Pena Laut - Duduk di pelataran rumah yang bertempat duduk bambu yang dijadikan kursi, rumah dekat sawah dengan angin sore yang asri ditemani anak semata wayang.
Aku bapak dari satu anak dan istriku yang manis jelita mereka sangat kusayangi. Aku sedang memikirkan masa depan anakku kelak, mau jadi apa ia nantinya.
Meski ia masih duduk di sekolah dasar, hal ini sangat penting. Mengajarkan kejujuran, ketulusan dan sejarah leluhurnya bagki sangat penting.
Di waktu senggang terkadang kuceritakan bagaimana kisah cinta rahwana, shinta dan rama. Terkadang juga kisah peperangan masa lalu, guna mengajarkan pada anakku bahwa leluhurnya adalah orang-orang hebat tak kalah dari negeri-negeri besar.
Tiba-tiba anakku yang kunamai Joko Samudro bertanya kepadaku,
"Bapak dulu sekolah dimana ?" tanyanya lembut serta jujur.
Aku hanya tersenyum dan berkata : "Bapak tak sekolah nak, dulu belum ada sekolah seperti sekarang ini"
"tapi bapak sering bercerita dan menasihatiku, bapak seperti lulusan sekolah ternama?" tanya anaku kembali.
"Nak,jagoanku, tak semua pelajaran terdapat pada sekolahan" jawab saya.
"maksudnya?" anakku yang bertanya dan melihat aku dengan kemantapan
"Nak, tak semua pelajaran di dunia ini terdapat pada bangunan sekolahan itu. Di alam semesta ini banyak sekali pelajaran yang tak ada di bangku sekolah.
Allah SWT, Tuhan semesta alam menciptakan alam dan seisinya pasti terdapat pelajaran, hanya saja kita sebagai manusia mau atau tidak memikirkannya? Dan ingatlah nak, tidak semua dapat di tangkap oleh pikiran kita, pikiran kita lah yang terbatas, yang tak mampu menerima semua kebesaran Tuhan. Kau harus berterima kasih (baca: bersyukur) pada yang memberimu kehidupan".
"Apakah bapak mengharapkan aku menjadi orang besar? seperti bapak Proklamator Ir. Soekarno atau pembesar yang lainnya?"
"Nak, bapak tak menuntutmu jadi apapun, selagi itu kemauanmu dan engkau senang dengan hal tersebut lakukanlah. Besar nanti kau harus sembuhkan banyak luka. Berikan kedamaian bagi sesama dan berlaku baiklah kepada siapapun’’
"Menyembuhkan banyak luka ?" tanya anakku dengan rasa penuh penasaran.
Ah, kau ini bertanya saja bisanya, jadi seperti ini nak, suatu saat kau akan tahu bagaimana negrimu, bangsamu yang di banggakan oleh gurumu, yang di agung-agungkan dan di perindah sejarahnya oleh buku sekolahmu.
Kau akan mengerti bobroknya negrimu, kemunafikan, kebohongan, banyak kriminalitas yang tak diketahui oleh orang-orang desa seperti kita ini. Jadilah kebanggaan bangsamu, nak kalahkan kejahatan dan berpihaklah pada kebaikan’’.
"Pasti pak, Joko akan membanggakan Bapak dan Ibu juga bangsa ini!" sambil berdiri anakku mengangkat tongkat dan mengambil bendera merah putih dilemari, ia berlarian dan sambil menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Penulis : Dendy Wahyu Anugrah
Baca Juga : Kumpulan Puisi
Posting Komentar