BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Mengenal Margaret, Alumni PMII yang Menjadi Ketua PP Fatayat NU Sekarang

Pena Laut - Kongres Fatayat Nahdlatul Ulama XVI yang diselenggarakan pada 15 - 17 Juli di Jakabaring Sport City Palembang, Sumatera Selatan, menjadikan Margaret Aliyatul Maimunah, sebagai nahkoda baru Fatayat NU.

Margaret

Margaret merupakan perempuan asli kelahiran Jombang,11 Mei 1978. Beliau keturunan dari pasangan KH. Mohammad Faruq dan Hj Lilik Chodijah Aziz Bisri.

Margaret merupakan alumni dari Pondok Pesantren Denanyar Jombang sejak sekolah tingkat dasar sampai akhir (MI-MTs-MAN).

Selama menempuh pendidikan di pesantren dan sekolah dia selalu aktif dalam organisasi OSIS, Pramuka dan Olahraga yang menjadi pondasi awal sampai akhirnya menjadi seorang aktivis PMII.

Siapa menyangka saat proses kuliah di IAIN Sunan Ampel Surabaya, bergabung dan aktif sebagai aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).

Margaret pernah menjadi Ketua Korps PMII Putri (Kopri) Rayon Adab pada tahun 2000 - 2001, serta pernah menjadi menjadi Ketua Komisariat PMII Adab, Cabang Surabaya Selatan tahun 2001 - 2002.

Tidak berhenti disitu Margaret juga pernah menjadi Ketua Umum Pengurus Pusat IPNU tahun 2009 - 2012.

Berbekal dengan pengalaman organisasi yang luar biasa menjadikan  Margaret terpilih sebagai Ketua Umum Fatayat NU masa khidmah 2022 - 2027 secara aklamasi, setelah sebelumnya menjadi Sekretaris Umum Fatayat NU Pusat.

Baca Juga : Kursi Cabang yang Telah Usang

Seorang Aktivis Perempuan dan Anak

Semasa menjadi Ketua Umum PP IPNU, Margaret menginisiasi beberapa program yang mengadvokasi pelajar putri NU.

Banyak program yang dimunculkan semasa menjadi Ketua PP IPPNU dalam mengadvokasi pelajar putri NU, diantaranya, Laskar Pelajar Putri Anti Narkoba, Pornografi, Radikalisme, dan Kekerasan, kemudian program Rumah Pelajar serta ketiga Sekolah Kebangsaan Pelajar.

Margaret dikenal sebagai salah satu aktivis NU sangat yang peduli terhadap isu Perempuan dan Anak yang dibuktikan dengan melanjutkan studinya di Universitas Indonesia (UI) yang fokus di bidang Program Studi Kajian Wanita tahun 2009.

Selama kuliah di UI, Margaret melakukan kegiatan penelitian mengenai perempuan dan anak, sehingga menghasilkan beberapa hasil penelitian.

Seperti, Kehidupan Perempuan Pesantren yang Dipoligami serta Dampaknya Terhadap Anak, lalu Perempuan yang Bekerja di Salon Spa di Jakarta, kemudian Perempuan Penderita HIV dan yang lainya.

Selepas lulus dari UI, Margaret bekerja di sebuah lembaga penelitian global World Resource Institute (WRI) dan terus melakukan penelitian terkait perempuan dan anak di beberapa tempat seperti NTT, NTB, Bali dan sebagainya. 

Aktif Sebagai Penulis

Banyak karya yang dihasilkan oleh Margaret tentang perempuan dan anak, baik berupa artikel maupun buku bacaan, seperti :

Analisa Undang-Undang Ketenagakerjaan kaitannya dengan Perlindungan Maternitas Buruh Perempuan yang terbit di majalah EGALITA, Pusat Studi Gender, UIN Malang tahun 2012.

Perempuan Muda Menjadi Pemimpin, Siapa Takut? terbit di majalah Rekanita, PP IPPNU, Jakarta pada Agustus 2008.

Sedangkan beberapa buku karya Margaret tentang perempuan, yaitu, Perempuan Berdaya Nusantara Jaya, Landasan Advokasi Pemberdayaan Perempuan, Paramuda Cendekia Muda dan yang lainya.

Relevansi Pemikiran Margaret di Era Sekarang

Sebelum masuk pada inti pembahasan, penulis ingin sedikit curhat pada pembaca Pena Laut, hehe.

Bahwasanya tujuan utama dari ditulisnya artikel ini, dijadikan sebagai penyemangat untuk penulis, karena saat menulis ini keadaan mentalnya sedang tidak baik - baik saja.

Setelah melalui proses panjang akhirnya penulis memutuskan untuk merangkum tokoh aktivis perempuan hebat di Indonesia, salah satunya Margaret, mantan Aktivis PMII yang baru saja terpilih menjadi Ketua PP Fatayat NU.

Banyak pelajaran yang bisa diambil pelajaran khususnya kaum perempuan, untuk selalu peduli terhadap isu-isu tentang Perempuan dan Anak.

Karena pada era sekarang, dimana kasus pelecehan seksual sedang marak terjadi di berbagai lapisan masyarakat, maupun lembaga pendidikan.

Seperti di beberapa lembaga Pondok Pesantren,yang sarat akan tindakan keburukan karena dicap sebagai tempat  sebagai tempat belajar agama islam sehingga mencoreng nama baik Pesantren.

Dari kasus tersebut setidaknya sebagai seorang perempuan yang lebih sering dijadikan objek, minimal harus bisa menekan angka kasus kekerasan seksual.

Minimal perempuan itu selain harus berani juga harus pintar, perbanyak wawasan dan pengetahuan agar tidak selalu dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab.

Bukan maksud penulis untuk menggurui pembaca, namuan mari kita bersama bekali diri kita dengan mental keberanian dan wawasan yang luas.

Yang laki-laki merasa memiliki kekuatan lebih besar gunakan untuk melindungi wanita, sedangkan wanita jangan pernah tunduk pada sifat alami wanita yang lemah lembut dan tidak mau berusaha.

Mari kita berusaha belajar bersama, banyak korban-korban diluar sana yang membutuhkan perlindungan. Sebelum kita melakukan perlindungan mari perbanyak bekal untuk menuju kesana. 

Oleh : Arina Kidna (Pengurus Rayon Tarbiyah)

Baca Juga : Ikhtisar PEndidikan Kaum Tertindas

Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak