BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W
BWlBduTUUim65BmNoRNRwZwviGLcUft1snoGQp4W

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Bawah Artikel

Recent

Bookmark

Penjajahan Kesadaran Kaum Muda

Pena LautKaum muda mungkin sudah terdengar tak asing lagi di benak semua orang, kaum yang di sebut-sebut sebagai  pemegang harapan masa depan , dengan memacu tenaga yang kuat, semangat yang membara, dan tinta emas yang siap mereka torehkan nantinya. 

Tak kayal dengan modal diatas kaum mudalah yang bisa menghadirkan solusi-solusi revolusioner demi menjawab realitas yang ada untuk dirinya maupun sekelilingnya.

Tetapi kaum muda mana yang mampu menjelma menjadi pionir perubahan yang dimaksud?. Tentu pertanyaan ini bisa bisa dijawab dengan berbagai macam sudut pandang.

pmii ibrahimy
Alam pikiran kaum muda mayoritas tertuju akan capaian masa depan yang gemilang dengan seperangkat usaha yang dilakukannya tetapi hari ini bayangan capaian itu seperti kontradiksi dengan apa yang dilakukannya.

Kaum muda sekarang lebih cenderung apatis dan hedonis mengesampingkan persoalan yang ada dan berjibaku atas kebutuhan otoritasnya sendiri, semisal dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat seperti sekarang ini,

kaum muda justru terlena dengan teknologi yang esensinya sebagai bentuk kemajuan ala hasil saat ini malah menjadi bomerang dengan  menurunnya produksifitas bagi kaum muda, produktifitas dalam hal ini bisa dilihat dari berbagai hal.

Meski tak semua kaum muda seperti itu namun hal tersebut sudah menjadi salah satu contoh cerminan bahwa kaum muda sekarang sudah harus sadar dan bangkit dari penjajahan masa kini yaitu penjajahan kesadaran.

Kaum muda sebenarnya dapat dikatakan “Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampui” peribahasa ini cukup menggambarkan bahwa kaum muda dalam pergerakannya mampu mengahadirkan aspirasi dan partisipasinya yang solutif disegala aspek.

Hal ini dimungkinkan karena masih segarnya pengetahuan dan keluasan pergerakan yang tanpa batas.

Kegelisahan lain bagi kaum muda yaitu takut dalam megimplementasi buah pikirannya atau mungkin tak berdaya akan keadaan disekitarnya sehingga hanya menjadi angan-angan belaka,

padahal yang pernah dikatakan oleh Tan Malaka “tak ada sesuatu progam yang revolusioner yang berarti jika tak ada pergerakan revolusioner”.

Artinya sematang dan sebagus apapun inovasi yang dihadirkan akan menjadi sia-sia tanpa adanya praksis yang konkret.

Maka dari itu kaum muda diharapkan mampu menjadi pendongkrak perubahan yang positif, untuk persoalan yang ada dengan menghadirkan inovasi-inovasi dan bentuk  perwujudan perubahan yang nyata.

Tak hanya progesif dalam segi kemapanan berfikir namun juga nilai praktek yang menjadi tolak ukur penting keberhasilan demi mecapai perubahan positif dengan signifikan.

Keberlangsungan masa depan bisa dikatakan sukses atau tidaknya tergantung usaha yang dilakukan saat ini.

Jika masih terjerembab dikubangan yang sama maka toh hasilnya tak jauh berbeda dari apa yang dilakukan, keasadaran sejak dini penting dilakukan demi terciptanya forma-forma keberhasilan.

Dengan kata lain seseorang bisa mecapai wujud Eudamonia (Istilah dari Aristoteles) bentuk kebahagian yang dapat  dicapai ketika potensi penuh seorang individu untuk sebuah kehidupan yang rasional dan reflektif atau penuh renungan.

Penulis  : Nur Kahfi

Baca Juga : Etika Mahasiswa

Posting Komentar

Posting Komentar

Berkomentarlah Dengan Bijak