BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Menjadi Akademisi yang aktivis

PENA LAUT - Sebagai seorang mahasiswa, kita pasti sering mendengar kata aktivis dan akademisi. Kata aktivis memiliki arti seseorang yang mengabdi dan tekun belajar dalam suatu organisasi yang berbasis islam atau bukan islam, politik maupun non politik dan yang lainya.

pena laut media

Sedangkan akademisi adalah seseorang atau mahasiswa yang ulet dan sibuk dengan kegiatan perkuliahanya saja. Karena tipikal mahasiswa akademisi biasanya hanya memikirkan segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai akademik, untuk menunjang Indeks Prestasu Kumulatif (IPK).

Sesuai denga judul yang akan menjadi pokok pembahasan adalah akademisi yang aktivis. Sebagai seorang mahasiswa kita tidak hanya dituntut untuk belajar dalam bangku perkuliahan saja.

Seharusnya di sisi lain kita harus mengabdi, mempraktekkan dan mengasah lagi ilmu kita yang kita dapat di perkuliahan dengan cara bergabung dengan salah satu organisasi di kampus tersebut.

Adapun ciri-ciri mahasiswa akademisi yang aktifis berdasarkan pengamatan saya selama menjadi mahasiswa di IAI Ibrahimy, biasanya mereka kurang memiliki sifat kritis dan kurang memiliki mental keberanian.

Selain itu biasanya mereka lebih mengutamakan hasil daripada proses, mahasiswa akademisi yang bergabung di organisasi biasanya hanya menginginkan sertifikat saja, untuk menunjang nilai akademiknya.

Biasanya mereka hanya aktif di awal tapi lama kelamaan menghilang seperti ditelan bumi, sehingga perlu kita lakukan analisa bersama.

Kemudian jika kita mau menjadi mahasiawa akademisi yang aktivis akan mendapatkan keuntungan antara lain adalah kita memiliki lebih banyak relasi atau jaringan.

Selain itu pengetahuan yang tidak bisa kita dapatkan di bangku perkuliahan bisa kita ditemukan, ketika kita menjadi seorang aktivis dalam sebuah wadah organisasi.

Lalu kira-kira lebih baik mana antara akademisi dan aktivis? Kalau menurut saya pribadi adalah harus menjadi keduanya yaitu mahasisa akademisi yang aktivis.

Namun tidak mudah untuk menjalankan keduanya, kita harus pandai-pandai mengatur waktu sebaik mungkin, kapan kita belajar sebagai seorang akademisi maupu sebagai aktivis.

Nilai akademik itu mungkin sangat penting dalam dunia perkuliahan tapi alangkah baiknya, selain kita mendapatkan nilai nilai yang bagus, juga mendapatkan pengalaman yang tidak bisa kita temukan selama di kelas.

Kemudian yang tidak kalah penting lagi yaitu kita akan meiliki jiwa Nasionalisme, ketika menjadi aktifis karena kita berjuang kepentingan bangsa negara, maupun diri kita dimasa depan yang akan datang.

Perlu diingat mahasiswa aktivis adalah seseorang yang memiliki wawasan luas, prestasi dalam bidang akademiknya dan memiliki moral dan akhlak tinggi, serta seseorang pemikir yang rasional tapi bukan mahasiswa abal abal.

Peran kita sebagai akademisi yang aktivitis yaitu mampu mengontrol kepada hal hal yang bertentangan dengan nilai - nilai agama, sosial, politik maupun masyarakat.

Kita harus bangga terhadap almamater kita yang menjunjung tinggi martabat dalam pandangan masyarakat.

Maka dari itu kita jadikan sebuah acuan dan tamparan bagi kita untuk membuktikan kepada masyarakat, bahwasanya kita sebagai akademisi yang aktivis itu multi talenta dalam bidang apapun.

Nah, dari penjabaran di atas mari kita fahami bersama, dan mulai menentukan akan menjadi apa, apakah ingin menjadi akademisi yang aktivis ,atau memilih satu tipe, akademisi atau aktivis saja.

Tapi sebagai pemuda penerus bangsa, lebih baik mencoba keduanya selagi bisa, sebagamana pepatah mengatakan manfaatkan masa mudamu sebelum masa tuamu, perbanyak ilmu, belajar, wawasan, pengalaman demi masa depan yang cerah, bersusah susah dahulu bersenang senang kemudian.

Penulis : Nur Aina (Anggota PMII Ibrahimy Rayon Tarbiyah)

Baca Juga : Jangan Atur Bajuku, Atur Saja Nafsumu


Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak