BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Gempa dan Hujan Bulan Juli

gempa dan hujan
Pena Laut - Bagaimana kabar para pembaca sekalian? Semoga anda selalu diberikan kesehatan. Selanjutnya penulis ingin mengucapkan maaf yang sebesar-besarnya di suasana yang semoga masih Iduladha ini.
Begitupun untuk segenap pembaca, jika memiliki salah kepada al-faqir, maka sudah pasti al-faqir maafkan.

Entah bermaaf-maafan di Idul Adha ini menjadi bid'ah atau tidak yang pasti saling membuka hati juga membuka telapak tangan untuk saling bermaaf-maafan adalah salah satu hablum minannas yang dianjurkan dalam islam.

Agar percaya maka saya kutipan hadis sebagai berikut,

مَا نَقَصَتْ صَدَقَةٌ مِنْ مَالٍ، وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ

Artinya "Sedekah itu tidak mengurangi harta dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat)."

Setelah saling bermaafan mari kita masuk ke substansi digubahnya coretan ini.

Pada Jumat 30 Juni kemarin, telah terjadi Gempa bumi dengan kekuatan 6.4 SR di 85 km Barat Daya Bantul, Yogyakarta pada pukul 19:57 WIB.

Dan seperti biasa setelah terjadi goyangan bumi tersebut status WA akan ramai dengan celotehan, “Gempa, lur”, “Omahmu aman po ora, lur? Atau plesetan klise para bujang, “Rindu!!”.

Saat terjadi gempa apa yang anda lakukan? lari? santuy dulu gak, sih? atau komat-kamit?

Kalau penulis sendiri kebetulan saat terjadi gempa sedang berada di perjalanan dalam alam mimpi.

Setelah bangun dan membuka halaman status WA sudah hiruk-pikuk membahas gempa yang terjadi.

Namun, apapun yang kita lakukan saat itu tidaklah perlu kita bahas panjang. Yang harus kita kaji adalah apa yang dilakukan setelahnya.

Dalam kitab primbon sembahyang yang ditulis menggunakan bahasa jawa dengan beraksara arab (Pegon) dijelaskan bahwa saat terjadi gempa malam hari di bulan dzulhijjah akan banyak terjadi kerusakan di desa, akan banyak terjadi hujan, dan beras juga padi akan turun harga.

Tentu hal ini bukan kewajiban untuk dipercayai. Isi primbon tersebut bukan rukun iman, atau Aqidah al-khomsin yang wajib hukumnya dihafal dan diimani.

Namun, ramalan tersebut patut kita jadikan peringatan dan pecutan untuk menambah kadar ibadah kita.

Toh, setelah gempa terjadi, beberapa hari selanjutnya hujan benar-benar tak bosan-bosannya mengguyur halaman rumah kita.

Sehari-semalam kita dihibur dengan alunan gerimis deras yang dinyanyikan langit.

Dan seperti yang kita ketahui bahwa gempa adalah salah satu daripada barisan kiamat kecil. Nabi Muhammad bersabda dalam hadisnya,

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يُقْبَضَ الْعِلْمُ وَتَكْثُرَ الزَّلَازِلُ وَيَتَقَارَبَ الزَّمَانُ وَتَظْهَرَ الْفِتَنُ وَيَكْثُرَ الْهَرْجُ وَهُوَ الْقَتْلُ الْقَتْلُ حَتَّى يَكْثُرَ فِيكُمْ الْمَالُ فَيَفِيضَ

Artinya: Nabi SAW bersabda, “Tidak akan terjadi hari kiamat kecuali setelah hilangnya ilmu, banyak terjadi gempa, waktu seakan berjalan dengan cepat, timbul berbagai macam fitnah, Al haraj -yaitu pembunuhan- dan harta melimpah ruah kepada kalian.” (HR. Bukhari)

Tidak berhenti membahas gempa Zulhijah ini, mari kita kupas juga mengenai hujan. Dikutip dari antaranews.com Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika memperkirakan akan terjadi hujan sedang hingga lebat mulai tanggal 1 sampai 1 Juli.

Meski sewajarnya Juli adalah bulan kemarau, awal bulan ini kita harus lebih bersahabat dengan Hujan. Menengok ramalan tersebut, bila terjadi hujan yang tak kunjung usai apa yang kita rasakan?

Rata-rata di antara kita pasti merasa gusar, sedih, dan tidak sedikit bahkan marah. Itu wajar adanya. Banyak pakaian yang harus kita jemur, banyak kegiatan yang harus kita lakukan di luar.

Namun, gusar, sedih, dan marah di sini tidak bisa dijadikan sebuah kewajaran yang lazim untuk dilakukan. Hujan secara umum kita mengenalnya dengan rahmat tuhan.

Tentu tetes demi tetes hujan ini membawa kasih sayang tuhan yang tak terkira untuk kita. Imam Al-Ghazali sudah memberikan kita wejangan dalam Ihya Ulumuddin.

Beliau menyampaikan bahwa hendaknya kita menggunakan hujan ini untuk melapangkan doa kepada Allah Swt.

Beliau menyebutkan bahwa selain hari Arafah dan Hari Jumat, ada waktu-waktu yang di sana baik untuk kita melakukan doa.

Waktu-waktu itu adalah : Puasa Bulan Ramadhan, waktu menjelang subuh, saat perang fi sabilillah berkecamuk, shalat wajib, dan tatkala hujan turun.

Memang wajar, rahmat yang terpoles seperti cobaan ini berat untuk kita hadapi.

Para pelajar harus bersedia menghantam deras hujan demi mendapat ilmu di sekolahnya; banyak orang kantoran yang harus basah-basahan melewati jalur ke kantornya; penjual es harus melawan kekhawatiran atas tidak lakunya dagangan mereka.

Hujan yang menjadi rahmat tuhan serta gempa yang menjadi pecutan ini, mari kita jadikan lahan basah untuk pendekatan kita kepada sang pemilik alam.

Mari doa kita gaungkan. Barangkali, doa-doa bebal yang belum dikabulkan, Allah menyimpannya di hujan Bulan Juli.

Penulis: Zein
Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak