BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Apakah YESS Akan Menjadi Solusi Dalam Kepunahan Petani Indonesia?

Pena Laut - Melihat keadaan negara Indonesia saat ini yang sedang mengalami penurunan dalam ranah profesi sebagai seorang petani. Profesi petani sendiri adalah suatu profesi yang menyediakan kebutuhan dasar manusia berupa pangan. Akan tetapi saat ini profesi petani sudah tidak diminati lagi oleh kalangan anak muda, mungkin karena pekerjaannya yang kotor, panas dan pendapatan yang tidak stabil. Doktrin yang mereka lihat selama ini diambil dari penglihatan dan pendengaran mereka terhadap orang di sekitarnya terutama orang tua mereka sendiri. Padahal hal tersebut terjadi karena managemen yang kurang stabil dalam mengelola suatu usaha pertanian tersebut, entah dari menejemen keuangan, pengolahan lahan, bahkan pengendalian karyawan.

Hal ini terungkap dari beberapa website, jurnal, artikel, buku bahkan penelitian lainnya yang dikumpulkan oleh penulis untuk menyampaikan keadaan pertanian Indonesia. Padahal dengan adanya profesi petani, Indonesia bisa dikatakan sebagai negara yang mandiri karena mampu menghasilkan makanannya sendiri. Akan tetapi profesi petani sekarang patut diprihatinkan dan miris sekali. Bahkan bisa dikatakan suatu saat petani akan menjadi suatu profesi yang "langka" dan menjadi profesi emas di negara tercinta ini. Dalam sebuah website Presiden Indonesia Bpk. Jokowi mengemukakan bahwasannya petani Indonesia 71% mereka berusia diatas 45 tahun keatas, sementara 29% mereka berusia dibawah 45 tahun (Penyebab Anak Muda Ogah Jadi Petani, bcindonesia.com). 

Lalu apakah 15 tahun kedepan petani Indonesia akah punah? Karena para kaum-kaum muda yang lulusan SMA/SMK terutama yang lulusan perguruan tinggi saja mereka tidak mau turun ke ranah pertanian. Padahal mereka yang lebih paham akan sebuah tekhnologi modern, perkembangan zaman serta informasi saat ini, selain itu mereka yang paham akan managemen pengelolahan bisnis saat ini. Akan tetapi mereka lebih mimilih untuk menjual jasa mereka guna untuk memperkaya orang lain bukan untuk diri mereka sendiri.

Bahkan, Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 mencatat tingkat penurunan di tingkat pekerja dalam bidang pertanian akan berpotensi mempengaruhi produksi komoditas pangan nasional. Karena produksi komoditas pangan nasional mengalami penurunan, diakibatkan karena kurangnya tingkat produksi pangan yang tersebar disuluruh Indonesia. Produksi dan permintaan saat ini sedang tidak setabil karena produksi pangan mengalami penurunan akibat jumlah petani yang menurun, sedangkan kebutuhan pangan mengalami kenaikan akibat terus bertambahnya jumlah makhluk hidup yang diakibatkan dari angka kelahiran (Peranan Generasi Milenial Terhadap Industri Pertanian Masa Depan: febi.umkendari.ac.id).

Bahkan ada beberapa judul cerita dalam sebuah buku, yaitu kisah pemuda desa menjadi sarjana pertanian dan kembali pulang kedesanya berharap dapat bekerja di lahan warisan neneknya, kisah anak petani yang kehilangan harta warisan sawah berhektar-hektar, kisah penderes gula kelapa, kisah seorang TKW dari desa yang cukup kaya sumberdaya alamnya, lahan pertanian yang tandus dengan pengelolahan pertanian tadah hujan (Kewirausahaan Pedesaan dan Pengembangan Bumdesa, 66-71: 2019). 

Kesimpulan dari beberapa cerita tersebut para anak-anak dari pemilik hak waris yang lulusan perguruan tinggi dll. mereka lebih memilih menjual lahan pertaniannya karena mereka tidak bisa mengelola lahan tersebut. Akhirnya mereka merasa bahwasannya tidak cukup dengan hasil yang didapatkan dari bertani. Dan mereka milih untuk kerja keluar kota/negara akan tetapi ketika mereka sudah pulang kerumahnya mereka bingung akan membuka usaha apa atau bekerja apa, karena sumber daya alamnya (SDA) oleh mereka sudah dijual. Ada yang lebih tragis lagi yakni lahan mereka yang beli oleh para pengusaha ataupun dari negara luar dengan iming-iming harga yang mahal dan akan dibangunkan rumah di area lahan mereka, akhirnya ketika lahannya sudah dijual ke pengusaha tersebut untuk dibangun sebuah pabrik, lama-kelamaan si Masyarakat mulai sadar bahwasannya uang dari hasil jual lahan sudah habis dan mereka mau tidak mau harus bekerja. Berhubung lahan-lahan mereka sudah dijual akhirnya anak-anak mereka bekerjalah di pabrik tersebut sebagai karyawannya. Kita menjadi babu di tanah kita sendiri, bagaimana menurut kalian?

Dengan adanya program Enterpreneurship And Employment Support Services (YESS) ini menjadi kesempatan bagi masyarakat Indonesia atau diri kita sendiri untuk belajar bagaimana menjadi seorang pengusaha dalam bidang pertanian, UMKM, peternakan melalui bimbingan dan jaringan-jaringan yang dijalin melalui program YESS sendiri. Program YESS sendiri adalah salah satu program yang didirikan oleh Perusahaan internasional, yaitu International Fund For Agricultural Development (IFAD). IFAD adalah sebuah organisasi internasional yang berada di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bergerak di bidang pertanian di negara-negara berkembang. Akan tetapi program ini masih tidak menyeluruh di negara Indonesia, karena hanya ada 4 provinsi yang menjadi daerah sasaran program YESS  di Indonesia. Yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan. Yang mana dari 4 provinsi tersebut masing-masing provinsi hanya ada antara 4-5 kabupaten saja yang menjadi sasaran program YESS.

Program yang dilakukan oleh IFAD tersebut setiap peserta diwajibkan untuk mengikuti pelatihan yang disediakan oleh program YESS dengan difasilitasi makanan dan uang transport. Selain itu jika ada peserta yang pada akhir pelatihan lolos tes, maka akan dikirim ke luar negeri untuk menjalankan magang selama 1 tahun guna untuk belajar terkait pertanian yang ada di negara tersebut. Hal ini menjadi peluang besar bagi kalangan muda yang berada di kabupaten dan provinsi yang sudah ditentukan sebagai sarana dilakukannya program YESS tersebut. Sesuai dengan mandatnya IFAD sendiri mempunyai tujuan utama yaitu memberikan bantuan langsung dan mobilisasi dana tambahan untuk program yang secara khusus dirancang untuk meningkatkan pendapatan Masyarakat pedesaan, khususnya dalam meningkatkan produktivitas pertanian dan non-pertanian. Selain itu IFAD juga turun dalam mengatasi negara-negara yang mengalami ketimpangan pangan.

Lalu bagaimana menurut pandangan teman-teman?

1) Apakah profesi petani akan mengalami kepunahan 15 tahun kedepan?

2) Apakah akan terjadi ketimpangan pangan di negara Indonesia?

3) Apakah program YESS akan menjadi solusi dalam mengatasi isu kepunahan profesi petani dan menjadi motivator bagi kalangan muda dalam usaha di bidang pertanian?

Tanah adalan investasi masa depan, jangan sampai tanah kita dikelola oleh negara dan orang asing.

"Gunakan keringatmu untuk memperkaya dirimu, jangan gunakan tetesan keringatmu untuk memperkaya orang lain."

#Balai Penyuluhan Pertanian Genteng
#Anak petani masa kini


Oleh: Moh. Hanafi
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak