BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Antagonisme Politik dalam Persaingan Kekuasaan di Masyarakat

Antagonisme Politik dalam Persaingan Kekuasaan di Masyarakat
Pena Laut - Jika melihat alur hierarkial perkembangan politik pada suatu wilayah, ada sebuah antagonisme politik yang berkembang di masyarakat. Dimana antagonisme politik tersebut membuat doktrin yang menyatakan bahwasanya kelompok masyarakat elit lah yang mampu melaksanakan kekuasaan karena memiliki superioritas alami, sedangkan kelompok masyarakat kelas bawah ditempatkan sebagai roda penggerak peradaban yang dibawahi oleh kelompok masyarakat elit. Kelompok masyarakat elit pada umumnya melihat bahwa perjuangan politik sama dengan perjuangan ekonomi. Hal tersebut tercipta karena sumber daya konsumsi pada suatu wilayah tidak cukup untuk memuaskan permintaan umum. Maka dari itu, akan menyebabkan munculnya persaingan antara manusia untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya bagi dirinya dan memperalat atau bahkan merugikan manusia lain. Dapat dikatakan memegang kekuasaan adalah cara untuk mendapatkan kekayaan.

Dari pemaparan di atas, homo politicus tidaklah berbeda dengan homo economicus, karena perjuangan politik yang dilakukan oleh kaum elit pada umunya memiliki motif dengan perjuangan ekonomi untuk meraih kekayaan, dua-duanya merupakan bentuk “struggle for life”. Sesuai apa yang dikatakan Darwin: “Perjuangan hidup suatu spesies secara mendasar menempatkan suatu spesies untuk melawan spesies yang lain dan individu dalam spesies tertentu akan melawan yang lain”. 

Berikut penyebab atagonime politik itu muncul dan semakin kuat:

1. Sebab individual 
Didalam pergolakan politik, perbedaan bakat alami yang dimiliki manusia terutama dalam hal intelektual dan juga retorika telah menciptkan manusia yang lebih berbakat daripada manusia yang lain. Tentu manusia yang berbakat akan memiliki tempat di atas daripada golongan manusia yang kurang berbakat, dengan kata lain manusia yang berbakat akan mudah mendapatkan kekuasaan dan manusia yang kurang berbakat akan didominasi kepatuhan terhadap manusia yang berbakat serta golongan yang kurang berbakat cenderung menerima dirinya ditaklukan atau diperalat.

2. Sebab kolektif
Antagonisme politik yang melibatkan sebab kolektif dapat timbul dari perbedaan ideologi, persaingan kepentingan, perbedaan identitas, dan kompetisi politik. Pertama, perbedaan ideologi antara kelompok-kelompok politik sering menjadi sumber konflik, di mana pandangan yang berbeda terhadap pemerintahan, kebijakan, dan nilai-nilai masyarakat dapat menciptakan ketegangan. Kedua, persaingan kepentingan ekonomi, sosial, atau budaya antar kelompok kolektif dapat memicu antagonisme, karena masing-masing berusaha untuk memperoleh dukungan dan kontrol terhadap sumber daya. Ketiga, perbedaan identitas, seperti agama, etnis, atau kelompok sosial, dapat menjadi pemicu pertentangan politik karena adanya perasaan afiliasi yang kuat terhadap kelompok tertentu. Terakhir, kompetisi politik, terutama selama pemilihan atau pertarungan politik, juga dapat memperkuat antagonisme politik antara kelompok-kelompok kolektif yang berbeda. 
Secara keseluruhan, sebab kolektif dalam antagonisme politik mencerminkan kompleksitas dinamika politik yang melibatkan identitas, ideologi, dan persaingan kepentingan di dalam masyarakat.

Antagonisme politik, sebagaimana diungkapkan dalam pemaparan di atas telah merinci politik sebagai alat kaum elit untuk memperoleh kekayaan, sementara rakyat kecil dianggap sebagai alat untuk mencapai tujuan tersebut. Pada tingkat hierarki politik, muncul sebuah antagonisme yang mengakibatkan doktrin bahwa kelompok elit memiliki superioritas alami dan berhak atas kekuasaan, sedangkan kelompok kelas bawah dianggap sebagai pendorong peradaban yang dikendalikan oleh elit. Pandangan ini menggambarkan politik sebagai refleksi perjuangan ekonomi, karena persaingan untuk sumber daya konsumsi memicu konflik antar manusia, mengakibatkan pemegang kekuasaan dapat mengakses kekayaan. Terlebih lagi, homo politicus dan homo economicus dianggap tidak berbeda, karena perjuangan politik elit sebagian besar didorong oleh motivasi ekonomi untuk mencapai kekayaan.

Antagonisme politik kemudian ditemukan memiliki sebab-sebab individu, di mana perbedaan bakat alami, terutama dalam hal intelektual dan retorika, menciptakan hierarki di mana individu yang lebih berbakat mendominasi dan yang kurang berbakat tunduk. Sebab kolektif dalam antagonisme politik melibatkan perbedaan ideologi, persaingan kepentingan, perbedaan identitas, dan kompetisi politik, menciptakan kompleksitas dalam dinamika politik masyarakat.


Oleh: Madjid Fahdul Bahar
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak