BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Aku, Waktu, dan Matcha

Aku, waktu, dan matcha

Pena Laut - Ini tentang aku, waktu, dan matcha.

Mungkin, hanya aku yang tidak heboh saat mactha mulai diperbincangkan di sekitar ruangku.

Entah matcha yang tidak menarik, atau aku yang tidak mencari tahu.

Ya, pernah sekali teman karibku menawariku segelas matcha miliknya, rasanya begitu aneh, ku hirup aromanya juga tidak ada yang menarik.

Aku bertanya " apa istimewanya matcha?". dia menjawab "matcha tenang, nad. lain waktu kamu akan suka, percaya padaku". Aku bergidik ngeri membayangkan aku akan menyukai hal seaneh matcha.

Duniaku warna-warni pikirku, aku tidak akan meminum minuman kelabu seperti matcha.

Lalu, waktu membuat semestaku bersinggungan dengan semesta laki-laki yang usianya 4 tahun lebih tua dibanding usiaku.

Kami berkenalan, membicarakan banyak hal, menikmati waktu yang kian lama menurutku membawa kami lebih dekat.

Menurutku, ya, karena aku tidak pernah tahu apa yang ada pada laki-laki itu. dia buram, tapi dengan dia aku merasa duniaku lebih warna-warni dari sebelumnya, cerah duniaku cerah.

Setelahnya aku sadar, aku telah jatuh. I fell harder for him. deeply, more and more.

Aku senang merasakan semua itu. aku senang dengan kalimat-kalimatnya yang seakan mantra penyembuh, aku senang dengan perlakuannya yang seelok raja ternama memperlakukan ratunya.

Aku jatuh, lebih dalam. mungkin, ini jatuh yang paling dalam.

hingga aku lupa, waktu tidak hanya mendekatkan, tapi juga menjauhkan bahkan menghilangkan.

aku selalu bahagia jika tentang laki-laki itu, bahkan hatiku tidak pernah berubah meski aku harus menunggu berhari-hari demi mendapat notifikasi balasan pesan dari dia.

hal ini berlanjut, untuk waktu yang cukup lama dengan aku yang selalu senang melakukannya.

Setelahnya aku berpikir, sebenarnya apa yang aku tunggu? validasi perasaan kah? atau aku hanya melakukan kalimat terakhirnya yang menyuruhku untuk menunggu? lalu, mengapa aku menunggu saat dia semaunya melintas dan menyapa semesta lain? mengapa?

Ada banyak mengapa yang terus berputar-putar di kepala dan hatiku.

Warna-warni itu hilang, duniaku kelabu, buram, aku kewalahan menerimanya.

Berisik, kepala dan hatiku mendadak berisik, tapi aku merasa sendiri.

Aku butuh tenang. aku teringat dengan matcha dan pendapat teman karibku tentangnya.

Entah keberanian milik siapa yang aku terima, dengan mantap aku melangkahkan kakiku ke dalam cafe dengan nuansa woody ini dan memesan segelas "Hot Matcha".

10 menit setelahnya, segelas liquid berwarna hijau kelabu disuguhkan di hadapanku. aku mengamatinya lamat-lamat, menghidu aromanya kuat, aku terkejut, berisik di kepala dan hatiku lenyap. kembali ku hirup aromanya, lenyap semuanya lenyap, tapi aku tak merasa sendiri.

Dua detik setelahnya, aku mengangkat gelas itu dari meja, meminumnya dengan perlahan. kini aku tahu tenang yang dimaksud teman karibku.

aku, waktu, dan matcha.

Bekerja sama, memberi tenang dan sembuh untuk duniaku yang kalap setelah laki-laki itu pergi.

Aku, waktu, dan matcha.

Untuk duniaku yang warna-warni dan kelabu.

Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak