Pena Laut - Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi ekstra Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy sangat antusias mengikuti Diskusi Akbar yang diselenggarakan oleh Pengurus Komisariat (PK).
Diskusi yang dilaksanakan pada Senin (16/01/2023) bertempat di Auditorium KHR. As’ad Syamsul Arifin berlangsung dengan aktif.
Materi yang dijadikan bahan diskusi kali ini adalah PMII dan Post-Tradisionalisme Islam.
Sahabat M. Hasan Basri, selaku pemantik, memberikan penjelasan singkat mengenai definisi Post-Tradisionalisme Islam bahwa pemikiran ini berimplikasi kepada kritis terhadap tradisi cendekiawan pada era klasik.
"Post-Tradisionalisme Islam ini mengacu pada bagaimana kita dapat menafsirkan ulang mengenai tradisi yang selama ini hidup di tengah masyarakat kita, sehingga tradisi-tradisi, termasuk pemikiran klasik cendekiawan pada waktu itu, dapat kita terapkan sesuai dengan konteks saat ini," jelas Ketua Rayon Syariah ke-X tersebut.
Ia menambahkan, karena mahasiswa pergerakan identik dengan istilah kritisisme, maka sudah tepat pengantar mengenai "postra" ini untuk terus dikaji, terutama di tingkat rayon.
"Jangan sampai selesai di forum ini, karena kajian postra harus terus digaungkan sehingga menjadi ciri khas PMII untuk menyelesaikan problematika yang ada," lmbunya
Ketua Komisariat PMII IAI Ibrahimy, Sahabat Dendy Wahyu, menyampaikan diskusi tersebut berfokus pada tradisi yang ada di kalangan warga pergerakan Banyuwangi pada umumnya, dan Ibrahimy pada khususnya.
Ia menganggap, bahwa kita masih melestarikan tradisi yang belum diverifikasi, sehingga hal tersebut berimplikasi kepada proses pengkaderan.
"Postra ini penting kita dalami, karena kita seringkali menganggap bahwa konstruksi pemikiran alumni kita dulu, membentuk suatu otoritas yang tidak bisa kita gugat bersama. Padahal, kita tahu, bahwa sosio-historis kita dengan para alumni sudah berbeda," terang Dendy
Sahabat Dendy berharap, diskusi semacam ini terus mewarnai pola kehidupan kampus yang berbasis ilmiah. Melihat bahwa kajian yang mengasah intelektualitas mahasiswa, mengalami degradasi.
"Semoga, dengan adanya kajian semacam ini, membuat kita sadar, bahwa konsistensi dan kontinuitas kajian perlu digalakkan," tandasnya. (Dwa/Zak)
Posting Komentar