BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Wanita Pilihan Sang Raja

Cerepen Wanita Pilihan Raja

Pena Laut
- Alkisah pada zaman dahulu tinggallah seorang ibu tua bersama anak gadisnya, beliau tinggal di Desa Ruli, seperti namanya "Ruli" rumah-rumah di desa ini seluruhnya terbuat dari kayu, jarak antara rumah yang satu dengan rumah lainnya begitu jauh.

Saroh, iya nama ibu tua itu adalah Saroh, beliau sudah lama menjanda karena suaminya telah meninggal 10 tahun yang lalu. Setiap pagi ia ke sawah hingga sore hari baru ia pulang ke rumah.

Salwa anaknya selalu membantunya bekerja di sawah, Salwa anak yang baik, dia selalu membantu dan menyayangi ibunya.

Setelah membantu ibunya Salwa hanya diam dirumah menemani ibunya, Salwa tidak pernah keluar rumah kecuali ke sawah. Hari hari Salwa selalu kerjakan hanya membantu dan membantu ibunya.

Suatu ketika ada seorang yang datang ke rumah ibu Saroh dengan pengawal dan kuda-kuda mereka.

"Assalamu'alaikum" seorang pemuda memberi salam dengan mengetuk pintu rumah ibu Saroh.

"Wa'alaikumussalam" Saroh membuka pintu dengan wajah kaget.

Ternyata yang datang adalah seorang pangeran, anak dari Raja Zulam, entah mengapa ia sampai mengunjungi rumah ibu Saroh.

"Pangeran, apakah gerangan yang membuat pangeran sampai kesini, tempat ini sangat jauh dari kerajaan pangeran, tempat ini jorok tidak sebagus kerajaan, tempat…."

"Maaf bu, saya datang kemari ingin melamar anak gadis ibu, izinkan saya masuk ke rumah ini" jawab pangeran.

"Baiklah, kalau begitu silahkan masuk pangeran, maaf lantainya tidak berkeramik seperti kerajaan". jawab ibu Saroh yang selalu meminta maaf karena kondisi yang serba kekurangan.

"Tidak apa-apa bu, sungguh saya sangat senang bisa berkunjung kemari".

"Apakah omongan pangeran yang tadi cukup serius, pangeran ingin mempersunting anak saya?" tanya ibu Saroh saat pangeran sudah duduk di dalam rumahnya.

"Benar bu, kedatangan saya kesini, saya ingin melamar anak ibu".

"Apakah engkau sudah pernah bertemu dengan anakku sebelumnya, hingga engkau memberanikan diri untuk melamarnya?"

"Sesungguhnya saya belum pernah bertemu dengannya bu, saya mencintainya karena Allah, Allah telah menuntun saya untuk berkunjung kemari".

"Wahai pangeran apakah nantinya engkau tidak menyesal karena telah menikah dengan anakku?"

"Kenapa saya harus menyesal, walaupun kondisi ibu seperti ini, tapi saya tidak pernah menyesal untuk datang kesini".

"Pangeran berkata bahwa pangeran belum pernah bertemu dengan putri saya, putri saya itu tuli, dia bisu, dia buta dan dia tidak cantik. Apakah pangeran masih ingin melamar anak saya?" tanya ibu Saroh.

Sejenak pangeran hanya terdiam, tiada kata yang diucapkannya, tapi pangeran tetap akan pendiriannya.

"Wahai ibu Saroh sungguh saya mencintai anak ibu karena Allah, apapun kondisinya saya akan tetap melamar anak ibu" jawab pangeran meyakinkan hatinya.

"Sungguh pangeran benar bersungguh-sungguh ingin meminang anak saya, baik saya akan panggil anak saya, tapi pangeran jangan kaget bila melihat anak saya".

Ibu Saroh pun memanggil anaknya, tak berapa lama keluarlah Salwa dengan cadar yang selalu melekat di wajahnya.

"Salwa kemari nak, ada seorang pemuda yang ingin melamarmu" sambut ibu Saroh pada salwa untuk duduk di sampingnya.

"Pangeran ini putri saya, Salwa pemuda ini ingin melamarmu, apakah engkau siap untuk membuka cadarmu?" tanya ibu Saroh pada putrinya. Salwa hanya mengangguk pelan, setelah itu perlahan-lahan membuka cadarnya.

Saat itu pangeran begitu menghayati pandangannya kepada Salwa, bulan dan mentari seakan ada tandingannya,.

"Masyaallah, sungguh dia begitu cantik, mengapa ibu berkata bahwa dia tuli, dia bisu, dia buta, dan dia juga tidak cantik?" tanya pangeran yang mengagumi kecantikan Salwa.

"Sungguh pangeran dia tuli karena dia tidak pernah mendengar keburukan dan kejelekan orang-orang di luar sana, dia bisu karena dia tidak pernah membicarakan aib atau menggosip diluar sana, dia buta karena dia dia tidak pernah melihat yang haram, dan dia tidak cantik karena dia tidak pernah membuka cadarnya" jelas ibu Saroh pada pangeran.

"Masyaallah, begitu beruntungnya saya bisa meminang gadis sepertinya".

Akhirnya Salwa beserta ibunya di boyong ke kerajaan untuk dijadikan istri, mereka hidup bahagia di kerajaan.***

Cerpenis: Dwi Afif Adam
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak