BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Sepenggal Kisah Perjuangan KH. Askandar, Pendiri Pondok Pesantren Mambaul Ulum Muncar, Banyuwangi

 

Kisah Perjuangan KH Askandar, Pendiri Pondok Pesantren Mambaul Ulum

Pena Laut - Tanggal kelahiran KH. Askandar tidak diketahui secara pasti, dikarenakan tradisi masyarakat terdahulu mengingat tanggal dan bulan kelahiran bukan suatu hal yang penting.

Namun, berdasarkan informasi yang beredar pada tahun 1967 KH. Askandar wafat saat usianya 66 tahun, sehingga dapat diperkirakan beliau lahir pada tahun 190.

KH. Askandar merupakan pendatang dari Dusun Sragi, Desa Sumber Dukuh, Kecamatan Gampengrejo, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur.

Sejak usia dini beliau sudah dididik dengan pendidikan keagamaan dengan penuh disiplin dan pada umur 7 tahun, Kyai Askandar muda telah mengkhatamkan Al-Qur’an di bawah asuhan langsung kedua orang tuanya.

Pondok Pesantren Mambaul Ulum

Pondok Pesantren Manbaul Ulum merupakan peninggalan Kyai Askandar, yang terkenal dengan julukan Pondok Mberasan. Saat ini pesantren tersebut terletak di Dusun Krajan, Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar, Banyuwangi.

Pesantren tersebut berdiri sekitar tahun 1930-an yang diawali dengan pendirian sebuah langgar (Angkring) untuk kebutuhan dakwah syariat islam kepada masyarakat sekitar, dan berkembang sampai menjadi pesantren seperti sekarang.

Pemberian Nama Mambaul Ulum

Pada awal pesantren berdiri masyarakat setempat memberi nama Pesantren Berasan karena pada waktu itu berada di kawasan Dusun Berasan.

Namun seiring waktu berjalan nama pesantren menjadi hal yang dipandang penting terlebih setelah di pesantren tersebut berdiri sebuah lembaga pendidikan.

Mengingat pesantren adalah tempat menimba ilmu dan disesuaikan dengan kapasitasnya sebagai penyebar ilmu khususnya ilmu agama maka nama Manbaul Ulum dipilih sebagai nama dari Pesantren Berasan dan dikenal sejak sekitar tahun 1950-an.

Riyadhoh KH. Askandar

Sebagaimana layaknya para Kyai pada umumnya KH. Askandar bisa melakukan riyadhoh dan memiliki aurat wirid-wirid tertentu

Banyak bentuk riyadhoh yang diamalkan oleh Kyai Askandar namun dari sekian banyak riyadhoh yang beliau amalkan ada 3 amalan yang terkenal yaitu: 

  1. Puasa bisu selama 5 tahun
  2. Istiqomah sholat Dhuha
  3. Shalat malam  tahajud
  4. Aurat doa dan aurat kitab.
  5. Karomah KH. Askandar

Kyai Askandar juga terkenal memiliki karomah, karena banyak kejadian aneh di luar akal pikiran manusia biasa, seperti diantaranya: 

  1. Tidak mempan ditembak oleh 5 orang algojo Belanda
  2. Memberi semangat luar biasa kepada ribuan Laskar Jihad ketika hendak terjun ke medan tempur.
  3. Hujan turun setiap kali melakukan shalat istisqa 
  4. Menanam bawang merah dengan hasil luar biasa
  5. Aman dari amukan angin kencang 
  6. Adat kesenian kuntulan 
  7. Tidak setiap orang berani menatap wajahnya dan masih banyak lagi.

KH. Askandar Wafat dan Wasiatnya

Pada hari Kamis 23 Rajab 1967 Kyai Askandar saat menghadiri undangan pengajian di Desa Blangkon, di tengah ceramahnya Beliau mengalami gangguan fisik yang serius dan mendadak jatuh pingsan.

Setelah siuman dari pingsannya Kyai Askandar diantarkan pulang ke berasan menaiki sebuah Andong.

Pada hari berikutnya setelah Sholat Jumat anak dan istrinya berkumpul, lalu beliau bercerita bahwa beliau merasa malamnya mewudhukan mayat yang menandakan bahwa ajal beliau akan segera tiba.

Hal ini diungkapkan seraya menyatakan bahwa dalam usianya yang ke-66 dan beliau harus menghadap keharibaan Allah Swt. Ternyata keesokan harinya terbuktilah kebenaran ungkapan Kyai pada hari Sabtu 26 Rajab 1967 beliau wafat dengan tenang.

Wasiat KH. Askandar

Tidak sedikit kata-kata wasiat yang sering beliau tekanan dan sampaikan kepada para santrinya dan masyhur dikalangan masyarakat, diantaranya berbunyi:

1. Zaman akhir ikut zaman jadi sundoroyong okeh pangguron kudung Islam nanging sejatine ngerusak islam (Zaman akhir adalah zaman duyung bergetok jati banyak sekali perguruan yang berkedok islam tetapi isi ajarannya justru merusak Islam.

Jika kita amati ternyata tepat sekali apa yang diwasiatkan oleh almarhum Kyai Askandar. Sekarang ini banyak sekali jamaah jamaah yang berkedok islam tetapi isinya menyesatkan sampai-sampai kita merasa kesulitan untuk menilai kelompok mana yang benar-benar Islam.

Itulah wasiat Kyai Haji Askandar agar kita sekalian senantiasa bersikap Waspada tidak mudah tergiur oleh gemerlapnya label Islam yang itu hanya kedok belaka

2. Mbok iso mlaku sak duwure banyu kok isih demen duit, iku mesti duduk wali (Kalaupun benar-benar pandai berjalan di atas air, jika orientasinya uang semata pastilah ia bukan seorang wali)

kita diwasiatkan agar memahami benar ajaran Islam termasuk termasuk metafisikanya paling tidak harus mengikuti jejak para ulama yang benar-benar mengamalkan ilmunya tidak mudah tergiur oleh kehebatan-kehebatan yang sengaja dipamerkan orang untuk mencari keuntungan duniawi Semata

3. Ojo sok demen  ngutang, ojo-ojo biso putune sing ditagih (Jangan gemar hutang sebab bisa jadi nanti anak cucunya yang ditagih) karena diri kita tak mampu melunasi.

Islam mengajarkan konsep hidup sederhana hidup apa adanya sesuai dengan kemampuannya masing-masing jangan sampai besar pasak daripada tiang besar pengeluaran daripada pendapatan, lebih baik makan seadanya tetapi hasil keringat sendiri daripada makan serba lezat tetapi harus hutang ke sana kemarin.

4. Wong lanang  kudu welas karo wong wadon sebab dheweke mung digawe soko balung igane wong lanang (Jadi dalam kehidupan berumah tangga, KH. Askandar berpesan untuk kaum lelaki atau suami wajib melindungi dan menyayangi kaum perempuan sebab perempuan hanyalah terbuat dari tulang rusuk kaum laki- laki.

Demikian sedikit biografi dan perjuangan seorang KH. Askandar, semoga cita-cita dan semangat perjuangan beliau dalam menegakkan ajaran islam Ahlul Ahlussunnah Wal Jamaah bisa kita ikuti.

Apalagi kita sebagai kader PMII, yang berpegang kepada ahlussunnah waljamaah, dan semoga kita mendapat barokahnya Kyai Askandar, amin amin ya robbal alamin.

Al fatihah buat guru guru kita له الفاتحه.

Baca Juga: Manfaat Berorganisasi Bagi Mahaiswa

Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak