Oleh : Dendy Wahyu Anugrah ( Ketua Rayon Syariah XII PMII IAI Ibrahimy )
بسم الله الرØمن الرØيم
Pena Laut - Mahasiswa adalah sekumpulan manusia intelektual yang akan bermetamorfosa menjadi penerus tombak estafet suatu negara, diharapkan dapat mendobrak dan menjadi agen perubahan dalam setiap lingkup permasalahan yang terjadi dalam negara ataupun tanah kelahirannya.
Merujuk pada kata mahasiswa, bahwa sebenarnya mereka juga seseorang yang mencari suatu bidang ilmu yang akan membawanya dalam suatu perubahan. Entah pada dirinya sendiri atau dalam hal bermasyarakat.
Melihat kemajuan dan perkembangan teknologi seakan-akan mereka lupa atau malah mereka enggan dalam mengaplikasikan ilmu yang bisa dibilang suatu bahan pokok yang sebenarnya harus dimiliki oleh setiap individu yaitu etika/nilai kesopanan (toto kromo:jawa).
Etika adalah ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak moral, kumpulan asas atau nilai benar dan salah yang terdapat dalam organisasi ataupun umum.
Dalam kitab Adabul ‘alim wal Muta’alim karya Hadratussyaikh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari dikatakan : Ibnu Mubarok berkata : “Kami lebih membutuhkan akhlak yang sedikit daripada ilmu yang banyak”.
Dari perkataan ulama’ tersebut sudah barang tentu akhlak adalah suatu hal yang pokok pada siapapun entah ia anak seorang raja, anak seorang petani, mahasiswa, dosen dan lain sebagainya.
Dan juga terdapat dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Ady melalui sahabat Mu’adz dan Abi Umamah, yang artinya : “Tidaklah termasuk akhlaq seorang mu’min sikap merendahkan diri kecuali dalam hal mencari ilmu”.
Berdasarkan hadits tersebut jelaslah bahwa sikap tawadlu’ dalam mencari ilmu adalah suatu keniscayaan bagi setiap mahasiswa. Sungguhpun sikap tawadlu’ merupakan keharusan bagi setiap mahasiswa, namun hal itu bukan berarti ketundukan dan ketaatan yang pasif.
Karena proses transformasi ilmiah ditingkat perkuliahan kenyataanya lebih bersifat dialogis, sehingga mahasiswa dituntut untuk bersikap proaktif dalam pembelajaran, dan seorang dosen lebih sering hanya berperan sebagai fasilitator.
Oleh sebab itu dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran sering terjadi diskusi-diskusi, mahasiswa mengajukan pertanyaan atau menyampaikan pendapat dihadapan dosen.
Dalam kegiatan semacam itulah diperlukan adanya bingkai tatakrama/etika, pertanyaan atau pendapat mesti di sampaikan dengan sikap santun, intonasi dan gaya bahasa yang baik, sehingga tidak sampai menyinggung perasaan dosen bahkan yang lain.
Jadilah mahasiswa yang menebar sesuatu yang baik, karena apa ? kita adalah pemuda-pemudi yang akan meneruskan estafet kepemimpinan suatu saat nanti dan itu pasti.
Jadikanlah etika/tatakrama sebagai pokok atau dasar dirimu berpijak seperti halnya nasi adalah makanan pokok dari setiap manusia.
Editor : Irham Muzaki
Baca Juga : Organisatoris yang akademis ( Oeleh Ketua Komisariat Ibrahimy )
Posting Komentar