BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Menjaga Keharmonisan Relationship Dari Serangan Toxic Di Tengah Kehidupan Yang Penuh Cidro

Relationship, Keharmonisan

Pena Laut - Relationship merupakan hubungan atau relasi antara satu individu dengan individu yang lain. Secara sederhana, Relationship hubungan kita dengan orang lain; teman, sahabat, kekasih, temannya teman kita, pacar dari sahabat kita dan yang lain. Titik tekan dari Relationship ini adalah “hubungan”. Setiap orang hidup berdampingan, meskipun tidak semua berdampingan di pelaminan, namun dapat dikatakan bahwa kita sebagai manusia tidak bisa lepas dari “hubungan” dengan sesama. Hal ini adalah keniscayaan, seperti halnya perasaan kita yang niscaya tidak akan pernah diterima oleh perempuan maupun laki-laki yang kita cintai. Sungguh tragis dan penuh dengan ke-cidro-an.

Seringkali kita tertipu dan terjadi bias makna perihal pengertian Relationship dan Partnership. Sudah dikatakan, bahwa Relationship mempunyai penekanan hanya pada relasi kita dengan orang lain. Berbeda dengan Partnership yang lebih menekankan pada kemitraan kita, kerjasama kita dengan orang lain, sehingga menghasilkan keuntungan dari masing-masing pihak. Atau, sering kita kenal dengan istilah simbiosis mutualisme.

Mengenai hubungan kita dengan orang lain, adalah pembahasan yang bisa dibuat ndakik, pun juga bisa dibuat sesederhana mungkin. Kalau ndakik, relasi kita dengan orang lain menggunakan perspektif filsafat, teologi, metafisika dan ilmu-ilmu sosial. Untuk menulisnya, bisa membakar jenggot penulis. Toh, tulisan ini bukan artikel ilmiah atau tugas akhir sebagaimana yang ada di kampus. Sedangkan, jika ditulis dengan bahasa yang sederhana, ya pakai persepktif wong cilik atau orang-orang pinggiran. Nah, kalau ini, sesuai dengan kapasitas saya. Sebagai wong cilik yang terus digaung-gaungkan saat tahun-tahun politik.

Setiap kali saya keluar rumah, saat itu juga saya menyiapkan diri saya untuk menerima segala hal yang datang. Segalanya. Dalam kehidupan ini, kita dituntut untuk legowo menerima semua informasi dan hal-hal baru, pastinya dengan kebijaksanaan. Bahkan, terhadap perlakuan orang lain kepada kita yang mungkin membuat kita jengkel, moody dan menyulut api amarah. Kita kan sudah mengerti, bahwa kita hidup tidak sendiri. Ada orang lain yang harus kita hargai, hormati, sayangi dan cintai. Mereka juga manusia seperti kita, jadi sama. Meskipun berbeda ras, suku, agama, warna kulit, style pakaian, beda kendaraan, beda posisi dan perbedaan lainnya. Hal itu tidak berarti menafikan persamaan kita sebagai manusia, sama-sama makhluk. Jadi, tidak usah “mlete” karena merasa lebih superior daripada yang lain.

Relasi kita dengan orang lain, menuntut kita untuk terus berlaku baik. Berlaku baik itu tidak harus melakukan hal-hal yang besar, memerlukan biaya yang banyak dan membutuhkan pengakuan orang lain. Cukup dengan melakukan sesuatu yang sederhana, atau—meminjam istilah Gen Z—"sepele”. Meskipun kita termasuk “wong sepele”, bukan berarti apa yang kita katakan dan lakukan semuanya otomatis menjadi “sepele” juga. Menjadi pribadi yang terus menebarkan kebaikan dengan kemampuan kita masing-masing adalah hal yang perlu kita lakukan. Tersenyum setiap bertemu orang lain, misalnya.

Relationship dapat terjaga dengan baik dan penuh dengan nuansa keharmonisan, jika kita menjaganya dengan melakukan kebaikan. Sekecil apapun kebaikan yang kita lakukan, itu sudah bisa dianggap kebaikan. Menghibur kawan yang sedang patah hati dengan mengajaknya ke kedai kopi, mendengarkan keluh kesah sahabat kita yang sedang dirundung masalah, memberikan sesuatu yang kita punya, seperti rokok, saat kawan kita belum dikirim oleh orang tuanya dan kebaikan yang lain. Ini perlu kita kampanyekan, agar hubungan kita dengan orang lain tidak mengalami keretakan dan putus di tengah jalan. Hidup kita masih panjang, kelihatannya masih menarik. Jadi, jangan kita memperkeruhnya dengan tingkah laku kita yang menodai kehidupan ini. Cukup masa lalu kita yang keruh, kehidupan ini jangan. Apalagi, masa depan kita. Waduh! Bisa tergopoh-gopoh kita menjalaninya.

Sudut pandang yang sederhana ini bisa diterapkan di mana pun kita berada, tidak melihat tempat dan circle. Ia tidak memandang kelas, mau di kelas teri atau kelas eksklusif, tetap tidak berubah. Berbuat baik kepada orang lain tanpa memandang apa pun. Bahkan, kepada makhluk lain, seperti tumbuhan, tanah, laut, gunung, pokoknya kepada alam semesta. Sehingga konsekuensinya, kita akan mendapatkan kebaikan dari mereka. Pasti.

Kita harus menjaga keharmonisan Relationship dari serangan toxic. Kita membutuhkan orang lain, kita membutuhkan alam, kita membutuhkan the other, liyan, dekne. Jangan marjinalkan dia, karena dialah yang membuat kita bisa sampai di titik ini. Titik di mana kita mensyukurinya, menghargainya dan menghembuskan nafas untuknya.

Oleh : Mad Thowil
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak