Pena Laut - William Shakespeare, seorang pujangga berkebangsaan Inggris pernah berkata, “Apalah arti sebuah nama? Andaikata memberikan nama lain untuk bunga mawar, ia akan tetap berbau wangi.” Baginya nama adalah sebuah identitas semata agar orang orang lain bisa memanggil nama tersebut di kehidupan sehari-hari. Namun tidak demikian dengan Soemitro Djojohadiekoesoemo, ayah Prabowo Subianto. Ia merasa perlu memberi nama kedua anaknya dengan penuh makna: Prabowo Subianto dan Hashim Sujono Djojohadiekoesoemo, sebagai cara soemitro untuk mengenang kedua adiknya, Letnan Subianto Djojohadikoesoemo dan Sujono Djojoehadikoesoemo, yang gugur di medan perang “Peristiwa Lengkong” pada 25 Januari 1946. Bagi Soemitro memberikan nama anaknya persis layaknya paman-pamannya merupakan sebuah cara mengenang kedua sosok tersebut bukan hanya sebagai manusia, tetapi juga mengenangnya sebagai sosok pemberani yang menjadi pahlawan.
Dari penamaan sosok Prabowo, benar saja, nama itu menjadi mutiara baginya untuk menghadapi dunia.Prabowo muda menempuh jalan hidup dengan berkarir di militer, suatu jalan yang dimana kedua pamannya mengembuskan napas terakhir.Prabowo Subianto yang lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951 memiliki rekam jejak yang cemerlang di dunia yang ia pilih. Kariernya di dunia miiter begitu cemerlang. Dia memiliki karier yang begitu cepat di ABRI yang akhirnya dia dijuluki sebagai The Brightest star atau The Rising Star yang memiliki arti “Bintang yang paling terang atau Bintang yang sedang naik daun”.
Dunia militer dia lewati dengan begitu sempurna. Naik pangkat dengan lancar dan berbagai penghargaan dia rengkuh. Di dunia militer, berkali-kali sang komandan harus berhadapan dengan kematian. Dia harus terus menghindari kejaran lawan dan peluru yang siap menembus sekujur tubuhnya. Kisah heroik terjadi saat Prabowo diberikan mandat untuk menjadi komandan Peleton Para Komando Grup I Komando pasukan Sandhi Yudha (Koppasadha) yang bertugas sebagai bagian dari operasi Tim Nanggala Di timor timur (1976) juga saat beliau ditunjuk memimpin Den 28 Kopassus yang bertugas membunuh pendiri dan wakil ketua Fretlin, yang juga menjabat sebagai Perdana Menteri Timor Leste, Nicolau Dos Reis Lobato. Misi berhasil dan target tewas tertembak di bagian perut dalam pertempuran di lembah Mindelo, 31 Desember 1978. Dengan segala keberhasilannya, tentu setiap orang memiliki masa di mana dia di atas dan di bawah.
Dunia Prabowo di Militer berakhir pada Mei 1998 setelah Dewan Kehormatan Perwira (DKP) yang diketuai KSAD Jenderal Soebagyo HS memberi sanksi sehubungan dengan kasus penculikan aktivis yang dilakukan Tim Mawar Kopassus antara bulan Februari hingga Maret 1998. Prabowo juga mengalami keretakan dengan Keluarga Cendana (Keluarga Mertuanya, Pak Soeaharto). Pak Soemitro yang notabenenya merupakan besan dari Pak Harto tak segan mengirtik pemerintahan orde baru, dan hal itu menjadikan kedua keluarga orang hebat ini terus berselisih. Puncak ketegangan keduanya terjadi di 20 Mei 1998 saat Prabowo mendapat tuduhan menjadi dalang pada lengsernya orde baru. Terusirlah Prabowo dari istana. Prabowo kembali memulai kehidupannya dari 0 kembali. Dia memulai semuanya sebagai manusia biasa yang tak berpangkat. Dia mengasingkan dirinya ke Yordania untuk sekadar mengistirahatkan dirinya dan mengambalikan dirinya seperti Prabowo sesungguhnya yaitu tegas, berani, dan tak gentar menghadapi berbagai rintangan.
Prabowo Subianto menikah dengan murid ayahnya, Titiek Soeharto pada Mei 1983. Dari pernikahan tersebut mereka dikarunia sorang putra yang bernama Ragowo Hediprasetyo yang sering disapa Didit Prabowo. Keharmonisan keluarga kecil ini harus usai pada Mei 1998 karena terjadi keretakan antara keluarga keduanya. Dan alasan-alasan kuat terkait keduanya berpisah masih terus dipertanyakan dan belum pasti kebenarannya. Meski resmi bercerai keduanya masih berhubungan baik satu sama lain.keduanya kerap kali tampil bersama. Bahkan keduanya selalu dikabarkan untuk rujuk, karena hingga saat ini keduanya belum menampakkan gerak-gerik untuk mencari pasangan baru.
Gus dur berkata, “kalau orang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia itu Prabowo”. Mungkin kalimat ini yang bisa ditafsirkan akan sosok Prabowo Subianto hingga saat ini. Beliau kembali maju menjadi capres untuk ketiga kalinya. Ketambahan satu kali di 2009 saat beliau menjadi wacapres Ibu Mega. Sosok Prabowo masih penasaran betul dengan rasa menjadi orang pemilik kursi 1 negeri ini. Prabowo tak tumbang dimakan zaman. Di usia 72 tahunnya dia masih mencoba kembali peruntungannya didampingi anak Presiden yang kemarin pencalonnnya menimbulkan kontroversi di berbagai kalangan karena melanggar kode etik. Prabowo masih dengan ketegasannya. Dalam berbagai pidatonya dia selalu ingin memberi makan rakyat Indonesia. Boleh jadi menurutnya, untuk bisa memberi makan seluruh rakyat Indonesia adalah menjadi Presiden. Di debat terakhir, dalam berbagai pertanyaan dan pernyataan Prabowo selalu mengutamakan makan gratis dan memberi makanan bergizi kepada rakyatnya. Tentu, ini menimbulkan pro dan kontra. Namun pada intinya, 2024 Prabowo kembali hadir menjadi sosok tegas yang begitu berharap bisa memeluk seluruh rakyat Indonesia dengan kepemimpinannya. Prabowo dengan segala kontroversinya, dia adalah salah satu sosok terbaik bangsa.
Oleh: Zain
Disarikan dari :
- Buku (Prabowo untuk Indonesia Raya) karya Khalilur R Abdullah Sahlawy
- Kompas.com
Prabowo Subianto menikah dengan murid ayahnya, Titiek Soeharto pada Mei 1983. Dari pernikahan tersebut mereka dikarunia sorang putra yang bernama Ragowo Hediprasetyo yang sering disapa Didit Prabowo. Keharmonisan keluarga kecil ini harus usai pada Mei 1998 karena terjadi keretakan antara keluarga keduanya. Dan alasan-alasan kuat terkait keduanya berpisah masih terus dipertanyakan dan belum pasti kebenarannya. Meski resmi bercerai keduanya masih berhubungan baik satu sama lain.keduanya kerap kali tampil bersama. Bahkan keduanya selalu dikabarkan untuk rujuk, karena hingga saat ini keduanya belum menampakkan gerak-gerik untuk mencari pasangan baru.
Gus dur berkata, “kalau orang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia itu Prabowo”. Mungkin kalimat ini yang bisa ditafsirkan akan sosok Prabowo Subianto hingga saat ini. Beliau kembali maju menjadi capres untuk ketiga kalinya. Ketambahan satu kali di 2009 saat beliau menjadi wacapres Ibu Mega. Sosok Prabowo masih penasaran betul dengan rasa menjadi orang pemilik kursi 1 negeri ini. Prabowo tak tumbang dimakan zaman. Di usia 72 tahunnya dia masih mencoba kembali peruntungannya didampingi anak Presiden yang kemarin pencalonnnya menimbulkan kontroversi di berbagai kalangan karena melanggar kode etik. Prabowo masih dengan ketegasannya. Dalam berbagai pidatonya dia selalu ingin memberi makan rakyat Indonesia. Boleh jadi menurutnya, untuk bisa memberi makan seluruh rakyat Indonesia adalah menjadi Presiden. Di debat terakhir, dalam berbagai pertanyaan dan pernyataan Prabowo selalu mengutamakan makan gratis dan memberi makanan bergizi kepada rakyatnya. Tentu, ini menimbulkan pro dan kontra. Namun pada intinya, 2024 Prabowo kembali hadir menjadi sosok tegas yang begitu berharap bisa memeluk seluruh rakyat Indonesia dengan kepemimpinannya. Prabowo dengan segala kontroversinya, dia adalah salah satu sosok terbaik bangsa.
Oleh: Zain
Disarikan dari :
- Buku (Prabowo untuk Indonesia Raya) karya Khalilur R Abdullah Sahlawy
- Kompas.com
Posting Komentar