Pena Laut - Mikhail Bakunin adalah salah satu pendiri filsafat anarkisme yang masyhur pada abad ke-19.
Ia lahir di kalangan bangsawan Rusia. Pemikirannya yang radikal menjadi ciri khas filsuf yang kontras terhadap pemikiran marx ini.
Ia adalah sosok dengan pemikiran, kehendak dan daya juang yang luar biasa.
Jika membaca pemikiran anarkis-nya, kita akan dibawa oleh Bakunin ke tempat dimana agamawan niscaya tidak akan berada di sana.
Fokus kajian tulisan ini adalah membahas, bagaimana Bakunin mempunyai sudut pandang terhadap pendidikan. Sebelum itu, ia adalah filsuf yang menolak otoritas; Agama dan Negara.
Seperti halnya yang termaktub dalam karyanya yang elegan “Tuhan dan Negara”, bahwa ia menolak adanya segala bentuk otoritas dan pemaksaan.
“Setiap Negara menjadi instrumen bagi segelintir orang yang berkuasa untuk memanfaatkan kekuasaannya atas mayoritas rakyat.
Setiap Agama menjadi sekutu Negara yang setia dalam menundukkan umat manusia.” (God and The State, 2017: 6)
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Memberikan pengetahuan, transfer ilmu hingga terdapat standarisasi nilai.
Namun, Bakunin mempunyai definisi yang berbeda dari pengertian pendidikan pada umumnya.
Perihal pendidikan, Bakunin menyadari bahwa sekolah masyarakat masih terpaku dalam pengajaran Gereja dan perbudakan olehnya.
Namun, apakah harus mengeliminasi seluruh pengajaran dan menghapus seluruh sekolah dari masyarakat? Tentu tidak.
“Sekolah atau lembaga pendidikan yang didirikan berdasarkan persamaan derajat dan penghormatan terhadap kebebasan manusia akan eksis bagi anak-anak dan bukan bagi orang
dewasa.” (God and The State, 2017: 88)
Lembaga pendidikan yang dimaksud oleh Bakunin adalah pendidikan yang menjunjung tinggi kebebasan dan persamaan derajat, namun peserta didiknya adalah anak-anak.
Dan, seluruh pendidikan anak-anak dan pengajaran mereka harus didasarkan pada perkembangan ilmiah, bukan berdasarkan iman atau kepercayaan.
Prinsip ini penting bagi anak-anak, karena intelegensinya belum bisa berkembang sendiri.
Akan tetapi, seiring berjalannya waktu dan kemajuan, prinsip tersebut akan hilang dengan memberikan ruang yang luas bagi kebebasan.
Tujuan pendidikan adalah membentuk manusia-manusia yang bebas serta penuh dengan penghormatan dan cinta pada kebebasan orang lain.
Uniknya, Bakunin memberikan statement bahwa pendidikan tersebut tidak mengenali guru dan siswa, keberadaannya di dapat dimanfaatkan oleh masyarakat selagi mereka membutuhkannya.
Dan, sekolah tersebut akan menjadi tempat bagi manusia saling mengajar dan belajar, sebuah tindak persaudaraan intelektual diantara anak-anak muda yang terdidik dan orang dewasa.
Sekolah adalah kehidupan, menurut Bakunin, yang menjadi satu-satunya otoritas yang alami dan rasional.
Semangat kolektif dan public masyarakat yang didasarkan pada persamaan derajat, solidaritas dan menghormati satu dengan yang lain.
Otoritas yang tidak bersifat ilahi, sepenuhnya manusiawi, tetapi di hadapannya kita akan tunduk dengan kehendak sendiri, bukan malah memperbudak manusia, justru sebaliknya.
Bakunin meyakini, bahwa pendidikan tersebut lebih kuat dibandingkan dengan otoritas teologis, metafisik, politik, dan yudisial yang ditegakkan oleh Gereja dan Negara, lebih kuat daripada hukum pidana, penjara dan para algojonya.
Referensi :
1. Tuhan dan Negara : Mikhail Bakunin
Oleh : Dendy Wahyu
Posting Komentar