Puisi Oleh: Iecha Azzahra
Bulan ini , Bulan dimana mana hujan selalu Turun tiada Henti , begitu pula dengan Tangisanku yang Tiada henti.
Butiran mutiara membasahi pipi, tetapi aku berusaha tegar.
Seolah aku merasakan kebahagiaan yang kau rasa, Namun batinku menyimpan seribu lara.
Mengingat kelam kenangan, aku tenggelam dalam Bayangan...
Luka lama yang sengaja ku tutup, kini kembali terbuka
Luka yang menyumbat dada, rasa gundah yang menggoreskan luka.
Dalam doa di sepertiga malam, kau hadir memasuki detak jantungku.
Senyumanmu bagaikan madu yang sangat manis, wajahmu bak Pangeran, dirimu sangat gagah menunggangi kuda, tapi itu Hanyalah mimpiku.
Diriku bagai Sang Penyair yang memiliki seribu khayalan di negeri dongeng
Entah rasa apa yang kurasakan ketika dirimu mendekat, Hembusan nafasmu begitu hangat namun itu hanyalah mimpi,
Aku takut terluka kembali karena menginginkanmu,
Aku takut dimana merasa sayang lalu ditinggalkan.
Aku kembali terluka karena kau menghilang tanpa jejak.
Hanya jejak duka yang kau tinggalkan dan merusak sebuah luka yang ku pendam menjadi nyata.
Aku terluka, usang di matamu hingga kau meninggalkanku.
Aku adalah orang asing bagimu. Aku tenggelam dalam bayanganmu
Sungguh dunia ini keji bagiku.
Aku sang Penyair yang jatuh cinta dalam fantasiku.
Kamu bagaikan fantasiku, tapi aku seolah tiada bagimu.
Hanya luka dan luka yang kau goreskan seperti belati yang menyayat dalam sanubari
Dalam relung jiwa rasanya aku ingin berteriak, Aku gila karenamu.
Aku tak ada harga karepmu, seolah hanya jadi bahan tertawaanmu.
Kamu adalah kebodohan terbesarku.
Aku yang pernah jatuh Cinta kepada Penjahat ulung sepertimu.
Lara sang penyair adalah lara terbesar
Aku tahu kau akan tertawa atas kebodohan ini
Kau seperti mengajukan perang denganku Sang Penyair.
1 komentar