BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Akankah Petani di Tahun 2045 Menjadi Emas di Negara Indonesia

Indonesia Emas 2045, Petani Indonesia, Pertanian, Indonesia Darurat Petani, Petani Indonesia, Pertanian 2045

Pena Laut
- Menurut data Badan Pusat Statistik Indonesia, pada tahun 2045 Indonesia diproyeksikan akan mengalami dengan apa yang namanya bonus demografi. Bonus demografi terjadi ketika jumlah populasi masyarakat yang berusia produktif lebih banyak daripada jumlah masyarakat yang berusia nonproduktif, Di mana jumlah populasi masyarakat yang berusia produktif menguasai 70% populasi di Indonesia. Maka dari itu dapat diasumsikan nasib masa depan bangsa Indonesia ada ditangan para pemuda. Akan tetapi perlu diketahui minat pemuda untuk menjadi petani sangatlah rendah, seusai dengan data dari Badan Pusat Statistik yang mengatakan bahwasanya hanya 21% pemuda di Indonesia yang bekerja disektor pertanian dan juga menurut hasil survei jakpat menunjukkan bahwasanya 6 dari 100 pemuda yang berusia 15-36 tahun ingin menjadi petani. Dapat diasumsikan pada tahun 2045 kemungkinan Indonesia akan mengalami dengan apa yang Namanya darurat pangan. Meskipun Indonesia dapat dikatakan sebagai negara agraris, namun minat pemuda dalam sektor pertanian sangatlah rendah dan jumlah penduduk di Indonesia terus bertambah, jika disimpulkan kemungkinan Indonesia mengalami darurat pangan sangat besar dan pemuda yang terjun disektor pertanian akan menjadi emas di negara Indonesia.

Jika kita melihat menggunakan kaca mata hukum supply and demand yang menyatakan bahwa harga yang berlaku pada suatu barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh besarnya jumlah penawaran dan permintaan dari pembeli. Jika hukum supply and demand kita terapkan pada situasi sektor pertanian pada tahun 2045, petani dapat dikatakan akan menjadi emas di negara Indonesia, karena kemungkinan di tahun 2045 dengan jumlah penduduk di Indonesia yang terus bertambah menyebabkan permintaan terhadap produk pertanian sangatlah tinggi, sedangkan jumlah penawaran akan produk pertanian sangatlah rendah, karena pemuda yang akan menggerakkan bangsa Indonesia memiliki minat yang rendah untuk terjun di dalam sektor pertanian, Di mana hal itu akan memengaruhi minimnya jumlah produk pertanian. Situasi seperti ini sangatlah menguntungkan secara ekonomi bagi pemuda yang terjun di dalam sektor pertanian, dilain sisi situasi seperti ini juga dapat menimbulkan permasalahan-permasalahan yang besar bagi bangsa Indonesia.

Dalam situasi seperti ini, sebaiknya pemerintah Negara Indonesia Berusaha untuk meningkatkan minat pemuda untuk terjun di dalam sektor pertanian, namun pemerintah perlu menganalisis terlebih dahulu penyebab kurang mintanya pemuda untuk terjun di dalam sektor pertanian. Menurut hasil penelitian dari Lembaga penelitian non-pemerintah yaitu survey meter mengatakan bahwasanya alasan kurangnya minat pemuda untuk terjun di dalam sektor pertanian adalah terdapat pandangan negatif yang melibatkan sektor pertanian, terutama dari kalangan pemuda. Banyak di antara mereka yang tidak tertarik bekerja dalam bidang pertanian karena merasa bahwa pekerjaan di sektor ini tidak menjanjikan dan tidak mampu memberikan kestabilan masa depan yang diharapkan. Selain itu, tantangan lain yang dihadapi oleh generasi muda yang ingin terlibat dalam pertanian adalah kesulitan akses lahan dan keterbatasan modal. Tidak hanya itu, minimnya dukungan yang diterima dari pemerintah dan masyarakat juga turut memengaruhi minat generasi muda untuk terlibat aktif dalam sektor pertanian. Berdasarkan hasil penelitian dari Journal of Agrosociology and Sustainability (JASSU), disimpulkan bahwa kurangnya minat pemuda untuk terjun di sektor pertanian disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, persepsi pemuda terhadap pendapatan yang dianggap cukup baik, namun pemuda enggan bekerja di sektor pertanian karena dianggap sebagai pekerjaan yang kotor, panas, dan dianggap memalukan. Kedua, pemuda melihat pekerjaan petani sebagai kurang menjanjikan, hanya dapat dijadikan pekerjaan sampingan, dan dianggap tidak mampu meningkatkan status sosial. Terakhir, pemuda merasa bahwa profesi petani memiliki keterbatasan dalam perkembangan karir dan tidak dapat memberikan peluang pengembangan yang memadai.

Dari data penelitian yang menyatakan beberapa faktor penyebab kurangnya minat pemuda untuk terjun di dalam sektor pertanian, pemerintah Indonesia dapat memberikan Solusi seperti memberikan modal kepada pemuda yang akan terjun di dalam sektor pertanian dan pemerintah dapat memberi pendidikan kepada pemuda atau masyarakat pada umumnya terkait pertanian dan pengelolaan hasil tani. Penyelesaian masalah pertanian atau pangan merupakan salah satu Langkah untuk Indonesia menjadi lebih maju, seusai dengan perkataan bapak founding father yaitu Soekarno yang mengatakan “Indonesia tidak akan maju, selama penduduknya belum selesai masalah pangan dan sandang.

Oleh: Madjid Fadhlul Bahar
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak