BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Filsafat Kuno (Pra-Socrates)

Filsafat Kuno (Pra-Socrates)

Pena Laut - Kebangkitan sejarah peradaban Yunani akan sedikit mengejutkan apabila kita bandingkan dengan segala sejarah peradaban bangsa lain manapun. Bahkan peradaban besar yang terkenal di Mesir dan Mesopotamia yang berhasil merembet ke negara-negara tetangganya, tidak berlaku untuk Yunani. Meskipun ada doktrin yang masih terbawa oleh bangsa intelektual ini, namun frasa, seni, dan sastra yang akrab dibenak manusia pada zaman itu, akan kalah dengan perkembangan intelek orang-orang Yunani yang bikin melongo.

Dalam sejarah, akan disebutkan bahwa filsafat dimulai oleh Thales, lelaki asli Miletus, di Asia Kecil, sebuah kota komersial yang berkembang, di mana terdapat populasi budak yang besar, dan perjuangan kelas yang sengit antara yang kaya dan yang miskin(Betrand Russel, 1945).

Filsafat era ini akan terfokus pada pembahasan tentang kosmologi dan metafisika, yang banyak menyumbang awal pemahaman manusia terhadap pengetahuan mengenai bumi, matahari, bulan, zat-zat, asal-muasal alam semesta, dan lain-lain. Atau setidaknya, dapat kita katakan bahwa filsafat era ini banyak dipengaruhi oleh peradaban sebelumnya yang masih kental dengan budaya Mesir Kuno. Dan berusaha mendobrak pemikiran-pemikiran dogmatik, berdasarkan mitologi, dan bersifat spekulatif. Atau lebih mudahnya “masuk akal”.

Jika mereka tak pernah menyumbang buah-buah pikiran tentang kosmologi, mungkin pengetahuan sains modern tidak akan seberkembang sekarang. Contoh saja Thales yang menurut ilmuwan astronomi ia mampu meramalkan gerhana matahari—padahal belum ada teleskop. Para ilmuwan yakin bahwa hal ini pasti terjadi pada tahun 585 SM(Betrand Russel, 1945).

Thales dikatakan telah melakukan perjalanan ke Mesir dan membawa pengetahuan Geometri ke Yunani. Meskipun tidak ada bukti deduktif mengenai hal ini, namun tampaknya Thales menemukan cara menentukan jarak kapal di laut melalui perhitungan dua titik di darat. Banyak teori geometris lainnya yang dikaitkan dengannya, meskipun mungkin masih bisa salah kebenarannya akan hal ini. 

Selain itu menurut Aristoteles, Thales beranggapan bahwa segala asal-muasal dunia adalah air—didasarkan pada penemuan fosil di dasar laut(Frizt, 2023), dan pernah mengatakan bahwa ada jiwa dalam magnet sehingga benda itu bisa menggerakkan besi(Betrand Russel, 1945).

Ia dikenal sebagai Triad Milesia bersama adik kelasnya yang bernama Anaximander dan Anaximenes. Anximander yang menurut saya lebih menarik daripada Thales, yang mengatakan bahwa zat utama bukanlah air, atau elemen lain yang diketahui. Bahwa jika salah satu dari elemen-elemen tersebut adalah primal (utama), maka ia akan membunuh yang lain. 

Ia mengatakan bahwa unsur-unsur yang membentuk bumi adalah bertentangan; udara dingin, air lembab, dan api panas. Maka dari itu substansi utama harus dihilangkan, dan harus netral dalam perselisihan kosmik tersebut. Ia menganggap bahwa bumi terbentuk melalui gerakan abadi yang dalam perjalanannya akan berevolusi.

Anaximander adalah seorang yang penuh dengan keingintahun ilmiah. Dikatakan bahwa ia adalah seorang pertama yang membuat peta, dan mengatakan bahwa bumi berbentuk silinder, matahari sama besarnya dengan bumi, atau dua puluh tujuh kali lebih besar.

Berbeda dengan penerusnya, Anaximenes, yang berpendapat bahwa bumi berbentuk meja bundar, dan udara adalah yang memenuhinya. Jadi esensi dari dunia adalah udara menurutnya. Jiwa adalah udara, api adalah udara, dan jika udara dipadatkan, bentuk pertama perubahannya adalah air. Teori ini masih dipakai pada perkembangan sains selanjutnya, yang kita kenal sebagai, penguapan, sublimasi, dan lain sebagainya(Betrand Russel, 1945).

Pada perkembangan selanjutnya, Pythagoras yang sangat terkenal dengan teori perhitungannya pada ilmu Matematika yang masih digunakan sampai sekarang. Lelaki ini mengatakan bahwa segala yang ada di dunia adalah kekosongan, hanya ada angka-angka. Bahkan, Matematika dipandang berbeda dengan masa sekarang, mereka (Phytagorean) menganggap bahwa angka adalah sesuatu yang amat sakral, kredo mereka adalah Number rule the universe. Kredo menempatkan angka sebagai suatu wujud yang super inferior dan adikuasa(Kurniawan, 2015). Ia lahir di Samos dan berkembang sekitar tahun 532 SM.

Pythagoras memiliki sejumlah murid di Croton yang sempat berpengaruh di kota itu, meskipun pada akhirnya warga malah berbalik menentangnya. Ia digambarkan sebagai kekuatan magis, namun ia juga merupakan pendiri sekolah matematikawan. Ia adalah salah satu pria yang menarik, sebab dalam dirinya terdapat rasionalitas dan dogmatisme yang lekat. Ia sempat mendirikan sebuah agama yang melarang memakan buah kacang. Barangkali kacang adalah babi bagi masyarakat muslim.

Dalam masyarakat yang dibangunnya, laki-laki dan perempuan diterima dengan kesetaraan, properti dimiliki bersama, bahkan penemuan ilmiah dan matematika dianggap sebagai penemuan kolektif(Betrand Russel, 1945).

Setelah Pythagoras, perkembangan Yunani kuno melahirkan berbagai filsuf yang beragam corak pemikirannya. Ada seorang mistikus dengan aliran yang sedikit aneh macam Heraclitus. Sikapnya terhadap agama-agama waktu itu adalah permusuhan—namun di sini bukan permusuhan macam perebutan jabatan ketua, tapi identik dengan permusuhan seorang rasionalis ilmiah, dan ia membuat agamanya sendiri. 

Cara berdakwahnya dengan mengambil tafsir teologi agama-agama disekitarnya agar dapat disesuaikan dengan doktrinnya, dan pada kesempatan lain agama-agama itu ia cemooh dengan begitu kasar. Doktrin bahwa segala sesuatu dalam keadaan yang selalu berubah merupakan doktrin terkenal miliknya.

Perkembangan dilanjut dengan berbagai teori tentang alam dan ketuhanan (theology). Filsus-filsuf tersebut adalah Parmenides yang sangat kuat imannya akan dzat “yang Esa”, lalu Empedocles yang kurang lebih dapat kita lihat cerminanya pada cerita Phytagoras, boleh kita analogikan sebagai campuran ilmuwan, filsuf, serta nabi—saking ketatnya gagasan mereka akan teologi.

Hingga kemudian sejarah membawa kita dalam kemenangan Athena melawan bangsa Persia yang berniat menginvasi wilayah mereka. Kemenangan itu dibawa oleh Pericles yang bijaksana berkat aliansi mereka dengan Spartan(Betrand Russel, 1945). Sejak saat ini—kemajuan Athena yang sebelumnya dikucilkan oleh negara bagian lain di Yunani karena tak ada satupun intelek dari negara mereka sebab mereka melahirkan tiga filsuf besar yang kita kenal sebagai Trio Athena. Sebelum Trio Athena ada, lahir kaum sofis yang hingga sekarang memiliki kesan buruk berkat tulisan satire milik Plato.

Pembawa filsafat di Athena adalah Anaxagoras. Sempat ia mengajarkan kepada penduduk Athena bahwa matahari merupakan bola batu yang panas, dan gagasan itu ditolak oleh mereka yang—seperti penduduk di benua lain tidak mudah menerima gagasan baru yang dianggapnya sesat. Dengan terpaksa Anaxagoras meninggalkan Athena daripada harus dihukum oleh pemerintahan setempat.

Sistem-sistem besar Pra-Socrates pada akhirnya dipertemukan dengan gerakan-gerakan skeptis, di mana tokoh yang terpenting di sini adalah Protagoras, bapaknya kaum sofis. Kaum ini adalah sekumpulan pria yang mencari nafkah melalui petuah-petuahnya yang akan digantikan dengan sejumlah uang yang diterimanya(Betrand Russel, 1945). Fenomena kaum ini timbul akibat pergolakan politik di Athena, yang meskipun menganut sistem demokratis, namun, dalam kenyataannya kesenjangan kelas tetap saja kentara. 

Orang miskin di Athena bebas melakukan kehidupan selayaknya bangsawan, namun, mereka merasa iri dan memunculkan rasa permusuhan dengan para bangsawan. Orang kaya sering kali dianggap—dengan rasional, melanggar etika, tradisionalitas setempat, dan moral. Dengan demikian, demokrasi politik di asosiasikan dengan paham konservatisme budaya, sedangkan di kubu lain cenderung menjadi reaksioner politik(Betrand Russel, 1945).

Para kaum sofis sering mendapat peran di pengadilan. Kenapa? Di Athena para hakim diangkat melalui undian, dan menjabat pada waktu yang singkat. Para kaum sofis sering dimintai nasihat tentang solusi dan keputusan yang harus diambil oleh para hakim dalam menangani kasus perkara. Penggugat dan tergugat akan hadir secara langsung tanpa adanya kuasa hukum. Secara alami, keberhasilan dan kegagalan akan bergantung pada keterampilan oratoris dalam menarik prasangka populer. Meskipun setiap orang bebas dalam menyampaikan pendapatnya, namun mereka dapat membayar seseorang untuk mewakilinya, di sinilah kaum sofis mendapat andil(Betrand Russel, 1945). 

Kelakun kaum sofis dianggap bukan sebuah aktifitas intelektual. Namun, tidak dapat dipungkiri, keahlian mereka dalam menemukan jawaban yang logis dan tidak bersifat teologis (keagamaan) dari persoalan masyarakat pada waktu itu. Jadi dapat dikatakan bahwa kaum sofis adalah termasuk dari salah satu perkembangan intelektual peradaban Yunani.

Meskpiun seperti itu, perkembangan filsafat justru akan lebih banyak membawa gagasan-gagasan teologis dan dogmatik daripada teori-teori mereka tentang kosmologi. Ini terjadi hingga abad pertengahan, di mana filsafat digunakan sebagai pisau analisa akan doktrin-doktrin ketuhanan Katolik. Hingga gagasan-gagasan mengenai alam akan kembali muncul dalam pandangan ilmuwan-ilmuwan sains pada zaman modern.

Literatur-literatur mengenai Filsafat Pra-Socrates adalah bukti bahwa periode ini membuka pintu gerbang ilmu pengetahuan yang lebih luas yang dapat kita rasakan pada masa kontemporer sekarang. Bukan sebagai pengetahuan yang telah membusuk, melainkan membuka cakrawala sejarah lahirnya gagasan-gagasan rasional yang sekaligus melawan dogmatisme tradisional.


Rujukan:
Betrand Russel (1945) ‘Sejarah Filsafat Barat’, (Mi), pp. 1–787.

Frizt, K. Von (2023) ‘Filsafat Pra-Socrates’. Available at: https://www.britannica.com/topic/pre-Socratic-philosophy.

Kurniawan, W. (2015) ‘Religiositas Matematika dalam Sekte Pythagorean’, Religió: Jurnal Studi Agama-agama, 5(1). Available at: https://doi.org/10.15642/religio.v5i1.593.

Oleh:
Hafid Aqil - ROLian






Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak