BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Hypatia, Filsuf Perempuan yang Berakhir Mengenaskan

Hypatia

Pena Laut
- Manusia tidak akan pernah lepas antara ilmu pengetahuan dan agama, ada yang terlalu terobsesi berlebihan terhadap ilmu pengetahuan, begitupun sebaliknya, ada yang terlalu fanatik terhadap ajaran agama.

Padahal, keduanya tidak dapat dipisahkan dan akan terus saling berjalan beriringan. Oleh sebab itu, seseorang yang terlalu dibutakan oleh ilmu pengetahuan akan semakin agresif dalam mengembangkan ilmunya tanpa ada batasan dan akan mencoba melampaui yang sudah ada.

Seperti halnya China, yang mengembangkan matahari buatan, konon katanya “lebih panas dari matahari”. Ada juga Elon Musk pemilik Tesla.Inc yang sudah memproyeksikan kesadaran manusia bisa dipindah ke dalam komputer (film Transcendence : 2014), dengan demikian adanya agama membuat manusia agar lebih bisa membatasi diri dan jangan dibutakan oleh ilmu pengetahuan.

Menukil quotes dari ilmuwan Albert Einstein, “Ilmu tanpa agama, buta. Agama tanpa ilmu, lumpuh”.

Berbeda dengan Hypatia, yang lahir di Alexandria, Mesir pada zaman kekaisaran Romawi. Di kota Alexandria, ia merupakan tokoh yang mengajarkan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu filsafat dan ilmu astronomi.

Namun ia juga penganut paganisme. Meskipun begitu Hypatia memiliki toleransi yang tinggi terhadap orang-orang penganut agama Kristen, ia juga memiliki murid beragama Kristen di antaranya adalah Sinesius, nantinya akan menjadi pendeta (uskup) di gereja Alexandria.

Hypatia juga pernah membuat astrolab fungsinya sebagai navigasi, memprediksi arah bulan, dan penentu waktu. Ia juga pernah membuat hydrometer fungsinya sebagai pengukur benda cair.

Sebagai tanda bahwa ia memiliki ilmu pengetahuan yang luas tetapi juga berpegang teguh pada agama yang dianutnya. Hypatia dikecam oleh salah seorang pendeta, karena dianggap terlalu berlebihan dalam mencari ilmu pengetahuan, di sisi lain pendeta lah yang terlalu fanatik dalam beragama. Hal ini yang menyebabkan pendeta lupa bahwa ilmu pengetahuan dan agama tidak dapat dipisahkan.

Beberapa tahun kemudian, ada rencana pembunuhan terhadap Hypatia. Sebelum terjadi tragedi pembunuhan, banyak karya Hypatia yang dimusnahkan, tetapi ada juga yang memohon agar kelas-kelas diajar oleh Hypatia.

Tentu saja, ide ini membuat iri para biarawan-biarawan fanatik. Saat musim panas, Hypatia ditangkap oleh segerombolan massa tak terkecuali para biarawan fanatik. Mereka membunuh menggunakan keramik tajam, kemudian mencongkel matanya, kemudian memotong anggota tubuhnya lalu dibakar.

Menurut pendapat lain, Hypatia dibunuh atas dasar politik, dengan dalih menghalangi kerukunan Orestes dengan pendeta. Pembunuhan Hypatia mengguncang kekaisaran dan mengubah sosok Hypatia sebagai seorang “martir” untuk filsafat.

Sehingga tokoh filsafat sesudahnya seperti Damaskinos, semakin ganas dalam mengkritik agama Kristen pada abad pertengahan Hypatia dijadikan simbol kebajikan Kristen. Pada abad ke-20, Hypatia menjadi simbol dalam pergerakan hak wanita

Penulis: Maulana Idam
Source : Film Agora 2009
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak