BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Pemilu 3: “Dilayani” menjadi “Melayani”


Pena Laut - Ganjar Pranowo. Saat mendengar nama itu tentu banyak presepsi yang muncul. Kader PDIP, Gubernur Jawa Tengah dua periode, si rambut putih, dan yang pasti calon Presiden Repubik Indonesia tahun 2024. “Mboten Korupsi, mboten Ngapusi” itulah tagline yang dikedepankan seorang Ganjar Pranowo saat masa kampanye Gubernur Jawa Tengah. Semenjak menjadi calon Presiden namanya kian melonjak. Jenakanya dan kepiawaiannya dalam berkomunikasi seakan bisa menyatu ke setiap kalangan masyarakat. Di Birokrasi Provinsi, beliau mengubah mindset birokrasi dari yang semula “Dilayani” menjadi “Melayani” .

Ganjar lahir pada 28 Oktober 1968 di desa Tawamangu, kecamatan Tawamangu, Karanganyar, Jawa Tengah. Dia adalah anak dari seorang polisi yang bernama Parmudji. Parmudji menikah dengan seorang wanita cantik bernama Sri Suparmi. Dari pernikahan keduanya lahir 6 orang anak, yang kemudian anak kelimanya yang bernama Ganjar Pranowo menduduki kursi satu Jawa Tengah. Nama lahir dari sosok Ganjar adalah Ganjar Sungkowo. Nama itu bertahan hingga Ganjar mengenyam pendidikan Sekolah dasar. Nama Sungkowo di sini berarti “Dirundung Kesedihan”. Bukan tanpa alasan, nama ini diberikan kepada Ganjar bayi karena saat itu keluarga kecil Parmudji dan Sri Suparmi memang sering tertimpa pilu. Nama Ganjar Pranowo akhirnya diberikan kepada anak kelimanya ini dengan harapan kelak sang anak tidak terus tertimpa pilu dan berbagai kesedihan. Layaknya ayah ibu lainnya, keduanya berharap Ganjar bisa sukses di masa yang akan datang. 

Ganjar tumbuh sebagai anak yan mandiri dan sat-set dalam melakukan kegiatan-kegiatan di rumah. Di sekolah dia juga pintar meski nakal layaknya bocah SD lainnya. “Ketika main, kami sama nakalnya” ucap kamso teman SD Ganjar. Selain nakal dan pintar menurut teman-teman wanita yang sebaya dengan Ganjar, dia juga banyak disukai karena memang sejak kecil Ganjar sudah terlihat ketampanannya. Semasa sekolah Ganjar memang pemuda yang aktif. Akademik non akademik dia baik. Lulus SMA BOPKRI 1 (Bosa) Ganjar berada di fase gamang. Dia ingin melanjutkan pendidikannya ke dunia perkuliahan. Ganjar sudah memegang kertas pengumuman diterima di Fakultas Hukum Universitas Gadja Mada tapi dia tidak berani mengutarakannya kepada orangtuanya karena takut membebaninya. Dengan segala pertimbangan akhirnya Ganjar memilih bersimpuh di kaki ibunya agar diizinkan kuliah. Ibunya mengiyakan meski harus menggadaikan seritifikat tanah. Selain mengandalkan kiriman dari orangtua dan bantuan kakaknya, Ganjar juga menambah pemasukan untuk kuliahnya dengan menjadi pengajar ekstrakurikuler Pecinta Alam di SMA 8 Yogyakarta.

Di dunia perkuliahan, Ganjar menjadi Pria yang tangguh. Banyak kegiatan kemahasiswaan yang dia ikuti. Di tahun 1988 sampai 1990 dia menjadi ketua MAPALA (Mahasiswa Pecinta Alam). Dia juga aktif di sejumlah organisasi seperti: Gemini Study Club (GSC). Belakangan ia menyadari bahwa organisasi tersebut merupakan bagian dari sel kaderisasi Gerakan Mahasiswa Nasionalis indonesia (GMNI). Tak lama, di dunia kuliahnya dia akhirnya bertemu dengan kader partai PDI, Soetardjo Soergoeritno. Pertemuan itulah yang menjadikan Ganjar semakin bergejolak jiwa mudanya. Dia semakin matang menjadin aktivis kampus dan mulai berani tampil beda di hadapan keluarganya. Dan saat pulang ke rumahnya dia tak ragu mengenakan kaus yang bertuliskan “Megaku-Megamu-Megawati”

Pengkaderan yang luar biasa dari sosok Soetardjo begitu memompa semangat pemuda-pemuda partai termasuk sosok Ganjar. Ganjar memang tumbuh di keluarga yang berafiliasi dengan partai Kuning (Golkar).Ganjar paham betul akan dilematis Orangtuanya. Namun pilihan Ganjar tetap kokoh. Dia terus menjadi kader partai yang tangguh, idealis, dan sedikit humoris. Berbagai proses Ganjar lewati selama menjadi Kader Partai, yang akhirnya mengantarkan Ganjar dalam pencalonan Gubernur Jawa Tengah 2013. Tokoh-tokoh besar PDI sudah menggemblengnya sebagai kader. Termasuk di dalamya Ibu Mega dan Bapak Taufik Kiemas. Akhirnya dengan segala peruntungan yang partai berikan kepada Ganjar, Ganjar terpilih menjadi Gubernur Jateng pada 26 Mei 2013. Ganjar tampil di dua Kontestasi Politik di Jawa Tengah, dan keduanya dimenangkan olehnya (2013-2018 dan 2018-2023). Dan sebelum menjadi gubernur 2 periode, Ganjar juga pernah terpilih menjadi anggota DPR RI tahun 2004-2009 dan 2009-2013.

Suami dari Siti Atiqo Supriyanti dan ayah dari Muhammad Zinedine Alam Ganjar ini di tahun 2024 kembali hadir menjadi calon pemimpin. Bukan lagi di Jawa Tengah, kini ia hadir sebagai calon Presiden di Indonesia ditemani Pendekar Hukum Prof Mahfud MD. “Tuanku adalah rakyat. Jabatan ini hanyalah mandat.” Begitulah tagline baru yang dikedapankan oleh paslon urut 3 ini. Ganjar hadir dengan dengan gaya khasnya yang kekinian dalam setiap debat. Tak resmi-resmi betul, tapi nyaman untuk dipandang. Sejak menjadi gubernur Ganjar sudah sering dihadapkan dengan berbagai pihak yang tidak sejalan dengannya. Mulai dari wartawan karena beliau menghentikan bantuan untuk komunitas wartawan serta penghapusan amplop yang dilatari pemikiran beliau perkara itu tidak sehat untuk menujukkan profesionalitas pers. Belum lagi di saat beliau menyebut Najwa Shihab (Mbak Nana) dengan sebutan MC. Tentu, ini menyulut amarah publik khususnya para jurnalis. Hingga berselisihnya dia dengan DPRD Provinsi. Namun, bersama pasangannya, dan kepercayaan keluarga serta partai, Ganjar Pranowo tegap menghadap ke depan. Alam Ganjar dan ibu Siti Atiqoh akan selalu berada di belakang sang Imam. Menuju Indonesia yang berdaulat dan bermartabat.


Oleh: Zain

Disarikan dari buku:
- (Kontroversi Ganjar) karya Isdiyanto, Budiono Isman, Solikun, dan Chandra An
- Viva.com

Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak