Pena Laut - Sebut saja ia Ningrum, gadis desa intelek yang harus jatuh bangun hanya untuk memulai perjuangan mengejar cita-cita semunya.
Hidup di tempat yang masyaraktnya seakan tuli dengan permasalah yang dihadapi negara, yang tahunya wanita itu cukup tahu bumbu dapur saja.
Suatu hari dengan kekasihnya Cakra, di warung sederhana.
"Mas, aku mau bertanya sesuatu kepadamu" ucapnya sambil memegangi botol minumnya.
"Kau mau tanya apakah kau cantik?, tidak" sahut Cakra bercanda.
"Besok akan ku percantik diriku" desusnya dengan nada kecewa.
"Untuk apa?, tidak perlu, wanita itu tidak perlu cantik" kata Cakra yang semakin membuat Ningrum bertanya-tanya.
"Lalu? tanyanya heran.
"Wanita itu perlu punya perilaku yang baik, berilmu, pandai, kuat sabar, dan penyayang"
"Tapi mas, aku ini gagal, aku kembali dari tempat perjuangan" gumam Ningrum dengan menundukan pandangan.
"Berilmu tidak harus punya gelar yang berjajar, dan kamu kembali ini adalah suatu keharusan, kamu pantas mendapat apa yang seharusnya kamu dapatkan. Bahkan aku sendiri tidak akan tega kalau kekasihku tidak dalam pelukan kebahagiaan" tutur Cakra menenangkan.
"Mas" Ninggrum menggerutu
"Kau mau tanya apakah aku mencintaimu?, maka jawabnya pasti iya" ucap Cakra sembari menyeduh kopinya.
"Kau pantas mencari yang lebih baik dariku" kata Ninggrum.
"Apa kau berkata seperti ini karena aku bilang kau tak cantik, hahahahahaa, aku bercanda" Cakra tertawa hinga tersedak asap rokoknya.
"Kau ini selalu bercanda" jawab Ninggrum kesal.
"Aku mengajak kekasihku untuk tertawa sebelum tertawa dilarang dan di undang-undangkan, apa aku salah?" tanya Cakra pada ninggrum yang terlihat kesal.
"Tidak" jawab Ninggrum masih dalam keadaan kesal.
"Harusnya kau senang ketika aku bilang kau itu tidak cantik, karena setidaknya kamu tahu kekasihmu ini mencintaimu tidak hanya karena ingin menikmati keindahanmu. Kalau menurutku kau itu catik, tidak tahu kata orang"
"Terimakasih mas" Ningrum sedikit tenang
"Kamu tidak perlu terus-terusan memoles wajahmu yang nanti akan menua, aku menerimamu apa adanya. Sebenarnya aku tidak perlu kau berilmu atau pandai, tapi aku tidak mau calon ibu dari anak-anakku hanya sebatas tahu bumbu dapur saja"
"Iya mas, aku akan meneruskan perjuangan di tanah kelahiran"
"Aku salut padamu karena kau itu selalu dalam keadaan menerima ketetapan tuhan setelah lelah dalam medan pertempuran, kau kuat, sabar, dan penyayang, kau tidak kurang dari apa yang aku inginkan" ucap Cakra.
"Aku sebenarnya tidak pernah mau menjadi apa yang orang lain inginkan termasuk kamu mas, tapi saranmu itu bagus, doakan aku sehat dan menang dalam perjuangan"
"Semoga kau selalu dalam keridhoan tuhan" doa menutup pembicaraan.
Banyuwangi, 25-03-2021.
Penulis : Nur laili
Baca Juga : Nasihat Ayah kepada Anaknya
Posting Komentar