BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Diskursus Pemimpin dalam Berorganisasi

 

Pemimpin

Pena Laut - Diskursus (discource) dalam Collins Concisen (English Dictionary, 1988) dimaknai sebagai komunikasi verbal; pembicaraan; percakapan; perlakuan formal terhadap suatu subjek di dalam tulisan atau ucapan; kemampuan untuk menalar. 

Situasi hari ini sedang maraknya perebutan didalam kursi jabatan. Banyak hal yang mereka siapkan, mulai dari mental, argumen, visi dan misi, dan lain sebagainya.

Tidak hanya itu, bahkan mereka sudah memulai permainannya dalam berbagai macam cara; ada yang memaksa untuk memilih, ada juga yang disuruh untuk memilih dan nanti akan di janjikan sebuah kehayalan dan lainnya. 

Kita kembali lagi di pengertian awal bahwa diskursus pemimpin dalam memimpin organisasi sangatlah dibutuhkan.

Kenapa? Karena dengan hal tersebut kita tahu bagaimana cara kita mengatasi masalah yang ada didalam organisasi dan kita juga tahu sikap dan perilaku apa yang kita lakukan untuk menjaga organisasi tetap damai. 

Kita harus menseleksi bagaimana seorang pemimpin itu berprinsip dan seperti apa ciri – ciri pemimpin yang mendasarkan tindakannya pada prinsip-prinsip mereka?

Menurut Dr. H. Eep Saeful Rojab Fansuri dan dkk, 2020 : 3-5. Ada beberapa ciri-ciri dari pemimpin yang mendasarkan tindakannya pada prinsip-prinsip antara lain:

1. Pemimpin yang berprinsip, mengaggap hidupnya sebagai proses belajar yang tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka.

Di saat yang sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga membesar. Mereka belajar terus dari pengalaman.

Mereka tidak segan mengikuti pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya ingin tahu, meningkatkan ketrampilan dan minat baru.

2. Pemimpin yang berprinsip, melihat kehidupan saat ini sebagai misi, bukan karier.

Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong dan melayani orang lian.

Inti kepemimpinan tang berprinsip adalah kesediaan untuk memikul beban orang lain.

Pemimpin yang tak mau memikul beban orang lain akan menemukan kegagalan.

Tak cukup hanya memiliki kemampuan intelektual, pemimpin harus mau menerima tanggung jawab moral, pelayanan dan sumbangsih.

3. Secara fisik pemimpin yang berprinsip, memiliki air muka yang menyenangkan dan bahagia.

Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh harapan dan mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan mempengaruhi orang-orang disekitarnya.

Dengan energi ini mereka selalu tampil sebagai juru damai, penengah, untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi positif.

4. Pemimpin yang berprinsip, mempercayai orang lain. 

Mereka yakin orang lain mempunyai potensi yang tak tampak.

Namun dengan bereaksi secara berlebihan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi.

Mereka tidak merasa hebat saat menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.

5. Pemimpin yang berprinsip, bukan ekstrimis.

Mereka tidak menerima atau menolak sama sekali. Mereka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakannya.

Ini membuat mere seimbang. Tidak berlebihan, mampu menguasai diri dan bijak.

Sebagai gambaran, mereka tidak gila kerja, tidak fanatik, tidak menjadi budak rencana-rencana.

Dengan demikian mereka jujur pada diri sendiri, mau mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang sejalan berdampingan dengan kegagalan.

6. Pemimpin yang berprinsip, menikmati hidup.

Mereka melihat hidup ini sebagai sesuatu yang baru.

Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka datang dari dalam diri bukan luar.

Mereka menjadi penuh kehendak, inisiatif, kreatif, berani, dinamis dan cerdik. 

Karena berpegang pada prinsip, mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir semua hal.

Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.

7. Pemimpin yang berprinsip itu sinergik. Mereka adalah katalis perubahan.

Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik.

Karena itu mereka selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif.

Dalam bekerja mereka menawarkan pemecahan sinergik, pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-masing pihak hanya memberi dan menerima sedikit.

Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak