BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Di Balik Euforia Pengusulan Mahbub Djunaidi Sebagai Pahlawan Nasional

Mahbub Djunaidi

Pena Laut - Beberapa hari lalu, kita mendapatkan Booklet tentang Mahbub Djunaidi dalam bentuk soft file.

Disana, Mandataris Ketua Umum PKC PMII Jawa Timur menuliskan biografi singkat Mahbub Djunaidi yang mungkin didapatkan melalui platform maupun referensi mengenai Sang Pendekar pena tersebut.

Ia juga menyebutkan beberapa kiprah Mahbub Djunaidi sebagai politikus, penulis, penerjemah hingga organisatoris yang hebat. 

Tidak hanya itu, ia juga memberikan wacana bahwa Mahbub Djunaidi sebagai Ketua Umum PMII pertama itu, akan diusung menjadi pahlawan nasional.

Hal ini patut didukung dan diapresiasi.

Tetapi ada hal yang perlu digaris bawahi, dalam buklet tersebut hampir tidak ada tulisan secara detail alasan Mahbub Djunaidi “harus” menjadi pahlawan nasional.

Ketua Umum PKC PMII Jawa Timur juga masih belum menyampaikan bagaimana sudut pandang sosok Mahbub Djunaidi dari segala sisi, sehingga buklet tersebut dirasa menjadi kurang sempurna.

Sebenarnya permasalahan di atas bukanlah menjadi fokus pembahasan, melainkan tulisan ini berusaha membeberkan beberapa poin yang “luput” dibalik pengusulan Mahbub Djunaidi sebagai pahlawan nasional di tengah pengkaderan organisasi PMII. 

1. Masih sedikit kader PMII yang membaca maupun mengkaji karya - karya dari Mahbub Djunaidi

Seharusnya hal ini harus diperhatikan, karena, banyak kader maupun anggota yang belum “kenal”, siapa sesungguhnya Mahbub Djunaidi.

Baik tentang pokok – pokok pemikiran maupun gagasan dari Sang Pendekar Pena hampir tidak pernah terdengar dalam forum diskusi para kader PMII di manapun.

2. Menjadikan Mahbub Djunaidi sebagai uswah

Dalam berbagai platform maupun biografi beliau, kita akan melihat bagaimana Mahbub Djunaidi berani mengkritisi kebijakan dan mengomentari problematika sosial, politik, agama hingga budaya kala itu.

Lewat tulisan – tulisan yang tajam, beliau mampu menyadarkan masyarakat akan ketidakadilan dan ketertindasan.

Hingga, beliau pernah di penjara tanpa melalui proses hukum yang jelas. 

Dengan menulis, beliau mampu memporak-porandakan penguasa kala itu.

Seyogyanya, kader PMII harus mengikuti kiprah beliau, terutama dalam menulis.

Karena dengan menulis, kader akan terlatih dalam menuangkan gagasan-gagasannya lewat tulisan, lebih – lebih dapat “menggoyahkan” kekuasaan.

3. Intelektualitas yang terus ditingkatkan

Mahbub Djunaidi adalah sosok yang, bisa dibilang, kosmopolitan. Bukti sejarah beliau beberapa kali menerjemahkan karya asing seperti karya George Orwell, Michael H Hart dll.

Hal ini menunjukkan, bahwa Mahbub adalah sosok yang mempunyai kapasitas intelektual yang tinggi.

Para kader PMII juga harus meneladani beliau dari sisi intelektualitas, yang sudah tertera dalam visi PMII secara gamblang.

Hukumnya fardhu ‘ain bagi kader PMII untuk terus meningkatkan kapasitas intelektual-nya, bukan hanya berorientasi politis yang pragmatis pula!

Di tengah “euforia” pengusulan Mahbub Djunaidi sebagai pahlawan nasional, para kader PMII jangan sampai melupakan Mahbub sebagai sosok yang patut diteladani.

Bagaimana mungkin PKC PMII Jawa Timur sedang berusaha mengusulkan gagasan tersebut pada Musyawarah Pimpinan Nasional (Muspimnas) 2022, sedangkan di akar rumput masih “plonga-plongo” jika ditanya siapa Mahbub Djunaidi. 

Saya kira, Bung Mahbub akan lebih bahagia—juga para pendiri PMII—jika para kader PMII mengikuti jejak para pendiri, menjalankan visi-misi organisasi dan terus berkhidmat dalam organisasi tanpa mengharapkan imbalan apapun. 

Menghidupkan Mahbub Djunaidi bukan hanya soal “pengusulan pahlawan nasional” belaka, melainkan terus memperjuangkan keadilan dan menyadarkan masyarakat akan belenggu ketertindasan. 

Semoga tulisan yang sangat singkat ini dapat menjadi renungan para kader, sehingga pengusulan pahlawan nasional tidak hanya menjadi momentum yang terkesan “euforia” sesaat. 

Oleh : Dendy Wahyu Anugrah

Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak