BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Etika Guru dan Murid

Etika guru dan murid

Pena Laut - Seorang tokoh pahlawan nasional yang mendapatkan gelar Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantara, pada zaman dulu mendirikan Taman Siswa.

Dia merumuskan semboyannya "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani".

Artinya di depan memberi teladan/contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan.

Semboyan tersebut bahkan menjadi motto dari kementerian pendidikan dan kebudayaan kita.

Sebagai warga Indonesia yang berpendidikan kita dituntut untuk mengamalkan semboyan tersebut.

Misalkan dengan menjadi menjadi seorang guru, karena menjadi guru merupakan sebuah pengabdian yang luar biasa.

Melalui perantara seorang guru, orang lain bisa menjadi agung, berbudi pekerti serta berakhlak luhur.

Jika diamati, fokus seseorang untuk menjadi guru dulu bukan lagi terletak pada gaji. Kalau pada dari gaji, guru pada masa lalu malah lebih cocok bertani atau berkebun dan jadi nelayan.

Apalagi saat itu, lahan pertanian masih luas dan laut pun masih jernih tanpa tercampur limbah.

Akan tetapi, karena guru dipandang bukan sebagai lahan pekerjaan, gaji tak lagi menjadi fokus utama.

Rasa-rasanya, inilah yang mengundang tabik sehingga masyarakat dulunya sangat hormat pada beliau (guru).

Cerita-cerita orang tua kita dulu semakin meneguhkan itu, dimana masyarakat dinarasikan banyak yang memberikan sumbangan sembako terhadap beliau.

Bahkan, saya masih merasakan bagaimana dulu kami memberi hormat dan salam pada guru ketika berpapasan di jalan.

Kami akan bersalaman sekaligus songkem (Madura).

Yang penting, asal seseorang itu adalah guru, kami pasti berdiri dengan sikap ta'dzim atau memberi salam.

Sikap ini mentradisi karena orang tua kami mengajarkan bahwa guru harus dihormati.

Terbalik dengan zaman sekarang, kini tradisi itu sudah menjadi kenangan.

Saya tak pernah lagi melihat pemandangan itu. Justru, faktanya kini guru ada dalam kepungan dan keroyokan masyarakat lebih-lebih siswa.

Bahkan saya berpendapat, guru tak lagi sekadar digugu dan ditiru, tetapi juga sudah diburu.

Oleh : A Qoribulloh

Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak