BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Anak Pembawa Tas Pink, Sukses Menjadi Seorang Penulis (Kisah Nyata)

cerpen

Pena Laut - Iecha adalah seorang mahasiswa semester akhir di kampus Institut Agama Islam Ibrahimy, Genteng - Banyuwangi. Iecha mempunyai tunangan bernama Afton.

Tiga tahun bersama Afton membuat Iecha ceria, walaupun laki-laki itu terbilang cuek dengannya namun Iecha sangat mencintai laki-laki itu.

Mereka satu kelas. Waktu itu  Si Afton tak tau bahwa kondisi perekonomian keluarga Iecha lagi dalam masalah. Iecha hanya mensave sendiri masalahnya, entahlah Iecha tak mau semua tau masalahnya termasuk tunangannya.

Pada malam hari ummi iecha membuat nugget (makanan dengan bahan dasar daging) untuk dijual, dan Iecha menoleh kearah Ummi nya yang sudah setengah baya. 

“Kasihan Ummi, kalau harus keliling menawarkan nuggets sendirian,” gumamnya.

Ia berpikir dan menatap langit-langit rumahnya. Dan terlintas di benaknya “Apa Aku coba jualan di kampus ya ? siapa tahu laku keras,”  pikirnya, lalu berlari ke arah dapur.

"Mik, ini aku bawa ke kampus boleh ? besok Ummi bawain aku 10 nuggets ya ? sama 5 bakso dan 3 sosis, jangan lupa tester nya mi, bismilah aja besok aku ke ruang dosen, semoga ada yang beli.” ujarnya dengan penuh semangat membara pada Uminya. 

“Kamu serius nduk, terus pakai apa nduk untuk tempatnya?, apa pakai tas nya lek H. Syakir ya nduk, yang dari Arab itu yang berwarna Pink,” ujar Ummi Iecha

“Boleh Mi, pakai tas itu ?,” Tanya Iecha.

******

Siang hari selesai sholat seperti biasa Iecha setelah sholat dzuhur bersiap untuk pergi ke kampus, dengan motor bebek Yamaha Mio Soul berwarna Biru kucel.

Biasanya di depan itu hanya tumpukan kertas Bimbingan, namun sekarang di depan motor itu ada jualannya.

Ia sangat semangat, Bel belum masuk. Iecha masuk ke kelas, dan Afton menatap kearah Iecha dengan apa yang tunangannya itu bawa.

Afton mendekati Iecha. 

"Dek ini apa ?,” Tanya Afton 

"Oh ini jualanku Mas, mau bantu aku jualan gak ?

Oh iya ini bekal buat mas. Tadi aku sama ummi buat bekal ini,” ucap Iecha.

“Kamu ada masalah sampai jualan gini?,” tanya Afton dengan penuh curiga.

Iecha menelan salivanya “Emm gak kok Mas, adek hanya pengen Belajar dagang aja, boleh kan Mas?,” 

“Boleh Aja,” Jawab Afton 

“Tapi ingat persyaratan orang tua kita, tahun depan kita Menikah dengan sudah lulus, Oke,” ujar Afton sambil menjitak kening Icha.

“Aww sakit Mamas, Iya ingat,” 

“Bagus makmum yang Sholehah,” sambil mengelus puncak kepala Iecha. 

“Romantis amat kalian, eh Cha kamu bawa apa,” ujar salah satu teman Iecha 

“Jualanku, mau coba gak ini tester nya,” ujar Iecha

“Boleh Mbak Cha, nyobain,” tanya teman yang satu Pak Sholeh 

“Boleh kok,” ujar Iecha 

“Berapa Mbak, Nugget nya gak bau kan sampai nanti sore mau aku goreng di rumah,” kata Pak Sholeh

“Yang ayam 20, yang sapi 25 yang ikan 35 mau yang mana Pak, yang ayam kecil 15,semua tanpa campuran,” jelas Iecha

“Yang Kecil aja mbak, nugget nya,” Sholeh sambil memberikan uang kepada Iecha, Afton hanya tersenyum melihat tunangannya menjajakan jualannya. 

Dosen masuk dan pembelajaran dimulai, setelah itu bel istirahat berbunyi

“Mbak aku  beli juga nugget nya sama bakso nya ya,” ujar Cicik 

“Boleh dek ini,” ujar Iecha

“Berapa mbak ? 

“50,” jawab Iecha

“Ini mbak uangnya,” ujar Cicik 

Iecha berjalan ke ruang demi ruang.

Dan alhamdulillah Dosennya pada beli, dan dagangan Iecha laris manis. Apalagi waktu menawarkan ke salah satu dosen Pak Ainur Rofiq beliau memborong jualan Iecha, dan promosikan ke dosen-dosen fakultas lain. 

Dan Akhirnya Iecha di kenal dengan Anak Pembawa Tas Pink.


*****

Tiga Minggu  kemudian  

Iecha waktu itu lagi termangu di depan aula karena ada acara, dan satu dosen duduk di depan Acara tersebut. Dia menatap Iecha dari atas sampai bahwa dan Tas Pink itu ciri khas Iecha, 

“Mbak kamu anak pembawa tas Pink yang isinya Pentol, nugget dan telur asin juga sosis ?,”

“Iya Pak saya Iecha,” ujar Iecha

“Sini, kamu itu dicariin sama semua dosen tau, eh ini anak pembawa tas pink ketemu,” ujar dosen itu.

Para dosen pun berkerumun di meja itu. 

“Ini berapa nduk ?,” 

“Telur nya ini matang apa mentah nduk,”

Akhirnya Iecha melayani semuanya tinggi berapa nugget saja. 

Datang seorang presiden 

“Iecha kamu ini gak etis ini ada acara masa jualan di sini,” tegur dia 

“Bukan maksud adek jualan disini mbak, tapi adek di panggil sama Pak dosen,” jelas Iecha sambil merapikan dagangan nya

“Mana gak ada,”

“Saya yang suruh dia kesini,”

Riski hanya diam saja. Dan mengikuti acara dari situ Iecha mogok jualan Hingga dia menikah.


Dua tahun kemudian

 Pernikahan Icha dengan Afton tak berjalan mulus tahun 2020 setelah melahirkan anaknya walaupun anaknya meninggal Dunia, Afton menceraikan Iecha.

Dengan segala keterpurukan Iecha mencoba bangkit dan mencari kegiatan.

Pada tahun 2021 Iecha menjadi seorang guru sekaligus Pendakwah dan pada tahun 2022 Iecha mencoba untuk ikut kelas menulis dan akhirnya Ia mempunyai berapa karya Buku antologi dan 2 Novel yang akan terbit, dia juga menulis di sebuah platform online. 


BIONARASI

Nama Asliku Durrotun Annisa, S. Pd. kelahiran 11 Februari 1995 profesi sekarang adalah seorang guru Agama di  sekolah swasta di Banyuwangi serta seorang Penulis dengan Nama Pena Goresan Hati dan Iecha Azzahra.

Kalian boleh memanggilku Cha. Cha lulusan IAI Ibrahimy tahun 2019.

Mahasiswi yang ngabisin 10 semester di kampus Hijau Banyuwangi, saat ini sebagai penulis sudah mencetak buku 6 antologi bersama penulis Indonesia 

Ikhlas Itu Indah bersama penulis Literary legacion 

Kurma 

Menuju Dumai Lebih Baik bergabung dengan Sembagi Arugula 

Have You Been Grateful Today, Sembagi Arugula

Jejak Suka

Fantasi Peri, bersama Penulis Kmo Indonesia. 

Dua Novel karya sendiri yang akan terbit 

Prahara Yang Berujung di Pengadilan Agama

Akang Santri dan Cewek Literasi 

Apakah Salah Aku Menjadi Janda

Aku, Janda Dia Janda Apa Bedanya ? 

6 komentar

6 komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak
  • Iecha Azzahra
    Iecha Azzahra
    21 September 2022 pukul 20.40
    Alhamdulillah bisa kontribusi di Pena laut. Semangat!
    Reply
  • Hafid Aqil
    Hafid Aqil
    21 September 2022 pukul 11.50
    Saya pernah baca kutipan dari seorang penulis, ia mengatakan bahwa menjadi penulis harus siap lapar dan bersedih. Benarkah demikian?
    • Hafid Aqil
      Dendy Wahyu Anugrah
      21 September 2022 pukul 12.11
      Banyak pendapat, seperti Tan Malaka di dalam karyanya Madilog. Ia menuliskan ungkapan F. Engels yang kurang lebih demikian, "Makan dahulu sebelum berpikir." namun, syarat menulis, bagi Kuntowijoyo ada 3; menulis, menulis dan menulis.
    • Hafid Aqil
      Iecha Azzahra
      21 September 2022 pukul 20.32
      @Hafid Aqil
      Hay, salam kenal, tak semua seperti itu ya Hafid, bukan siap gak makan atau bersedih, namun menjadi penulis yang dia katakan lapar akan Ilmu, sedih karena tak di hargai. Bukan lapar karena makan ya. Salam kenal Aku Iecha Azzahra itu tulisanku.
    • Hafid Aqil
      Iecha Azzahra
      21 September 2022 pukul 20.39
      @Dendy , Ya menurut beliau, Menulis dan menulis. tapi tau gak?, kalau Menulis itu bukan karangan semata kita harus menyusun Riset kota mana yang bakal kita ambil seperti Novel ku Prahara Yang berujung Pengadilan Agama yang bakal Terbit, Aku mengambil daerah Banyuwangi, dan Di Terbelenggu Dendam yang ada di Fizzo, wattpad and Novel toon aku mengambil kota jakarta, Bandung, Italia, Eropa Singapore dan aku harus faham seluk beluk kota itu. Setelah Riset kita menyusun Plot twist, kerangka, tokoh dan perlu di ingat harus sesuai Eyd dan Kbbi. Dialog nya harus benar, dan tau mana dialog Aksi n dialog Tag. Lalu kita menulis. Beda Ya menulis cerpen, Novel, Artikel berita itu sangat beda dengan Ilmunya.
    • Hafid Aqil
      Dendy Wahyu Anugrah
      1 Oktober 2022 pukul 19.02
      Kayak e, kita butuh samean buat kajian, mbak. Hehehehe.
      Atau, bedah bukunya samean.
    Reply