BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

September Hitam : Pelanggaran HAM Berat Masih Belum Tuntas

September hitam

Pena Laut - Urgensi mengingat dan mengkaji pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat, september adalah bulan, menurut sejarah, yang seringkali terjadi tragedi pelanggaran HAM seperti, G30S hingga brutalitas aparat dalam aksi Reformasi Dikorupsi pada 2019 lalu.

Lantaran hal tersebut, PK PMII IAI Ibrahimy mengadakan diskusi "September Hitam" pada Sabtu, (24/09/2022).

Diskusi yang bertemakan "Menolak Lupa : Dinamika Perlindungan HAM Masa Lalu dan Masa kini" yang bertempat di Kantor Desa Genteng Wetan tersebut dihadiri oleh beberapa anggota, kader dan mahasiswa baru.

Sahabat Tedjo Rifa'i, Ketua LPBH NU Banyuwangi, selaku pemateri menjelaskan, mengapa bulan september dijuluki september hitam. 

"September hitam dipakai karena adanya dugaan pelanggaran HAM berat di Indonesia, dan sampai sekarang persoalan mengenai hal ini belum diselesaikan secara tuntas," ujar Ketua LPBH NU Banyuwangi, Sahabat Tedjo. 

Bagaimanapun, negara juga mengalami kemajuan dalam persoalan hak asasi, seperti adanya UU TPKS. 

"Adanya UU TPKS merupakan salah satu indikasi bahwa negara kita mengalami kemajuan perihal perangkat untuk menunjang perihal hak asasi," sambung Tedjo, Advokat Cicero. 

Sahabati Melly, pemateri kedua, lebih menekankan pada tokoh perempuan yang memperjuangkan hak asasi manusia. 

"Banyak tokoh perempuan yang memperjuangkan hak asasi manusia, seperti Dewi Sartika. Kebanyakan orang melihat beliau sebagai tokoh pendidikan. Padahal, beliau adalah Advokat perempuan pertama," jelas Ketua PSGA IAI Ibrahimy. 

Diskusi berlangsung sangat menarik, karena banyak yang melontarkan pertanyaan kepada kedua pemateri. 

Harapannya, dengan diskusi yang menjurus kepada pelanggaran HAM berat, maka para aktivis pergerakan dapat mempelajari dan menganalisis sejarah yang merenggut banyak nyawa itu. 

"Diskusi ini harus terus dilaksanakan setiap bulan september. Melihat kasus yang hampir terlupakan karena derasnya informasi hari ini, kita sebagai aktivis pergerakan harus menjaga dan terus mengingatkan kepada masyarakat, khususnya pemuda, bahwa dulu pernah ada sejarah yang belum tuntas sampai sekarang," Dendy Wahyu. (Dwa)

Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak