajaran ini bukan untuk dibiarkan, namun untuk dirubah kearah yang lebih baik. Selain itu surat ini juga bertujuan untuk kebaikan kampus hijau kedepannya dalam melahirkan SDM baru yang berkualitas, entah dalam intelektualnya serta keterampilannya, sehingga bisa menjadi SDM yang unggul dalam melakukan transformasi baru, minimal di desanya sendiri.

Selain itu saya ucapkan terimakasih kepada Ibunda Mahasiswa IAI Ibrahimy yakni Wakil Rektor III Dr. Kurniatul Faizah, M.Pd. yang selalu menerima kritikan serta saran dari mahasiswa. Akan tetapi kali ini anakmu sudah merasa bosan dan lelah jika harus melontarkan melalui lisannya, karena hal itu menguras suara dan tenaga, apalagi harus pergi ke kampus. Selain itu suara penulis terkadang sampai serak karena penulis bukan corong masjid yang suaranya lantang dan bukan sound bluetooth yang apabila suaranya sudah hilang tinggal di-cas saja. Oleh karena itu penulis lebih memilih mengirim suaranya melalui seutas tulisan, agar mahasiswa lainnya juga bisa membaca sehingga mereka sadar akan pentingnya peran dosen aktif yang ada di kampus sebagai SDM di lembaga itu sendiri, untuk melahirkan SDM-SDM unggul di generasi selanjutnya. Akan tetapi, apabila mereka saja pasif atau sekedar masuk saja, bagaimana mereka akan menurunkan ilmunya kepada mahasiswa untuk melahirkan SDM yang baru.

Dosen: Kelas kok pasif podo meneng ae?

Mahasiswa: Dosen kok bawa hawa ngantuk, di kelas diem lagi, sakit tah?

Dosen: Kalau presentasi jangan baca PPT rek tapi dijabarkan/dijelaskan to.

Mahasiswa: ini dosen cuman nyuruh persentasi saja gak meluruskan, hem. Mending baca buku sambil rebahan di rumah atau diskusi karo arek-arek.

Dosen: Apakah ada yang mau ditanyakan?

Mahasiswa: Buk saya pernah baca buku dan diskusi terkait sesuatu yang lagi trending ini, menurut njenengan gimana bu. Soalnya saya penasaran.

Dosen: Saya masih tidak dengar akan hal itu, jadi saya tidak tahu akan hal itu.

Mahasiswa: Hemmmmm...

Sebagai seseorang yang aktif di berbagai organisasi sosial maupun politik, Kiai Zarkasyi pun ikut serta dalam Pembangunan Sumber Daya Manusia (5 wasiat KH. Imam Zarkasyi Djunaidi, 19: 2024). Beliau sendiri adalah seorang Ulama yang menjadi pelopor dalam pendirian IAI Ibrahimy yang seharusnya menjadi suri tauladan serta contoh bagi para dosen (SDM Kampus) dalam melahirkan SDM-SDM baru di masa mendatang. Akan tetapi bagaimana hal tersebut bisa terjadi jika dosen sudah masuk kelas hanya menyuruh presentasi tanpa memberikan arahan, menghidupkan suasana kelas, serta meluruskan presentasi dari mahasiswa dan lainnya. untuk menjalankan kegiatan usaha, harus dipastikan tersedianya SDM yang berkualitas, mampu membangun kekompakan, keselarasan kerja, serta kesuksesan dalam menjalankan suatu unit usaha sangat tergantung pada SDM yang solid antara manager pelaksana dan timnya (Kewirausahaan Pedesaan dan Pengembangan Bumdesa, 110: 2019). Namun bagaimana jika dosenku saja seperti teman-temanku, yang apabila masuk hanya menyuruh presentasi lalu keluar, berceramah tanpa memberikan teks ataupun materinya seperti orang khutbah jumat saja. Masuk hanya absensi saja, lalu keluar, bahkan ada yang izin sedang ada rapat/dines, mereka lebih mementingkan pekerjaanya yang diluar, padahal punya jam ngajar. Kita meminta mereka mengajar kami tidak "cuma-cuma" namun kami gaji. Jika masalah pekerjaan di luar kampus, mahasiswa kalian juga ada yang punya pekerjaan di luar kampus yang gajinya untuk menggaji njenengan para dosen.

Layaknya sebuah Perusahaan jasa yang mana suatu Perusahaan dalam meningkatkan jumlah konsumen maka hal yang harus kamu pegang adalah kepuasan konsumen (Busines Plant di era 4.0). Bagaimana mereka puas akan jasa yang perusahaanmu berikan. Bukankah seperti itu bu dosen pak dosen?. Nah disini saya menarik dari sudut pandang saya hanya sebagai gambaran saja, bahwasannya pak rektor sebagai direktur Perusahaan dan pak dekan sebagai manager Perusahaan yang mengelola dalam bidang yang sudah ditentukan, lalu bagaimana njenengan semua memberikan kepuasan kepada konsumen (mahasiswa). Maka dengan tulisan ini njenengan bisa tau bahwasannya konsumen ada yang merasa tidak menerima kepuasaan serta menerima kekecewaan dengan jasa yang Perusahaan berikan kepada kami selaku konsumen Perusahaan. Ya kali mau tak minta lagi uangnya pak, rugi dong.

Dia dosenku apa temanku? Sebuah kalimat yang menjadikan sebuah tanda tanya besar. Akan tetapi saya mengambil judul seperti itu karena melihat beberapa dosen yang menurut saya beliau hanya sekedar masuk saja bahkan hanya mengabsen diri saja agar gajinya gak kepotong. Aman pak, pabrik guntingnya masih saya tutup. Jadi kayak temanku saja yang kadang hanya sekedar masuk untuk mengisi absen saja. Selebihnya ya silahkan urus diri kalian sendiri tidak usah urusi diriku. Melihat dosen yang masuk kelas lalu mengucapkan salam dan mempersilahkan kepada kelompok yang presentasi untuk menjelaskan materinya, eh salah maksudnya membaca PPT nya. Kita ini konsumen kalian bu/pak dosen jadi beri kepuasaan dong kepada kami, ya masak njenengan sama seperti teman saya. Ya kadang masuk, setelah selesai kelompok yang presentasi langsung keluar, selain itu kadang tanpa melontarkan sepatah dua patah-pun hingga terpatah-patah karena mahasiswa kritis, ya harapan kami seorang dosen mempunyai tugas untuk menguasai suasana kelas serta mampu mengendalikan suatu kelas agar menjadi kelas yang aktif. Boro-boro mahasiswanya aktif, dosennya saja kayak lagi nggak mood mau bicara atau beliau dibungkam, seperti suara abdi negara KPPS yang tidak boleh menjadi tim sukses suara partai saja.

Teringat salah satu pesan dari KH. Imam Zarkasyi Junaidi yang menjadi pelopor dalam berdirinya kampus IAI Ibrahimy yakni selalu berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas (5 wasiat KH. Imam Zarkasyi Djunaidi, 43: 2024). Bagaimana mau memajukan kampus dan memperbanyak jumlah mahasiswa kampus jika SDM yang ada dikampus tidak sesuai. Lalu bagaimana birokrat kampus mampu mewujudkan Visi Misi yang berbunyi. “Terwujudnya IAI Ibrahimy sebagai institute yang uggul dan berdaya saing di bidang kajian ke-islaman dan keilmuan, berakhlak mulia berlandaskan Islam Ahlus Sunnah Wal Jama’ah an-Nahdliyah”.

Seperti halnya ketika kelompok/teman kami, dalam melakukan persentasi hanya membaca PPT saja, setidaknya ketika ditutup, njenengan bisa menambahkan atau meluruskan, jadi kami ketika masuk nggak sia-sia, bisa mendapatkan sedikit wawasan atau ilmu dari njenengan. Jika hanya sekedar membaca PPT kami juga bisa, kayak anak SD saja yang harus dibacakan tulisannya. Justru kadang ketika ditanya ada yang menjawab: "oh saya masih gak tau", nggak dengar terkait hal tersebut karena masih baru, padahal yang ditanyakan masih dalam lingkup matkulnya. Justru terkadang ketika matkul tersebut ada dosen yang menjelaskan tapi keluar dari jalurnya, takutnya kalau naik sepeda masuk kejurang, lalu jadi kecelakaan. Sampai penulis kadang mempunyai pikiran "mending diskusi atau baca buku aja dari pada masuk". Karena di kelas hanya membaca PPT saja dan gak ada pembahasan lagi. Bahkan Ketika salah satu dosen ditanya, saya melihat apa yang diajarkan di Ibrahimy masih sangat kolot, tidak mau melek akan hal-hal baru, yang itu ranahnya memang harus dipahami oleh mahasiswa ataupun lainnya pada era saat ini. Padahal hal baru tersebut juga menjadi ancaman, peluang bahkan pesaing untuk kita kedepannya. Selain itu ketika mahasiswa itu melakukan pertemuan di kampus luar Banyuwangi dan membahas suatu hal baru dalam ranah perekonomian dia plonga-plongo, tengok kanan tengok kiri, seperti orang mau buang air kecil saja.

Akan tetapi ada juga dosen yang menjadi motivasi serta kekaguman penulis kepadanya. Beliau adalah dosen Perempuan yang Bernama Dr. Hj. Emy Hidayati S.Pd,M.Si. salam hormat bu, jangan ketawa bu nanti baper. Beliau adalah seorang wanita yang ranah pengetahuannya bukan hanya pada matakuliah yang diajarkan namun juga dari ilmu-ilmu lainnya seperti agama, filsafat, perekonomian dan lainnya pun keluar dari suaranya yang merdu. Selain itu beliau juga mampu menghidupkan forum agar tidak sepi/pasif seperti layaknya kuburan. Beliau selalu ada cara agar forum/kelas tersebut bisa hidup dan lebih aktif, seperti orang jualan di pasar atau pas debat capres cawapres.

Kemaren saya sempat bangga karena di kampus saya ada informasi 10 dosen yang memiliki gelar Doctor. Saya tidak melihat dari title-nya serta tidak penting bagi kami, karena title tidak bisa menggambarkan skil dan kreatif seseorang, selain itu kadang title doang tapi ternyata…..(atut mau disebutkan). Jadi gini saudara-saudara, jika di Ibrahimy SDM-SDM kita adalah dosen maka ketika di desa mahasiswa harus bisa menjadi SDM disana. Akan tetapi ya bagaimana hal tersebut bisa terjadi jika dosen sebagai SDM yang ada dikampus seperti 11, 12 dengan teman saya. Ya, kalau gak mager masuk, kalau mager ya, izin. Jika membahas kepentingan dan urusan pribadi mahasiswa juga punya urusan pribadi apalagi pekerjaan yang di luar kampus. Kami sebagai konsumen membayar Perusahaan untuk menfasilitasi kami, jadi berikan kepuasan lah kepada kami.

Ya kami harap dengan tulisan ini pak Rektor dan pak Dekan bisa menasehatinya atau memberi tips kepada dosen-dosen tersebut agar bisa mengaktifkan kelasnya. Walaupun tidak semua dosen seperti itu akan tetapi untuk menyempurnakan suatu Perusahaan kan harus membenahi orang yang ada di dalam Perusahaan, terutama yang belum sesuai kinerjanya. Dan juga kepada para gelar Doctor bisa juga untuk memberikan serta menyalurkan ilmunya kepada para dosen yang masih ada dibawah jenengan semua. Oke! Ya mungkin itu saja, jika saya tulis semua akan terlalu banyak, takutnya saya dikira mau mengarang buku.

Suatu kritikan tidak semuanya untuk menjelekkan suatu hal, akan tetapi agar hal tersebut bisa tau akan kekurangannya sehingga bisa dibenahi dan disempurnakan lagi. Ya jika njenengan semua lelah di-kritik lalu ngapain mahasiswa kalian diajarkan untuk kritis? kan lucu byek larek.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para dosen Ibrahimy, surat ini tidak difokuskan kepada Fakultas Febi, akan tetapi semua fakultas yang mungkin ada dosennya seperti itu juga. Berhubung setiap manusia mempunyai hak dalam berargumen dan berbicara, serta buWarek III juga menjanjikan akan menegur dosen apabila ada mahasiswa mengkritik kampus, lalu di-introgasi. Jadi saya kan aman. Selain itu karena melihat keadaan kampus yang terlalu damai dan tentram serta terlalu sunyi, jadi saya buat tulisan ini biar sedikit ada gerak-gerik mahasiswanya.

Saya ucapkan terimakasih karena sudah mengajarkan ilmu kepada saya dan tetap saya harap barokahnya dari njenengan semua. selain itu jika dari tulisan ini ada yang salah mohon saran dan masukannya, agar tulisan saya lebih baik lagi kedepannya.

"Tidak ada manusia yang selalu benar, karena manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Oleh karena itu dengan sebuah kritikan dan saran, maka kita bisa tau akan kekurangan serta kesalahan kita hingga kita bisa membenahinya untuk lebih baik lagi."

#Salam Akademisi Tapi Bukan Mahasiswa Abadi


Oleh: Moh. Hanafi (Mahasiswa Fakultas Febi)
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak